Ikan
kerapu memiliki 15 genera yang terdiri atas 159 spesis. Satu diantaranya adalah
Cromileoptes altivelis yang selain sebagai ikan konsumsi juga juvenilnya juga
sebagai ikan hias. Ikan kerapu termasuk famili Serranidae, Subfamili Epinephelinea,
yang umumnya di kenal dengan nama groupers, rockcods, hinds, dan seabasses.
Ikan kerapu ditemukan diperairan pantai Indo-Pasifik sebanyak 110 spesies dan
diperairan Filipina dan Indonesia sebanyak 46 spesies yang tercakup ke dalam 7
genera Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis, Cromileptes, Epinephelus,
Plectropomus, dan Variola (Marsambuana dan Utojo, 2001).
Kerapu
adalah ikan anggota sejumlah genus dalam anaksuku Epinephelinae, suku Serranidae
dalam seri Perciformes. Dalam bahasa Inggris, "kerapu" disebut
grouper atau groper, yang dipercaya berasal dari nama garoupa, yang
diperkirakan dari bahasa Portugis. Ada yang mengatakan bahwa nama Portugis ini
berasal dari salah satu bahasa asli Amerika Selatan.
Ciri-ciri
morfologi ikan kerapu adalah sebagai berikut
Bentuk
tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi
tubuh. Rahang atas dan bawah dilengkapi
dengan gigi yang lancip dan kuat. Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir
bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas. Sirip ekor berbentuk bundar,
sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras
kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak. Posisi sirip perut berada dibawah sirip dada.
Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
Pada
ikan kerapu genus Aethaloperca merupakan monotipik, tediri atas satu spesies,
warna coklat gelap, tubuh melebar, sirip dada tidak simetris, sirip punggung
terdiri atas 9 jari-jari keras, sirip ekor tegak. ikan kerapu genus Anyperodon
merupakan monotipik, warna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan, bintik coklat
pada kepala, tidak ada gigi pada langit-langit, kepala dan tubuh panjang, tebal
badan 11-15 % dari panjang standard, dan 3-4 kali dari panjang kepala serta
sirip bundar.
Ikan
kerapu genus Cephalopholis terdiri atas: warna gelap, yaitu cokelat kemerahan
sampai cokelat tua dan warna terang, yaitu merah kecokelatan sampai merah atau
kuning atau jingga, panjang standard 2,2 – 3,1 kali dari panjng kepala, rahang
pada ikan dewasa dilengkapi dengan bonggol, sirip ekor berbentuk bundar. Ikan
kerapu genus Epinephelus tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarna cokelat
atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung pertama
biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur, sirip ekor berbentuk bundar.
Ikan
kerapu genus Plectropomus warna gelap bergaris (menyerupai pita) dan yang tidak
bergaris, warna tubuh agak putihan, sirip berwarna kuning, tulang sirip dubur
lemah, panjang standard 2,8 – 3,1 kali dari panjang kepala, sirip ekor umumnya
tegak. dan yang terakhir ikan kerapu dari genus Variola warna tubuh ditutupi
oleh bintik merah, sirip ekor berwarna putih tipis pada bagian pinggir, panjang
standard 2,5 – 2,8 kali dari panjang kepala, sirip ekor berbentuk sabit.Jenis
Kerapu batik (E. polyphakeion syn. E.
microdon)
Kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus)
Kerapu sunuk/merah/lodi (Plectropomus
leopardus)
Kerapu lumpur (Epinephelus bleekeri
Vaillant, 1878)
Kerapu macan (E. fuscoguttatus)
Kerapu muara (E. coioides)
Kerapu tikus/bebek (Chromileptes altivelis)Budidaya
laut merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kelestarian
populasi maupun peningkatan produksi perikanan dalam upaya mengantisipasi
permintaan yang semakin meningkat.
Beberapa
jenis ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis penting telah banyak di
budidayakan dalam kurungan apung di perairan Riau,Pantai Utara Jawa, Sulawesi
Selatan dan daerah lainnya. Salah satu jenis ikan yang di budidayakan adalah
ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina).Umumnya benih ikan kerapu lumpur yang
di budidayakan masih berasal dari alam, diperoleh dengan alat tangkap bubu.
Praktis kegiatan budidaya sangat tergantung dari kuantitas maupun kualitas
benih alam serta musiman.
Dengan
semakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk pasar domestik maupun pasar
internasional, maka benih sebagai sumber produksi akan sulit dipenuhi dari alam
serta penyediaanya tidak dapat kontinyu. Berdasarkan kenyataan itu maka kita
tidak boleh berharap akan pemenuhan benih dari alam, tetapi harus mulai
mengalihkan perhatian ke usaha pembenihan buatan.
Jumlah jenis ikan kerapu ada 46
species yang hidup di berbagai tipe habitat dari jumlah tersebut ternyata
berasal dari 7 genus, yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalophilis,
Cromileptes, Epinephelus, Plectropomos,dan Epinephelus yang sekarang
digolongkan ikan komersial dan mulai di budidayakan. lebih lengkapnya
sistematika ikan kerapu adalah sebagai berikut:
Class : Telestomi/ Teleostei
Sub
class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Sub-
ordo : Percoide
Familia : Serranidae
Sub
familia : Epinephelinae
Genus : Epinephelus
Species : Epinephelus suillus
Jenis Kerapu Lumpur/ balong/ estuary grouper (Epinephelus
spp)
Bentuknya memanjang dan gilik.
