Untuk
memperoleh benih ikan patin yang memenuhi persyaratan mutu produk maka produk
perikanan budidaya diharapkan aman untuk dikonsumsi serta ramah lingkungan Terkait
dengan hal tersebut, Di bidang
industri perbenihan berupaya
untuk meningkatkan produk benih
ikan bermutu dalam memenuhi persyaratan
yang diinginkan oleh pembudidaya
dengan melakukan penerapan standar
produksi perbenihan yang baik dan
benar sesuai kaidah Cara Pembenihan Ikan Yang Baik (CPIB).
Pengertian
CPIB (Cara Pembenihan yang Baik) adalah cara melaksanakan pembenihan yang
sesuai dengan Standart Nasional Indonesia yang telah di tetapkan oleh Badan
Standardisari Nasional Indonesia agar mendapatkan benih ikan yang bermutu baik.
Benih
yang bermutu dicirikan antara lain: pertumbuhan cepat, seragam, sintasan tinggi
(SR), adaptif terhadap lingkungan pembesaran, bebas parasit dan tahan terhadap
penyakit, efisien dalam menggunakan pakan serta tidak mengandung residu bahan
kimia dan obat-obatan yang mengandung
bahan antibitotik, yang dapat merugikan
manusia dan lingkungan.
Mampu
telusur (traceability) dalam pembenihan ikan adalah kemampuan dalam menelusuri
asal usul lokasi, sarana produksi, proses produksi dan distribusi benih/induk
berdasarkan rekaman yang dibuat selama proses pembenihan, sebagai jaminan
untuk pelanggan bahwa
semua tahapan dalam proses
produksi dilakukan sesuai dengan standar lingkungan, sosial dan keamanan
pangan.
Air
yang di pergunakan untuk proses pembenihan tidak boleh mengandung logam berat
seperti Hg, Cu, Pb dan tidak boleh mengandung entamuba bakteri Colli. Bukan air
limbah perusahaan.
Ikan
patin adalah salah satu jenis ikan sungai atau air tawar. Ikan jenis ini
memiliki bentuk yang unik. Badannya panjang sedikit memipih, berwana putih
perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan, tidak bersisik, mulutnya kecil,
memiliki sungut berjumlah 2-4 pasang yang berfungsi sebagai alat peraba. Ikan
patin termasuk ikan yang hidup di dasar sungai dan lebih banyak mencari makan
pada malam hari hal ini karena ikan Patin memiliki sifat Nocturnal (senang makan di tempat gelap).
Dalam
menjalankan bisnis budidaya ikan patin, terdapat tiga tahapan yang harus
dilewati selama proses budidaya ikan. Proses tersebut antara lain tahap
pembenihan, tahap pendederan dan tahap pembesaran ikan. Yang dimaksud dengan
tahap pembenihan meliputi pemeliharaan induk agar menghasilkan telur dan
menjadi bibit ikan. Sedangkan tahap pendederan yaitu tahap pemeliharaan ikan
patin pada ukuran tertentu, atau bisa juga dikatakan sebagai masa transisi dari tahap pembibitan ikan ke
pembesaran ikan. Dan yang ketiga yaitu masa pembesaran ikan patin, dimana pada
tahapan ini merupakan tahapan dari ikan
hasil pendederan sampai menjadi ikan patin yang cukup besar dan siap untuk dikonsumsi.
Untuk
mencapai keberhasilan panen dalam budidaya ikan patin, tentu saja kita harus
memilih benih patin dengan kualitas yang baik yang merupakan salah satu faktor
penting dalam keberhasilan pembesaran ikan patin. Kualitas benih ikan patin
yang akan dibudidayakan sangat menentukan kesuksesan budidaya patin. Jika
terjadi kesalahan dalam memilih benih patin, maka bisa saja usaha budidaya patin
akan mengalami kegagalan.
Ada
beberapa kriteria yang setidaknya harus kita ketahui sebelum membeli benih patin.memilih
benih patin berkualitas :
1.
Kesehatan (Amati Fisik dan Gerakannya)
Benih
patin yang berkualitas memiliki ukuran tubuh yang proporsional (ukuran kepala
dan tubuh seimbang), tidak cacat, tidak luka, sungut tidak pucat dan warna
tubuh cerah dan mengkilap. Selain itu ciri benih patin yang sehat adalah
gerakan aktif, lincah, tidak menggantung serta tidak bergerombol di pojok
kolam.
2.
