Plankton adalah makhluk
( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengapung, mengambang, atau melayang di
dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus.
Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif
berenang bebas, tidak bergantung pada arus air, contohnya : ikan, cumi – cumi,
paus, dll. Bentos adalah biota yang hidupnya melekat pada, menancap, merayap,
atau membuat liang didasar laut, contohnya: kerang, teripang, bintang laut,
karang, dll.
Penggolongan Plankton
Plankton digolongkan ke
dalam beberapa kategori, yaitu:
1. Berdasarkan Fungsi
Secara fungsional,
plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu fitoplankton,
zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.
a. Fitoplankton
Fitoplankton disebut
juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang
dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm (1 µm = 0,001mm).
fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang
berbentuk rantai.
Meskipun ukurannya
sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat
sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut.
Fitoplankton mempunyai
fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan
sendiri bahan organic makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan
proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organic karena mengandung
klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai primer producer.
Bahan organik yang
diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalan segala fungsi
faalnya. Tetapi, disamping itu energi yang terkandung didalam fitoplankton dialirkan
melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi – cumi
sampai ikan paus yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik
secara langsung atau tidak langsung melalui rantai makanan.
b. Zooplankton
Zooplankton, disebut juga
plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam
laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat
ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang
maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik.
Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada bahan
organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi zooplankton lebih
berfungsi sebagai konsumen (consemer) bahan organik. konsumen (consumer)bahan
organik.
Ukurannya yang paling
umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya
ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling
umum ditemui antara lain: kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid
(mysid), amfipod (amphipod), kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat
dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan muara sampai ke
perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub.
Zooplankton ada yang
hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula yang
dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir
semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut
(bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih
berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya
yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.
c. Bakterioplankton
Bakterioplankton,
adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Kini orang makin memahami bahwa
bakteri pun banyak yang hidup sebagai plankton dan berperan penting dalam
(nutrient cycle) dalam ekosistem laut. la mempunyai ciri yang khas, ukurannya
sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel, dan umumnya tidak
mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis. Fungsi utamanya dalam ekosistem
laut adalah sebagai pengurai (decomposes). Semua biota laut yang mati, akan
diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat,
silikat, dan sebagainya. Hara ini kemudian akan didaur-ulangkan dan
dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis. d. Virioplankton
Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya
sangat kecil ( kurang dari 0,2 um ) dan menjadikan biota lainnya, terutama
bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus
ini tak menunjukkan kegiatan hayati. Tetapi virus ini dapat pula memecahkan dan
mematikan sel-sel inangnya. Baru sekitar dua dekade lalu para ilmuwan banyak
mengkaji virioplankton ini dan menunjukkan bahwa virioplankton pun mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam daur karbon (carbon cycle) di dalam ekosistem
laut. 2. Berdasarkan Ukuran Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang
sangat kecil hingga yang besar. Dulu orang menggolongkan plankton dalam tiga
kategori berdasarkan ukurannya, yakni: a. Plankton jaring (netplankton):
plankton yang dapat tertangkap dengan jaring dengan mata jaring (mesh size)
berukuran 20 ,um, atau dengan kata lain plankton berukuran lebih besar dari 20
,um. b. Nanoplankton: plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari
2,um. Atau berukuran 2-20 ,um; c. Ultrananoplankton: plankton yang berukuran
lebih kecil dari 2 µm. Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat
lebih baik memilah-milah partikel yang sangat halus, penggolongan plankton
berdasarkan ukurannya lebih berkembang. Penggolongan di bawah ini diusulkan
oleh Sieburth dkk. (1978) yang kini banyak diacu orang.
a. Megaplankton (20-200
cm) Ada juga yang menyebutnya megaloplankton. Banyak ubur-ubur termasuk dalam
golongan ini. Ubur-ubur Schyphomedusa, misalnya bisa mempunyai ukuran diameter
payungnya sampai lebih dari satu meter, sedangkan umbai-umbai tentakelnya bisa
sampai beberapa meterpajangnya. Plankton raksasa yang berukuran terbesar di
dunia adalah ubur-ubur Cyanea arctica yang payungnya bisa berdiameter lebih
duameter dan dengan panjang tentake130 m lebih .
b. Makroplankton (2-20
cm) Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan banyak pula
termasuk dalam golongan ini.
c. Mesoplankton (0,2-20
mm) Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti kopepod,
amfipod, ostrakod, kaetognat. Ada juga beberapa fitoplanktonyang berukuran
besar masuk dalam golongan ini seperti Noctiluca. 3. Berdasarkan Daur Hidupnya
Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi : a. Holoplankton Dalam
kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai
plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton
termasuk dalam golongan ini. Contohnya : kokepod, amfipod, salpa, kaetognat.
Fitoplankton termasuk juga umumnya adalah holoplankton. b. Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjadi kehidupannya sebagai plankton hanya pada
tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan
larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni hewan yang
dapat aktif berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat
didasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton sering pula disebut sebagai plankton
sementara.
