Di kawasan desa Talun,
kecamatan Kayen, kabupaten Pati memiliki areal kolam yang sangat luas, samapai
sekarang ± 250 Ha dalam satu desa. Dahulu merupakan rawa yang selalu mengalami
banjir, tetapi sejak di bangunya jaringan irigasi Jratun Seluna maka berkembang
usaha di bidang pertanian dan perikanan air tawar.
Udang adalah komoditas
unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas
budidaya yang sudah dikenal dan sangat diminati oleh masyarakat. Udang vaname
dikenal sebagai komoditas budidaya air payau. Selama ini, udang vaname yang
menjadi salah penghasil devisa Negara non migas banyak dibudidayakan di wadah
tambak. Padahal sebenarnya udang vaname dapat dibudidayakan dengan menggunakan
media air tawar dengan menggunakan metode tradisional ataupun semiintensif.
Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Kelas :
Crustacea
Sub-kelas :
Malacostraca
Series : Eumalacostraca
Super ordo : Eucarida
Ordo :
Decapoda
Sub ordo :
Dendrobranchiata
Infra ordo : Penaeidea
Famili : Penaeidae
Genus
: Penaeus
Sub genus : Litopenaeus
Spesies :
Litopenaeus vannamei
Kondisi udang yang
dapat hidup dengan salinitas yang sangat lebar ini kemudian menjadikan beberapa
pembudidaya mencoba melakukan budidaya udang vaname di air tawar melalui proses
aklimatisasi dan dalam prosesnya berhasil dilakukan budidaya udang vaname pada
salinitas rendah yakni pada salinitas 2 ppt.
Budidaya udang vaname
di air tawar memiliki beberapa keunggulan diantaranya mengurangi risiko udang
terjangkit penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang banyak
menginfeksi udang di perairan air payau.
Harus dipahami bahwa
yang dimaksud dengan air tawar disini adalah air tawar yang mengandung sedikit
garam. Jadi, bukan air tawar murni seperti budidaya air tawar pada umumnya.
Budidaya udang vaname dengan air tawar maksudnya air tawar yang masih
mengandung kadar garam tapi sedikit dan salinitasnya mendekati kondisi air
tawar yaitu 2 ppt tersebut di atas.
Menurut Sudrajat,
sebenarnya budidaya udang di air tawar dengan sistem tradisional juga sudah
dilakukan oleh para pembudidaya di Lamongan, Lampung dan Polman-Sulbar.
Pembudidaya biasanya memanfaatkan lahan persawahan dengan menggunakan pola
tanam bersama bandeng dan padi. Hasilnya cukup menggiurkan. Dari sawah seluas 1
ha yang ditanami 10 ribu benur udang windu bisa menghasilkan 1,75 kuintal udang
size 35, dengan lama pemeliharaan 90 hari. Hasil tersebut masih ditambah dengan
4 kuintal bandeng dan 7 kuintal padi. Sayangnya, semua itu belum digarap secara
lebih serius oleh pemerintah. Padahal prospek pengembangan budidaya udang air
tawar ini cukup besar, terutama jika melihat luasnya potensi tambak-tambak air
tawar yang berjarak 2-3 km dari bibir pantai dan belum termanfaatkan secara
optimal (Trobos, 2008).
Kelemahan dari budidaya
udang vaname di air tawar adalah kepadatan benih dan ukuran panen terbatas.
Biasanya para pembudidaya air tawar hanya bisa memelihara sekitar 6,6 – 12,5
gram saja, atau sekitar size 150 – 80 ekor /kg.
Budidaya udang vaname
di air tawar dibagi dalam 2 tahapan ,yaitu tahap pendederan dan tahap
pembesaran. Tahap pendederan merupakan tahap penentu dari kelanjutan usaha
budidaya karena langkah ini adalah proses adaptasi benur dari lingkungan yang
salinitasnya tinggi ke lingkungan yang nantinya bersalinitas mendekati nol (0).