Ukurannya Seragam
Ukuran
benih patin yang tidak seragam akan mengakibatkan pertumbuhan patin menjadi
tidak serempak. Ikan patin bersifat kanibal, jika lapar maka ikan patin yang
berukuran besar akan memangsa patin lain yang ukurannya lebih kecil. Jika kita
menghendaki ukuran benih 5 cm maka sebaiknya toleransi benih ukuran 4 cm dan 6
cm masing-masing tidak lebih dari 10 % populasi.
3.
Riwayat Induk/Keturunan.
Berasal
dari induk yang unggul. Bukan hasil pemijahan (perkawinan) dengan tingkat
kekerabatan yang dekat (inbreeding).
4.
Riwayat Penyakit
Ikan
pernah sakit atau tidak? Jika benih patin pernah sakit tanyakan bagaimana
kronologis dan cara penanganannya. Apakah menggunakan antibiotik, vitamin, atau
probiotik, atau bahkan perlakuan teknis saja. Tidak disarankan menggunakan
antibiotik dengan dosis berlebihan karena penyakit/bakteri akan bersifat kebal
sehingga memerlukan dosis yang lebih tinggi.
Persiapan
pemijahan ikan patin.
Induk
patin yang baik untuk dipijahkan adalah induk yang telah berumur antara 2,5 - 5
tahun dengan berat antara 3 - 6 Kg. Induk ukuran ini mudah ditangani, tingkat
ovulasinya lebih , tinggi dengan induk yang lebih tua dan berukuran lebih
besar.
Pemeliharaan
induk jika memungkinkan dilakukan dalam beberapa kelompok dan diperlihara
secara terpisah hal ini dimaksudkan agar dapat digunakan secara bergantian.
Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam tanah dan dapat juga menggunakan kolam
tembok dengan kepadatan 3 - 5 ekor/ m2, kualitas air ideal untuk induk suhu
antara 250 – 300 C, pH 6,0 - 8,5 dan kandungan oksigen
terlarut minimal 4 mg/L.
Selama
pemberian pakan dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku makan ikan, warna
dan kondisi air, kondisi kincir, aerasi dan memastikan kalau tidak ada ikan
liar yang masuk kedalam kolam pemeliharaan induk. Pakan yang diberikan jangan
terlalu banyak atau sampai tersisa karena akan menyebabkan turunnya kualitas
air.
Pola
makan ikan terkadang tidak sama setiap harinya maka pakan yang diberikan harus
dikontrol dan tercatat dengan baik baik waktu dan jumlah pemberian pakan serta
jenis pakan yang diberikan. Pakan yang umum diberikan pada induk patin adalah
pellet komersial dengan kadar protein 30 - 35 %. Jumlah pemberian pakan
maksimum adalah 2 - 3 % dari, berat biomass dan diberikan 2 - 3 kali perhari
pada pagi, sore dan atau malam hari.
Indukan
ikan patin dalam kolam indukan per m2 pada tebar 5 ekor yang di
pelohara dalam kolam tanah. Dan bisa dipergunakan sebagai indukan umur 2,5 – 3
tahun berat sekitar 3 kg.
Untuk
persiapan pemijahan di perlukan peralatan :
1. Induk
jantan dan bertina yang telah memenuhii syarat, umur 2,5 – 3 tahun dengan berat
badan ± 3 kg.
2. Akuarium
untuk larva hasil pemijahan
3. Tabung
reaksi
4. Aquades
atau aqua bides
5. Na
Cl, bulu ayam
Untuk
proses pemijahan dilakukan dengan suhu ruangan sekitar ± 29 0 C, pada daerah yang suhunya
rendah atau dataran tinggi membuat ruangan khusus dengan pemanas.
Proses
pemijahan di lakukan secara oleh tenaga manusia :
1. Plih
induk matang telur
2. Induk
jantan dan betina di suntik dengan hormon Ovaprim,
dengan dosis untuk induk betina 0,5 mg/ kg dan jantan 0,2 mg/ kg di tunggu ± 1 jam kemudidan suntik lagi
dengan dosis yang sama dan tunggu lagi selama 1 jam.
3. Dilakukan
proses striping atau pengurutan pada kedua induk ikan
4. Di
lakukan pencampuran dalam tabung reaksi dan di aduk- aduk memakai bulu ayam
agar merata, kemudian di masukan dalam akuarium.
5. Setelah
menetas sampai umur ± 2 minggu di pelihara dalam akuarium, kemudian di pindah
pada kolam pendederan sampai ukuran 5 -8 cm.
6. Pada
saat naupli pakan yang di berikan adalah Artemia
yang telah di kultur pada tempat lain umur antara 2 – 10 hari.
7. Selanjutnya
umur 11 hari ke atas memakai pakan buatan/ pellet.
0 comments:
Post a Comment