Pada umumnya ikan
menjalani hidupnya sebagai plankton ketika masih dalam tahap telur dan larva
kemudian menjadi nekton setelah dapat berenang bebas. Kerang dan karang adalah
contoh hewan yang pada awalnya hidup sebagai plankton pada tahap telur hingga
larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai bentos yang hidup
melekat atau manancap didasar laut. Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan
umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya. Larva
crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai perkembangan larva yang
bertingkat – tingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak menunjukkan persamaan
dengan bentuk yang dewasa. Pengetahuan mengenai meroplankton ini menjadi sangat
penting dalam kaitannya dengan upaya budidaya udang, crustacea, mollusca, dan
ikan. c. Tikoplankton Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati
karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup didasar laut sebagai bentos.
Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus
mengembara sementara sebagai plankton. 4. Berdasarkan Sebaran Horizontal
Plankton terdapat dilingkungan air tawar hingga tengah samudra. Dari perairan
tropis hingga ke perairan kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang
tidak dihuni oleh plankton. Berdasarkan sebaran horizontalnya, plankton dibagi
menjadi: a. Plankton Neritik Plankton neritik (neritic plankton) hidup di
perairan pantai dengan salinitas (kadar garam) yang relatif rendah. Kadang-kadang
masuk sampai ke perairan payau di depan muara dengan salinitas sekitar 510 psu
(practical salinity unit; dulu digunakan istilah °/oo atau permil, g/kg).
Akibat pengaruh lingkungan yang terus-menerus berubah disebabkan arus dan
pasang surut, komposisi plankton neritik ini sangat kompleks, bisa merupakan
campuran plankton laut dan plankton asal perairan tawar. Beberapa di antaranya
malah telah dapat beradaptasi dengan lingkungan estuaria (muara) yang payau,
misalnya Labidocera muranoi. b. Plankton Oseanik Plankton oseanik (oceanic
plankton) hidup di perairan lepas pantai hingga ke tengah samudra. Karena itu
plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi. Karena
luasnya wilayah perairan oseanik ini, maka banyak jenis plankton tergolong dalam
kelompok ini. Penggolangan seperti di atas tidaklah terlalu kaku, karena ada
juga plankton yang hidup mulai dari perairan neritik hingga oseanik hingga
dapat disebut neritik-oseanik. 5. Berdasarkan Sebaran Vertikal Plankton hidup
di laut mulai dari lapisan tipis di permukaan sampai pada kedalaman yang sangat
dalam.
Dilihat dari sebaran
vertikalnya plankton dapat dibagi menjadi:
a. Epiplankton
Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman
sekitar 100 m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari dapat
menembus. Namun dari kelompok epilankton ini ada juga yang hanya hidup di
lapisan yang sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara.
Plankton semcam ini disebut neuston. Contoh yang menarik adalah fitoplankton
Trichodesmium(Gambar 10.), yang merupakan sianobakteri berantai panjang yang
hidup di permukaan dan mempunyai keistimewaan dapat mengikat nitrogen langsung
dari udara. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0-10 cm disebut
hiponeuston. Ternyata lapisan tipis ini mempunyai arti yang penting karena bisa
mempunyai komposisi jenis yang kompleks. Dari kelompok neuston ini ada juga
yang mengambang di permukaan dengan sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian
lain lagi tersembul ke udara. Yang begini disebut pleuston.
b. Mesoplankton
Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman
sekitar 100-400 m (jangan dikelirukan dengan ukuran plankton yang istilahnya
sama). Pada lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat redup sampai gelap. Oleh
sebab itu, di lapisan ini fitoplankton,yang memerlukan sinar matahari untuk
fotosintesis, umumnya sudah tidak dijumpai. Lapisan ini dan lebih dalam
didominasi oleh zooplankton. Beberapa kopepod seperti Eucheuta marina tersebar
secara vertikal sampai ke lapisan ini atau lebih dalam. Dari kelompok eufausid
juga banyak yang terdapat di lapisan ini, misalnya Thysanopoda, Euphausia,
Thysanoessa, Nematoscelis. Tetapi eufausid ini juga dapat melakukan migrasi
vertikal sampai ke lapisan di atasnya.
c. Hipoplankton
Hipoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400 m.
Termasuk dalam kelompok ini adalah batiplankton (bathyplankton) yang hidup pada
kedalaman > 600 m, dan abisoplankton(abyssoplankton) yang hidup di lapisan
yang paling dalam, sampai 3000–4000 m. Sebagai contoh, dari kelompok eufausid,
Bentheuphausia ambylops dan Thysanopoda adalah jenis tipikal laut dalam yang
menghuni perairan pada kedalaman lebih dari 1500 m. Kelompok kaetognat
Eukrohnia hamata, dan Eukrohnia bathypelagica termasuk yang hidup pada
kedalaman lebih dari 1000 m.
2. FITOPLANKTON
Fitoplankton adalah
komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu
menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan
anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof
berfungsi sebagai produsen. Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani,
phyton atau "tanaman" dan πλαγκτος ("planktos"), berarti
"pengembara" atau "penghanyut". Sebagian besar fitoplankton
berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi,
ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau
di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna
sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan
klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen seperti
phycobiliprotein) (http://id.wikipedia.org/wiki/Fitoplankton).