Benur yang dibeli dari hatchery biasanya bersalinitas sekitar 30 promil. Benur
tersebut lalu ditebar di petakan yang salinitasnya hampir sama dengan di
hatchery yaitu sekitar 30 permil. Selanjutnya dilakukan penambahan air tawar
pelan – pelan selama 10 sampai 14 hari, sehingga salinitasnya mendekati 0,5
ppt. Air yang dipakai untuk kucuran lebih baik jika dari petak yang air
tawarnya akan digunakan untuk membesarkan udang nantinya. Harapannya adaptasi
bisa lebih sempurna. Jika kolam pendederan hanya mempunyai air tawar, maka
sebaiknya mendatangkan air laut. Jangan menambahkan garam untuk membuat air
laut tiruan. Bisa juga menggunakan air asin dari tambak garam, kemudian air
tersebut diencerkan.
Untuk tahap pembesaran,
faktor penting pada budidaya air tawar adalah mempertahankan alkalinitas dan
salinitas sekitar 0,5 ppt. Sehingga diharapkan penerapan pengapuran dan penambahan
berkala garam krosok sangat diperlukan sekitar 200 kg per minggu. Ini untuk
mengantisipasi hilangnya garam karena proses pergantian air. Rata-rata udang
dipelihara antara umur 50 – 90 hari dengan size 200 – 100 ekor/kg. Ada pula
yang sampai size 70 ekor/ kg dengan umur antara 110 sampai 120 hari. Variasi
besar kecilnya size, tonase, angka kehidupan (SR) tergantung dari mutu benur,
kepadatan dan masa adaptasi serta faktor pendukung lainnya. Kepadatan 10 hingga
15 ekor/m2 memungkinkan untuk tidak memakai kincir dengan masa budidaya 75
hari. Sedangkan kepadatan 25 ekor/m2 harus sudah memakai kincir menjelang umur
25 hari. Untuk kepadatan 40 ekor/m2, kincir harus sudah operasi sejak udang
berusia 7 hari. Kondisi persiapan program pakan dalam keadaan standar.(Trobos,
2009)
Beberapa kunci sukses
budidaya udang vaname di air tawar adalah:
1. Prosedur
aklimatisasi dan penebaran, karena biasanya benur dari hatchery bersainitas
tinggi dan harus diadaptasikan ke salinitas rendah yang komposisi ioniknya
berbeda
2. Lokasi tambak harus
berada pada kawasan estuarine yang masih kena dampak pasang surut.Hal ini
berkaitan dengan kebutuhan akan kadar ion garam yang diperlukan dalam budidaya
udang vaname.
3. Benur sudah
setidaknya diatas PL10, sebaiknya benur telah mempunyai cabang filamen insang
yang meluas karena insang memainkan peraan penting dalam osmoregulasi udang.
Kapasitas regulasi benur berkaitan dengan jumlah permukaan insang yang tersedia
untuk osmoregulasi. sebelum PL 10, insang mempunyai cabang sedikit sehingga
toleransinya terbatas terhadap salinitas rendah.
4. Benih udang vaname
sudah diadaptasi ke salinitas rendah (tawar). Penurunan salinitas sebaiknya
dilakukan mulai PL10 secara bertahap. Penurunan salinitas dapat dilakukan
dengan penurunan salinitas sebanyak 1 – 2 ppt perharinya sehingga akan
didapatkan ukuran tebar benih adalah sekitar PL 30-40. Benih udang yang sudah
diaklimatisasi ke air tawar ini dapat di peroleh di Jepara.
5. Perhatikan kondisi
kadar ion garam dan mineral di tambak/kolam yang akan dilakukan penebaran benih
udang vaname. Beberapa pembudidaya mengalami kendala dalam melakukan budidaya
ini karena kadar ion dan mineral yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan tidak
terdapat pada sumber airnya. Beberapa solusi untuk masalah ini pembudidaya
melakukan penambahan ion dan mineral yang dibutuhkan.
6. Perlu identifikasi
kebutuhan nutrien/nutrisi pakan yang spesifik untuk lingkungan salinitas
rendah.
7. Untuk mengurangi
resiko infeksi penyakit sebaiknya dibuat system klaster sehingga penyebaran
penyakit dapat lebih dikontrol.