Warna dasarnya abu-abu muda dengan bintik-bintik. Jenis Epinephellus suillis
berbintik cokelat dengan 5 pita vertical berwarna gelap. Jenis kerapu ini
dulunya dikenal sebagai E. tauvina, E.
malabaricus mempunyai bentuk yang hampir
sama dengan E. suillus, tetapi bintiknya lebih kecil dan berwarna hitam. Kerapu
E. suillus banyak terdapat di teluk Banten, segara Anakan, Kep. Seribu,
lampung, dan kawasan daerah muara sungai.di daerah tersebut umumnya terdapat
banyak lumpur sehingga ikan ini disebut kerapu Lumpur. Ikan ini sudah banyak di
budidayakan karena pertumbuhannya paling cepat dibanding kerapu lain serta
benihnya tersedia paling banyak.
Benih yang berukuran kecil mudah
ditangkap dengan alat sodo/sudu, dan bubu. Sedangkan yang berukuran besar
ditangkap dengan pancing, bagan, sero dan bubu.
Di Indonesia ikan ini berhasil dipijahkan di dalam bak yang terkontrol,
tetapi pemeliharaan larvanya masih merupakan masalah yang belum terpecahkan.
Ukuran konsumsi kerapu lumpur 400-1200g dengan kisaran harga Rp.
10.000-Rp15.000.
Bahan
dan Metode
t Induk Jantan sebanyak 4 ekor, berukuran berat
9,5-11kg/ ekor, panjang 83-86cm.
t Induk betina sebanyak 6 ekor, berukuran berat
6-8kg/ekor, panjang 72-80 cm.
t Pakan induk berupa ikan segar dari jenis
selar, japuh dan tanjan yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya
rendah.
t Kurungan apung untuk pemeliharaan induk
berukuran 3 x 3 x 3 m. Bak pemijahan kapasitas 100 ton
Metoda
Untuk
merangsang terjadinya perkawinan antara induk jantan daqn betina matang kelamin
digunakan metode manipulasi lingkungan terkontrol.
Langkah kerja :
1.
Seleksi induk di rakit pemeliharaan untuk mendapatkan induk jantan dan betina
yang sudah matang kelamin.
2.
Induk dipindahkan ke bak pemijahan yang sudah di isi air laut bersih setinggi
1,5m dan salinitas ±32 ppt.
3.
Dilakukan manipulasi lingkungan dengan cara menaikkan dan menurunkan
permukaan/tinggi air setiap
hari.permukaan air diturunkan sampai kedalaman 30 cm dari dasar bak mulai jam
9.00 sampai 14.00. Setelah jam permukaan
air di kembalikan ke posisi semula (tinggi air 1,5 m).
4.
Pengamatan pemijahan ikan di lakukan setiap hari setelah senja sampai malam
hari.
5.
Bila diketahui ikan telah terjadi pemijahan, telur segera di panen dan di
pindahkan ke bak penetasan.
Tingkah
Laku dan Kebiasaan Makan
Menurut
Akbar (2000), bahwa ikan kerapu tergolong buas (carnivora) yang rakus, sifat
kanibalnya akan muncul apabila kekurangan pakan, hidupnya menyendiri dan banyak
ditemui pada daerah terumbu karang. Pengamatan menunjukan bahwa kerapu
mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum matahari terbit dan sore hari
menjelang terbenam (Tampubolon dalam Ditjenkan, 1999).
Di
alam kerapu mencari makan sambil berenang diantara batu karang, lubang atau
celah-celah karang yang merupakan tempat persembunyiannya dan hanya kepalanya
saja yang kelihatan, dari tempat itulah kerapu menunggu mangsanya, bila mangsa
tampak dari jauh kerapu melesat dengan cepat untuk menangkap dan menelan
mangsanya kemudian segera kembali ke tempat persembunyiannya. Kerapu yang
dipelihara di dalam Karamba Jaring Apung (KJA) atau dalam bak terkontrol
mempunyai kebiasaan menyergap pakan yang diberikan satu persatu sebelum pakan
itu sampai ke dasar. Kerapu yang dalam keadaan lapar terlihat siaga dan selalu
menghadap ke permukaan dengan mata bergerak-gerak mengintai dan siap untuk
memangsa pakan.
Jenis
pakan yang disukai adalah udang krosok, belanak, jenaha, cumi-cumi yang
berukuran 10-25% dari ukuran tubuhnya (Akbar, 2000). Perbandingan jumlah pakan
dengan berat ikan akan menurun sesuai dengan pertumbuhan berat tubuhnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia Vol. III No. 4 Tahub 1997
Koran
pak Oles Edisi 72, minggu Ke-1Januari 2005.
Sunyoto,
P. 1994, Pembesaran kerapu dengan keramba jaring apung, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Purwono
dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Lumpur Sehat Produksi
Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan,
Bogor.
0 comments:
Post a Comment