Parameter Pertumbuhan
Fitoplankton yaitu :
Suhu
Suhu optimal kultur
fitoplankton secara umum antara 20-24 °C. hampir semua fitoplankton toleran
terhadap suhu antara 16-36 °C. Suhu di bawah 16 °C dapat menyebabkan kecepatan
pertumbuhan turun, sedangkan suhu di atas 36 °C dapat menyebabkan kematian pada
jenis tertentu .
Cahaya
Cahaya merupakan sumber
energy dalam proses fotosintetis yang berguna untuk pembentukan senyawa karbon
organik. Kebutuhan akan cahaya bervariasi tergantung kedalaman kultur dan
kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
fotoinbihisi dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000 lux cocok untuk kultur dalam
Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5000-10000 lux untuk volume yang lebih besar.
Nutrien
Nutrient dibagi menjadi
menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat tergolong makronutrien
yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Nitrat
adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun
air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti ammonia, nitrit dan
senyawa organik dapat digunakan apabila kekurangan nitrat.
pH
Variasi pH dapat
mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton dalam beberapa hal,
antara lain mengubah keseimbangan dari karbon organik, mengubah ketersediaan
nutrient, dan dapat mempengaruhi fisiologis sel. Kisaran pH untuk kultur alga
biasanya antara 7-9, kisaran optimum untuk alga laut antara 7.5-8.5 sedangkan
untuk Tetraselmis chuii optimal pada 7-8.
Salinitas
Hampir semua jenis
fitoplankton yang berasal dari air laut dapt tumbuh optimal pada salinitas
sedikit di bawah habitat asalnya. Tetraselmis chuii memiliki kisaran salinitas
yang cukup lebar, yaitu 15-36 ppt sedangkan salinitas optimal untuk
pertumbuhannya adalah 27-30 ppt .
Karbondioksida
Karbondioksida
diperlukan fitoplankton untuk membantu proses fotosintesis. Karbondioksida dengan
kadar 1-2 % biasanya sudah cukup untuk kultur fitoplankton dengan intensitas
cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan ph
kurang dari batas optimum .
Ekologi, Struktur
Komunitas dan Kelimpahan Fitoplankton
Fitoplankton memperoleh
energi melalui proses yang dinamakan fotosintesis sehingga mereka harus berada
pada bagian permukaan permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau
atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan
banyak oksigen yang memenuhi atmosfer Bumi. Kemampuan mereka untuk mensintesis
sendiri bahan organiknya menjadikan mereka sebagai dasar dari sebagian besar
rantai makanan di ekosistem lautan dan di ekosistem air tawar. Di samping
cahaya, fitoplankton juga sangat tergantung dengan ketersediaan nutrisi untuk
pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi seperti nitrat,
fosfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan antara
mekanisme yang disebut pompa biologis dan up welling pada air bernutrisi tinggi
dan dalam. Akan tetapi, pada beberapa tempat di Samudra Dunia seperti di
Samudra bagian Selatan, fitoplankton juga dipengaruhi oleh ketersediaan
mikronutrisi besi. Hal ini menyebabkan beberapa ilmuan menyarankan penggunaan
pupuk besi untuk membantu mengatasi karbondioksida akibat aktivitas manusia di
atmosfer.
Walaupun hampir semua
fitoplankton adalah fotoautotrof obligat, ada beberapa fitoplankton yang
miksotrofik dan ada juga spesies tak berpigmen yang merupakan heterotrof (yang
ini dinamakan sebagai zooplankton). Jenis-jenis ini, yang paling dikenal adalah
dinoflagellata seperti genus Noctiluca dan Dinophysis, memperoleh karbon
organiknya dengan memakan organisme atau material detritus lainnya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Fitoplankton).
Kelimpahan fitoplankton
di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan
karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah
pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi
lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan
fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia
perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan
ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah
adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.
Fitoplankton dapat
berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan
kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu
merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan . Oleh karena itu,
kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan
apakah berada dalam keadaan subur atau tidak.
Perubahan terhadap
kualitas perairan erat hubungannya dengan potensi perairan ditinjau dari
kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu
perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan. Fitoplankton
merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi
kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Fitoplankton juga merupakan
penyumbang oksigen terbesar di dalam perairan laut. Pentingnya peranan
fitoplankton sebagai pengikat awal energi matahari menjadikan fitoplankton
berperan penting bagi kehidupan laut. Dengan demikian keberadaan fitoplankton
dapat dijadikan indikator kualitas perairan yakni gambaran tentang banyak atau
sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di suatu perairan dan jenis-jenis
fitoplankton yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton yang dapat hidup
karena zat-zat tertentu yang sedang blooming, dapat memberikan gambaran
mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya.
Produktivitas primer
fitoplankton ini merupakan salah satu dari sebagian besar sumber penting dalam
pembentukan energi di perairan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi primer
(laju fotosintesis) antara lain: cahaya matahari, suhu, nutrien, serta struktur
komunitas dan kelimpahan fitoplankton yang mampu beradaptasi di ekosistem
perairan (habitatnya). Sebagai produsen primer fitoplankton di perairan
memerlukan cahaya untuk proses fotosintesisnya. Dilihat dari fisiologi
fitoplankton, spektrum cahaya yang terpenting menunjang proses fotosintesis
adalah cahaya yang mempunyai panjang gelombang 400 – 700 nm atau lazim dikenal
dengan PAR (Photosynthetically Active Radiation).