Saat ini berkembang
minat tinggi untuk memelihara species laut dan muara di air bersalinitas rendah
di daerah pedalaman yang jauh dari pantai. Untuk species seperti ikan striped
bass, salinitas air ditingkatkan dengan menambah garam krasak ke kolam air
tawar. Di Thailand, larutan air asin bersalinitas 100-200 ppt dari penguapan
air pantai yang ditambahkan di kolam air tawar untuk meningkatkan salinitas dan
digunakan sebagai media untuk budidaya udang. Di beberapa tempat lain, ada yang
menggunakan air tanah atau air permukaan yang mengandung salinitas yang
memadai. (Claude E. Boyd, Ph.D in Global Aquaculture Advocate, Sept/Oct 2007)
Meskipun perairan ini
mempunyai salinitas yang cukup, ketidaksetimbangan ion mayornya dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan SR ikan dan udang. Masalah yang paling ngetop
adalah kandungan konsentrasi potassium rendah. Persoalan ini dapat diatasi
dengan mengaplikasikan potassium chloride untuk memberikan konsentrasi
potassium hingga 10x salinitasnya. Konsentrasi magnesium dapat juga berefek
negative terhadap pertumbuhan species yang dibudidaya di air bersalinitas
rendah. (Claude E. Boyd, Ph.D in Global Aquaculture Advocate, Sept/Oct 2007)
Di daerah yang
gersang/kering, penguapan akan mengkonsentrasikan ion-ion di air kolam inland,
yang dapat membahayakan species budidaya, terutama dimana digunakan kolam yang
dilapis dan secara rutin ditambahkan air untuk menggantikan berkurangnya air
akibat penguapan. Saya menyadari akan situasi dimana salinitas di kolam yang
dilapis di area gurun pasir bisa meningkat diatas 5.000 mg/l selama
bertahun-tahun, yang mematikan ikan kakap yang dipelihara di kolam tsb. (Claude
E. Boyd, Ph.D in Global Aquaculture Advocate, Sept/Oct 2007)
Beberapa species dapat
dapat beradaptasi terhadap kisaran salinitas yang luas daripada yang lain.
Udang laut sangat toleran terhadap salinitas yang bervariasi. contohnya,
Litopenaeus vannamei dan Penaeus monodon dapat dibudidaya di perairan yang
berkisar dari 1 ppt hingga lebih dari 40 ppt. Namun demikian, salinitas ekstrim
sangat membuat stress, dan budidaya udang kurang bermasalah pada salinitas
diatas 5 ppt dan dibawah 40 ppt. Salinitas yang ekstrim terutama menyebabkan
stress jika terjadi suhu yang juga ekstrim. (Claude E. Boyd, Ph.D in Global
Aquaculture Advocate, Sept/Oct 2007)
Tambak udang di muara
sering mempunyai variasi salinitas musiman yang luas. Selama musim hujan,
salinitas bisa turun drastis, sementara musim kemarau, salinitas bisa melebihi
salinitas air lautan. Petambak udang kadang-kadang menambahkan air tawar ke
kolam dekat pantai untuk menurunkan salinitas. Penarikan air tanah untuk tujuan
ini tidak dianjurkan, dapat menyebabkan pengacauan air garam menjadi sumber air
tawar.
Perkembangan produksi
udang terutama udang vaname terganggu oleh adanya serangan penyakit sehingga
beberapa sentra produksi budidaya udang vaname mengalami penurunan produksi
yang berimbas pada turunnya produksi udang secara nasional. Selama empat tahun
terakhir produksi udang vaname mengalami tren penurunan produksi terutama di
sentra produksi udang vaname. Sentra produksi udang vaname antara lain terdapat
di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.
Udang vaname prospek
pasarnya yang sangat potensial terutama pasar ekspor. Penurunan produksi udang
vaname akibat penyakit mungkin dapat di atasi dengan menggiatkan budidaya udang
vaname di air tawar karena terbukti lebih tahan terhadap serangan penyakit.
potensi pengembangan budidaya udang vaname di air tawar sangat terbuka lebar.
Apalagi didapati informasi bahwa udang vaname dapat dipelihara di daerah di
luar kawasan eustuarine sehingga hal ini semakin membuka peluang pembudidayaan
udang vaname dengan media air tawar dan tidak harus dekat dengan pantai. Bahkan
informasi yang didapat udang vaname dipelihara di kolam bekas budidaya ikan
lele yang notabene merupakan kolam murni air tawar dan lokasinya berada di
pekarangan rumah. Satu hal yang penting dalam pemeliharaan udang vaname di air
tawar adalah kandungan ion dan mineral yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan
udang vaname.
saya butuh stok udang vename dalam skala besar,,tlong bantu share infone gan..
ReplyDelete