Proses pemanfaatan
energi matahari dalam meningkatkan produktivitas primer di perairan terjadi
melalui proses perubahan energi menjadi energi organik yang berlangsung dalam
tubuh fitoplankton, dan pemindahan energi melalui pemangsaan hewani pada
tingkat trofik yang diatasnya. Berbagai manfaat dan keperluan intensitas cahaya
merupakan faktor pembatas utama terhadap distribusi vertikal fitoplankton di
perairan, kerena itu untuk hidup mereka harus menetap di daerah bagian atas
perairan (zona fotik), dimana energi cahaya matahari masih menjangkau dan
serasi untuk proses fotosintesis. Peranan cahaya matahari bagi kehidupan
organisme sudah lama diketahui terutama intensitasnya yang merupakan salah satu
faktor penentu produktivitas perairan.
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, ternyata ditemukan 23 genera dari 4 kelas
fitoplankton yang meliputi 10 jenis Chlrophyceae, 5 jenis Cyanophyceae, 5 jenis
Bacillariophyceae, dan 3 jenis Dinophyceae.
Cyanophyceae
Chlrophyceae Microcystis (Cyanop hyceae)
Berdasarkan kemampuan
fitoplankton dalam memanfaatkan cahaya, maka fitoplankton dibagi menjadi 2
kelompok yaitu : fitoplankton tipe terang dan fitoplankton tipe teduh.
Fitoplankton tipe terang pada umumnya hidup dilapisan atas atau di bawah
permukaan dan dalam melakukan proses fotosintesis secara efektif memerlukan
cahaya tinggi. Fitoplankton tipe teduh pada umumnya hidup di bawah atau di
dasar perairan dan dalam melakukan proses fotosintesis secara efektif
memerlukan cahaya rendah.
Jenis-jenis dari kelas
Cyanophyceae pad umumnya banyak ditemukan di lapisan atas atau di bawah
permukaan . Sehingga jenis-jenis ini termasuk fitoplankton tipe terang.
Jenis-jenis dari kelas Chlrophyceae dan Bacillariophyceae pada umumnya banyak
ditemukan dan atau terakumulasi di lapisan termoklin dan jenis-jenis dari
phylum Bacillariophyceae banyak ditemukan di dasar perairan yang masih ada
sinar, sehingga jenis-jenis ini termasuk fitoplankton tipe teduh. Walaupun
demikian, hampir semua fitoplankton dapat menyebar pada lapisan eufotik,
sehingga jenis-jenis fitoplankton tipe teduh pada kondisi dan waktu tertentu
dapat muncul dipermukaan , demikian juga sebaliknya jenis-jenis fitoplankton
tipe terang bisa berada di bawah.
Hubungan antara
produktivitas primer dengan intensitas cahaya, koefisien korelasinya positif
(r+), menunjukan bahwa produktivitas primer fitoplankton tergantung pada
intensitas cahaya tapi dalam bentuk kuadratik. Proses pemanfaatan energi cahaya
matahari dalam meningkatkan produksi biomassa perairan, terjadi melalui proses
perubahan energi cahaya menjadi energi organik yang berlangsung dalam tubuh
fitoplankton, dan transfer energi melalui pemangsaan ke biomassa hewani pada
tingkat tropic level di atasnya.
Taksonomi dan Morfologi
Fitoplankton Laut
Pada perairan laut
terdapat tiga belas kelas (Tabel 1), diatom dan dinoflagellata merupakan
golongan besar dan tersebar luas di laut, baik perairan pantai maupun lautan.
Taksonomi (kelas) Nama
umum Area yang dominan Cyanophyceae Alga biru hijau Tropik, cosmopolitan Rhodophyceae
Alga merah Jarang, Pantai Bacillariophyceae Diatom Seluruh perairan laut,
khususnya pantai Cryptophyceae Cryptomonad Cosmopolitan, khususnya pantai Dinophyceae
Dinoflagellata Seluruh perairan laut, khususnya daerah tropis Chrysophyceae
Crysomonad Silicoflgellata Jarang, pantai Kadang-kadang melimpah Haptophyceae
Coccolithopor Prymnesiomonad Lautan (coccolit) Pantai (prymnesio) Raphidiophyceae
Chloromonad Jarang, tetapi kadang-kadang melimpah, payau Xanthophyceae Alga
kuning hijau Jarang Eustigmatophyceae – Jarang Euglenophyceae Euglenoid Pantai Prasinophyceae
Prasionomonad Seluruh perairan laut Chlorophyceae Alga hijau Volvocales Jarang
, pantai
Reproduksi Fitoplankton
Laut
Proses reproduksi
fitoplankton laut dilakukan melalui pembelahan diri menjadi dua. Epiteka (katub
atas) terlepas dari hipoteka (katub bawah). Tiap belahan katub akan membentuk
katub atas atau katub bawah baru . Proses pembentukan katub ini cukup lama, sehingga
beberapa generasi berukuran lebih kecil. Pemulihan ukuran dilakukan melalui
pembentukan oksospora.
Komposisi Kimia
Fitoplankton Laut
Tabel 2 memperlihatkan
persentase protein, karbohidrat dan lemak yang ditemukan pada spesis
fitoplankton laut selama proses pertumbuhan. Kandungan protein tertinggi
ditemukan pada spesis Tetraselmis maculata sedangkan kandungan karbohidrat dan
lemak tertinggi pada spesis Amphidinium carteri . berdasarkan komposisi
monosakarida pada fitoplankton laut diperlihatkan pada Tabel 3.
Penyebaran Fitoplankton
Laut
Fitoplankton biasanya
berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih memungkinkan
terjadinya proses fotosintesis. Pada suatu perairan sering dijumpai kandungan
fitoplankton yang sangat melimpah akan tetapi pada tempat yang lain sangat
sedikit. Keadaan ini disebabkan oleh bermacam-macam faktor antara lain angin,
arus, nutrien, variasi kadar garam, kedalaman perairan, aktivitas pemangsaan
serta adanya percampuran massa air.
Ditribusi Horizontal
Distribusi fitoplankton
secara horizontal lebih banyak dipengaruhi faktor fisik berupa pergerakan masa
air. Oleh karena itu pengelompokan (pathciness) plankton lebih banyak terjadi
pada daerah neritik terutama yang dipengaruhi estuaria dibandingkan dengan
oseanik. Faktor-faktor fisik yang menyebabkan distribusi fitoplankton yang
tidak merata antara lain arus pasang surut, morfogeografi setempat, dan proses
fisik dari lepas pantai berupa arus yang membawa masa air kepantai akibat
adanya hembusan angin. Selain itu ketersediaan nutrien pada setiap perairan
yang berbeda menyebabkan perbedaan kelimpahan fitoplankton pada daerah-daerah
tersebut.(Gambar 8). Pada daerah dimana terjadi up welling atau turbulensi,
kelimpahan plankton juga lebih besar dibanding daerah lain yang tidak ada.
Peranan Fitoplankton
Laut
Fitoplankton memiliki
zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan
bahan organik dan oksigen dalam air. . Sebagai dasar mata rantai pada siklus
makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik masih
kecil maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan suatu perairan. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran
menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas
dinoflgellata tubuhnya memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin (racun),
dalam keadaan blooming dapat mematikan ikan. Dewasa ini fitoplankton laut telah
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain:
1. Bidang perikanan
Sebagai makanan larva
ikan, dilakukan melalui isolasi untuk mendapatkan satu spesis tertentu,
misalnya Skeletonema. Kemudian dibudidayakan pada bak-bak terkontrol pada usaha
pembibitan ikan untuk keperluan makanan larva ikan.
2. Industri farmasi dan
makanan suplemen
Fitoplankton yang
mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi digunakan sebagai makanan suplemen bagi
penderita gangguan pencernaan dan yang membutuhkan energi tinggi. Contoh produk
yang beredar dari jenis Chlorella.
3. Pengolahan limbah
logam berat
Dalam pengolahan limbah
logam berat fitoplankton dapat digunakan untuk mengikat logam dari badan air
dan mengendapkannya pada dasar kolam. Sehingga logam dalam air menjadi
berkurang.
Kelompok Utama
Fitoplankton
Diatom
Diatom (dari bahasa
Yunani dia yang berarti ' through ' dan tomos yang berarti 'cutting') adalah
suatu kelompok besar dari alga plankton yang termasuk paling sering ditemui.
Kebanyakan diatom adalah bersel tunggal, walaupun beberapa membentuk rantai
atau koloni. Sel diatom dilapisi dinding sel unik yang terbuat dari silika.
Diatom memiliki klorofil dan mampu berfotosintesis. .
(http://id.wikipedia.org/wiki/Diatom)
Diatom
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan :Protista
Divisi
:Heterokontophyta
Kelas
:Bacillariophyceae
Diatom adalah kelompok
besar dari ganggang yang memiliki membran inti. Diatoms adalah alga cell
tunggal yang sangat penting dan merupakan sumber carbon organik pada seluruh
rantai makanan pada ekosistem perairan. Bukan hanya itu, Diatoms juga ternyata
merupakan struktur kecil berukuran beberapa micron yang sangat indah dan
menarik. Sebagai dasar dari seluruh rantai makanan, diatoms merupakan producer
primer pertama yang di manfaatkan oleh consumer seperti zooplankton, ikan
kecil, udang kecil dan atau beberapa bivalve yang menyring makanan dari badan
air (suspension feeder)
Persebaran diatom
Diatom kebanyakan
tersebar pada seluruh perairan dunia, dari perairan air tawar hingga lautan
dalam. Bahkan ada beberapa yang di temukan pada genangan air bekas gunung
berapi. Diatom umumnya di temukan pada laut, sungai, estuary, kolam, aliran air
pada irigasi-irigasi, bahkan kolam-kolam kecil sekalipun.
Yang menarik adalah
diatom bahkan dapat di temukan pada sediment dari permukaan laut bahkan sungai,
danau dan estuary. Bahkan di jadikan indicator dari pola pelapisan sediment
yang terbentuk. Tidak jarang juga di jadikan indicator lingkungan pada indikasi
pencemaran lingkungan (akan di bahas pada artikel lainnya).
Dari sumbernya diatom
dapat di kelompokkan kedalam Diatom asli perairan tersebut (Autochthonous) dan
Diatom yang berasal dari luar perairan itu (Allochthonous). Pada daerah-daerah
pantai atau estuary yang banyak terdapat vegetasi seperti lamun (seagrass) dan
Macroalga, perairan tersebut kebanyakan di jumpai kelompok diatom asli yang
berasal dari perairan tersebut (autochthonous) yang umumnya berasal dari
epiphyte yang melekat pada macrophyte. Kelompok diatom ini juga dikenal dengan
epiphytic diatom. Dari bentuknya, diatom itu sendiri di kenal dengan cell
diatom melingkar (Centric diatom) dan cell diatom memanjang (pennate diatom).
Penggolongan diatom
menurut pola hidupnya juga di bedakan atas 8 kelompok. Yaitu :
1. Epiphytic dikenal
dengan kelompok diatom yang melekat pada tumbuhan lain yang lebih besar . .
2. Epipsamic dikenal
dengan kelompok diatom yang hidup dan tumbuh pada pasir.
3. Epipelic di kenal
dengan kelompok diatom yang hidup dan tumbuh pada permukaan
tanah liat (mud) atau
sediment.
4. Endopelic di kenal
dengan kelompok diatom yang tumbuh dalam rongga tanah liat
(mud) atau sediment.
5. Epilithic di kenal
dengan kelompok diatom yang tumbuh dan melakat pada
permukaan batuan.
6. Endolithic di kenal
dengan kelompok diatom yang tumbuh didalam rongga batuan
pada dasar perairan.
7. Epizoic di kenal
dengan kelompok diatom yang melakat pada hewan umunya
invertebrate dasar
perairan.
8. Fouling di kenal
dengan kelompok diatom yang melekat pada benda-benda yang
keras yang biasannya di
tanam atau di letakkan pada dasar perairan.
(http://www.scribd.com/doc/16805962/Tugas-Diatom-EARTH)
Beberapa Jenis Diatom
Asterionella
Chaetoceros Corethron Coscinodiscus
Skeletonema Navicula
Rhizosolenia Thalassiosira
Cyanobacteria
Cyanobacteria atau
ganggang biru-hijau adalah filum (atau "divisi") bakteri yang
mendapat energi melalui fotosintesis. Jejak fosil cyanobacteria telah ditemukan
sejak 3,8 miliar tahun lalu. Cyanobacteria sekarang adalah salah satu kelompok
terbesar dan terpenting bakteri di bumi.
Bentuk
Cyanobacteria ditemukan
di hampir semua habitat yang bisa dibayangkan, dari samudera ke air tawar ke
batu sampai tanah. Mereka bisa bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat
membentuk filamen ataupun lembaran. Cyanobacteria termasuk uniselular, koloni, dan
bentuk filamen. Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang
normal, sel fotosintesis pada kondisi lingkungan yang baik, dan tipe
heterokista yang berdinding tebal yang mengandung enzim nitrogenase.
Setiap individu sel
umumnya memiliki dinding sel yang tebal, lentur, dan Gram negatif.
Cyanobacteria tidak memiliki flagela. Mereka bergerak dengan meluncur sepanjang
permukaan. Kebanyakan cyanobacteria ditemukan di air tawar, sedangkan lainnya
tinggal di lautan, terdapat di tanah lembab, atau bahkan kadang-kadang
melembabkan batuan di gurun. Beberapa bersimbiosis dengan lumut kerak,
tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons dan menyediakan energi bagi
inang.
Klasifikasi
Cyanobacteria secara
tradisional diklasifikasikan menjadi lima kelompok, berdasar struktur tubuhnya
yaitu: Chroococcales, Pleurocapsales, Oscillatoriales, Nostocales dan
Stigonematales.
Fiksasi nitrogen dan
karbon
Sianobakteria adalah
satu-satunya kelompok organisme yang mampu mereduksi nitrogen dan karbon dalam
kondisi tidak ada oksigen (anaerob). Mereka melakukannya dengan mengoksidasi
belerang (sulfur) sebagai pengganti oksigen.
Risiko kesehatan
Beberapa spesies cyanobacteria
memproduksi neutrotoksin, hepatotoksin, sitotoksin, dan endotoksin, membuat
mereka berbahaya bagi hewan dan manusia.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Cyanobacteria)
GANGGANG BIRU-HIJAU
(Cyanobacteria)
a. Ciri ganggang
biru-hijau
1. Mempunyai pigmen
fikosianin
2. Ukuran lebih besar
daripada sel prokariotik 1-50 mikron
3. Hidup dalam bentuk
uniseluler/koloni/filamen
4. Tidak memiliki
flagel tetapi bersifat motil
5. Hidup di air tawar,
laut dan tanah-tanah lembap
6. Dapat bersimbiosis
seperti dengan lumut hati, paku-pakuan, jamur dan invertebrata
b. Reproduksi ganggang
biru-hijau
1. Pembelahan sel,
terutama yang bersel satu, contoh: Gleocapsa
2. Fragmentasi,
terutama yang berbentuk filamen, contoh: Oscillatoria
3. Pembentukan spora,
dilakukan jika lingkungan kurang menguntungkan
c. Peran ganggang
biru-hijau dalam kehidupan
1. Berperan sebagai
perintis/pioner
2. Dalam ekosistem air
tawar sebagai produsen bagi zooplankton, udang, dan ikan kecil
3. Bagi manusia dapat
dijadikan sebagai bahan pangan yaitu protein sel tunggal (single sel protein),
contoh: Spirullina
4. Memfiksasi N2 bebas
dari udara
Apabila melimpah dapat
memberi efek racun bagi hewan yang meminum air di perairan tersebut.
(http://materi-pelajaran.blogspot.com/2007/11/bakteri_14.html)
Dinoflagellata
Dinoflagellata
merupakan protista yang hidup di laut atau air tawar, dikelompokkan sebagai
protista autotrof oleh adanya klorofil a dan c , tetapi tidak mempunyai
klorofil b pigmen xantophil yang khas yaitu peridinin, neoperidinin,
dinoxanthin dan neodinoxanthin) dan karoten yang memberikan warna coklat atau
warna coklat emas. Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak.
Pyrrophyta bersifat
fotoautotrof atau heterotrof, sebagai saprofit, parasit, hidup bersimbiose atau
holozoik sehingga dinamakan pula sebagai Dinoflagellata karena mempunyai
sepasang flagella yang tidak sama panjang.
Karakteristik dari
organisme ini dari eukariotik lainnya adalah tetap memadatnya kromosom pada
semua stadia sehingga dikenal dengan sifat mesokariotik.
Struktur Sel
Pembagian Pyrrophyta
dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknyanya penutup sel (ampiesma) yaitu
yang telanjang (unarmored) dan mempunyai penutup sel (theca). Pada theca
terdapat pelat-pelat seperti baja dengan komponen utama sellulosa. Jumlah dan
letak pelat digunakan sebagai dasar dalam pemberian nama Peridinium.
Mempunyai bintik mata
(stigma), berupa kumpulan butir lipid yang mengandung pigmen karetinoid.
Tubuh dinoflagellata
primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella,
satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut
sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah
transversal dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari
tubuh atau bentuk spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut
girdle, merupakan cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus.
Flagellum transversal menyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan,
sedangkan flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior.
Sel Dinoflagellata
terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka. Pada
Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri: apical (‘) dan precingular (‘’). Pada
beberpara genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna pada permukaan dorsal
dengan 1-3 pelat interkalar anterior (a). Hipoteka tersusun atas 2 seri
transversal: cingular (‘’’) dan antapikal (‘’’’) juga sering terdapat seri yang
tidak sempurna yaitu interkalar posterior.
Fenomena dan Problem
Dinoflagellata dalam
jumlah yang kecil sebagai penyusun komunitas plankton laut, tetapi lebih
melimpah di perairan tawar. Fenonema menarik yang dihasilkan oleh Pyrrophyta
adalah kemampuan bioluminescence (emisi cahaya oleh organisme), seperti yang
dihasilkan oleh Noctiluca, Gonyaulax, Pyrrocystis, Pyrodinium dan Peridinium
sehingga menyebabkan laut tampak bercahaya pada malam hari.
Fenomena lainnya adalah
pasang merah (red tide) yaitu blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta sel per
liter. Red tide dapat menyebabkan:
1. Kematian ikan dan invertebrata,
jika yang blooming adalah Ptychodiscus brevis, Prorocentrum dan Gymnodinium
breve
2. Kematian
invertebrata jika yang blooming adalah Gonyaulax, Ceratium dan Cochlodinium
3. Kematian organisme
laut, yang lebih dikenal sebagai paralytic shellfish poisoning, jika yang
blooming adalah Gonyaulax.
Species yang hidup di
air laut dari genus Gymnodinium dan Gonyaulax menyebabkan pasang merah ( “red
tide”) terutama di daerah pantai New England, Florida, California dan Eropa
yang menyebabkan paralitic shellfish poisoning (PSP). Di bawah kondisi
lingkungan yang ideal dan didukung adanya substansi pertumbuhan menyebabkan
populasi species tertentu bertambah jumlahnya. Riegel (1949) menggambarkan
bahwa red tide di Monterey Bay, California kepadatan Gonyaulax mencapai 20
sampai 40 juta organisme per cm3. Namun demikian red tide tidak selalu merah,
ada kemungkinan berwarna kuning atau coklat. Konsentrasi substansi metabolic
toxic tertentu (saxitoxin) dengan level yang tinggi menyebabkan kehidupan
organisme di laut akan terbunuh. Pada tahun 1972 red tide yang terjadi di
pantai New England dan Florida, jutaan burung, ikan dan hewan lainnya telah
terbunuh dan mendatangkan malapetaka bagi industri kerang-kerangan karena
larangan memakan remis besar (clam and cysters).
Gymnodinium merupakan
contoh Dinoflagellata yang tubuhnya tidak tersusun oleh pelat-pelat. Banyak
dijumpai hidup di air tawar dan air laut, merupakan dinoflagellata yang
cingulumnya terletak di tengah-tengah dan melingkari sel dengan sempurna dan
berakhir pada permukaan ventral.
Ceratium hidup di air
laut ataupun air tawar, mempunyai tiga prosesus dinding sehingga berbentuk
seperti terompet, yang satu pada akhir tubuh, sedang yang dua ditempat tubuh
lain yang tidak digunakan untuk berlabuh. Histiophysis mempunyai bentuk seperti
kendi dan Ornithocercus mempunyai bentuk seperti layar atau sayap.
Beberapa genera
Dinoflagellata beracun yang dapat menimbulkan Red Tide
Gambierdiscus
Trichodesmium Gymnodinium Pyrodinium
Coccolithophor (Kelas
Haptophyceae)
Coccolithophor adalah
alga yang memiliki flagel ganda (biflagel) dan bersel tunggal yang diselimuti
oleh lapisan yang disebut Coccolith. Ukuran fitoplankton ini 5-50 μm. Plankton
ini melimpah pada daerah tropik dan subtropik, perairan laut terbuka, tetapi kadang-kadang
juga berkembangbiak di perairan pantai. Ada beberapa spesies yang hidup di
daerah dingin seperti Pontosphaera huxleyi dan Syracosphaera spp.
Alga Biru-Hijau
/Blue-green algae (Kelas Cyanophyceae)
Blue-green alga (BGA)
ini umumnya ditemui pada perairan dangkal, pantai tropis, tetapi dalam densitas
yang rendah. Terkadang terjadi blooming alga ini pada daerah payau dan habitat
pantai. Kandungan klorofil a pada BGA berisi phycobilin dan carotenoid yang
menentukan variasi warna pada beberapa spesies. Pigmen phycocyanin
menyebabkan warna
biru-hijau pada beberap individu kelompok ini. Salah satu jenis alga dari
kelompok ini adalah Trichodesmium erythraeum yang
keberadaannya memberi
pewarnaan Laut Merah (Gambar 6).
Gambar 6. Bentuk
mikroskopis dan Blooming Trichodesmium erythtraeum
Ukuran BGA berkisar
dari < 1 μm untuk yang bersel tunggal sampai lebih dari 100 μm untuk tipe
filamen. Cyanophyceae pelagis mencakup spesies dari Haliarachne, Katagnymene,
Oscillatoria dan Trichodesmium. Spesies bentik sering berad pada lapisan dasar
dekat substrat dan terapung kepermukaan oleh pergerakan air pasang. Chorella
salin Emiliania huxleyi Chrysophyceae Sargassu.
Fitoplankton dalam Ekosistem
Laut
Pada ekosistem perairan
organisme utama yang mampu memanfaatkan energi cahaya adalah tumbuhan hijau
terutama fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme autotrop yaitu
organisme yang mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik melalui
proses fotosintesis dengan bantuan cahaya. Sebagai organissme autotrop
fitoplankton berperan sebagai produser primer yang mampu mentransfer energi
cahaya menjadi energi kimia berupa bahan organik pada selnya yang dapat
dimanfaatkan oleh organisme lain pada tingkat tropis diatasnya. Fitoplankton
merupakan produser terbesar pada ekosistem laut. Pada ekosistem akuatik
sebagian besar produktivitas primer dilakukan oleh fitoplankton .
Steeman-Nielsen menyatakan bahwa kurang lebih 95% produksi primer di laut berasal
dari fitoplankton.
Tingkat Tropik 3
Konsumer Sekunder
Tingkat Tropik 2
Konsumer Primer
Tingkat Tropik 1
Produser Primer
Sebagai produser
primer, fitoplankton menduduki tingkatan terbawah pada piramida makanan (Gambar
14), artinya fitoplanktonlah yang mendukung seluruh kehidupan di laut. Dengan
kata lain fitoplankton menduduki tropik level paling randah dan berperan
mentransfer energi matahari dan mendistribusikan energi tersebut pada organisme
laut melaui rantai makanan. Apabila dilihat bentuk piramida makanan maka bisa
diartikan bahwa semakin ke atas ukuran individu bertambah sedangkan jumlah
individu menurun. Sebaliknya jumlah fitoplankton jauh lebih besar dibanding
zooplankton dan ikan tetapi ukurannya jauh lebih kecil. Bahan organic hasil
proses footsintesis dapat dimanfaatkan oleh zooplankton yang menduduki tropic
level kedua pada piramida makanan. Pada tingkat tropik ini zooplankton berperan
sebagai organisme herbivora atau konsumer primer. Sebagian besar zooplankton
memakan fitoplankton atau detritus dan memiliki eran penting dalam dalam rantai
makanan pada ekosistem perairan. Beberapa spesies memperoleh makanan melalui
uptake langsung dari bahan organik yang terlarut. Zooplankton pada dasarnya
mengumpulkan makanan melalui mekanisme feelter feeding atau raptorial feedeng.
Zooplankton filter feeder menyaring seluruh makanan yang melewati ’mulutnya’
sedangkan pada raptorial feeder sebagian makanannya dikeluarkan kembali. Proses
saling memangsa antar satu dengan yang lainnya disebut rantai makanan (food
chain) sedangkan rangkaian rantai makanan disebut jaring makanan (food web).
Pada rantai makanan maupun pada jaring makanan fitoplankton menempati tempat
yang terendah sebagai produser primer. Rantai makanan grazing di laut dimulai
dari fitoplankton sebagai produser dan zooplankton sebagai konsumer (grazer).
Apabila terjadi kematian baik fitoplankton maupun zooplankton maka akan menjadi
mata rantai pertama dalam rantai makan detritus (detritus food chain). Kedua
rantai makanan tersebut menjadi siklus dasar dalam produksi di laut .
0 comments:
Post a Comment