Ikan patin merupakan
jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan
punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang
berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha
untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan
tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai
panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan
perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak
mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk
membesarkan ikan ini.
Ikan patin berbadan
panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung
berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di
ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada
sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
A. Klasifikasi
ikan patin menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidei
Famili : Schilbeidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius sp.
B. Manfaat
:
1.
Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2.
Sebagai ikan hias.
C. Persyaratan Lokasi.
Tanah yang baik untuk
kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah
tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat
dibuat pematang/dinding kolam.
Kemiringan tanah yang
baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan
kolam secara gravitasi.
Kedalaman kolam dan air
kolam yang ideal 2 – 4 m, karena jenis ikan ini termasuk senang makan pada
tempat gelap, sehingga akan efektif dalam budidaya.
Apabila pembesaran
patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat
yaitu sungai yang berarus lambat.
Kualitas air untuk
pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus
diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan
penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
Suhu air yang baik pada
saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26–28 derajat C.
Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif
rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang
relatif stabil. Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.
D. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA.
1. Persiapan Sarana dan Peralatan.
a. Pembuatan Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan
sumber air dan bebas banjir. Dimensi kolam adalah 16M X 4M X 1M = 64M2.
Kolam tersebut dapat menampung 1000-1500
ekor ikan patin.
Pipa dipasang di sisi kolam sebagai saluran
pembuangan, agar kolam tidak kepenuhan dan tumpah.
Setelah kolam diisi dengan air, campurkan
air kolam dengan kapur yang telah dilarutkan sebanyak ± 2kg secara merata. Agar
kadar keasaman air sesuai dengan habitat asli ikan patin.
b. Pembuatan Pabrik dan Mesin Pembuat Pakan.
Pabrik dibuat dengan
ukuran 4MX4M. Mesin yang digunakan untuk membuat pakan adalah mesin Domping.
2. Penyiapan Bibit
Bibit patin dapat di
beli dari para UPR di wilayah setempat, untuk mencapai keberhasilan agar
menggunakan bibit patin yang ukuran 8 -12 cm mengurangi resiko kematian, tetapi
harganya mahal.
3. Pemeliharaan dan Pembesaran.
Tahap awal yang dilakukan pada pemeliharaan
dan pembesaran adalah dibuatkan tempat khusus di kolam yang telah tersedia
seluas ±1M2 dengan bahan terbuat dari jala-jala kecil atau dalam aquarium.
Kemudian masukan bibit ikan patin tersebut kedalam kolam kecil atau aquarium
tersebut.
Bibit yang didapatkan belum bias makan
Pakan Butan/ Voer, sehingga harus diberikan pakan khusus berupa serbuk halus
yang didapat dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu pada saat
pembelian bibit ikan patin. Pemberian pakan serbuk husus ini berlangsung selama
2 minggu, sampai bibit sudah bias makan Pakan Buatan/ Voer.
Setelah bibit bisa makan Pakan Buatan/
Voer, barulah bibit ikan patin tersebut dilepaskan kekolam besar yang telah
tersedia.
Pemberian Pakan dilakukan 2 Kali sehari
(pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari
bobot/ berat bibit peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan,
sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam kolam. Hal ini dapat diketahuai
dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang
dipelihara (sampel).
4. Panen.
Ikan patin dapat
dipanen setelah berumur 6 bulan dengan berat mencapai 600-700 gram/ekor.
a. Penangkapan.
Penangkapan ikan dengan
menggunakan Jaring Bagang.
b. Pembersihan.
Setelah ikan patin
dipanen secara keseluruhan,kemudian dibersihkan. Setelah dibersihkan ikan patin
siap di Jual Kepasaran.
E. HAMA DAN PENYAKIT
a. Hama
Pada pembesaran ikan
patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang,
kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada usaha
pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di
dasar perairan relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di
jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang
merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah
udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya
akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Untuk menghindari
serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit) sebaiknya ditempatkan jauh
dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat
bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir
dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. Cara untuk menghindari dari
serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo
sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian
atas wadah budi daya dengan lembararan jaring dan memasang kantong jaring
tambahan di luar kantong jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring
bagian luar ini dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung
tidak dapat masuk, ikan patin juga tidak akan berlompatan keluar.
b. Penyakit
Penyakit ikan patin ada
yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit
yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit
non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya
timbul karena gangguan organisme patogen.
1) Penyakit akibat
infeksi
Organisme patogen yang
menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus.
Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara
lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white
spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2
bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara
lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit
akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
a. Penyakit parasit
Penyakit white spot
(bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis
Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau
methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan
yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya
masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan
pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
b. Penyakit jamur
Penyakit jamur biasanya
terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi
akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia
sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang
jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara
menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin.
Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai
adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30 menit.
Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai tiga
hari berturut- turut.
c. Penyakit bakteri
Penyakit bakteri juga
menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas
sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada
bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit
bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga
biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan
Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah
menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera
dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan
beberapa cara pengobatan. Antara lain: (1) Dengan merendam ikan dalam larutan
kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60 menit, (2) Merendam ikan dalam
larutan nitrofuran 5-10 ppm selama 12–24 jam, atau (3) merendam ikan dalam
larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
2) Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi
banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh
banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau
karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi
dari tingkah laku ikan.
- Ikan akan lemah, berenang megap-megap
dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati.
Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar,
tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
- Kendala yang sering
dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot)
mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih
yang berumur 1-2 bulan.
- Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu
singkat.
- Organisme ini
menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat
seperti bintik-bintik putih.
- Tempat yang disukai
adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.
0 comments:
Post a Comment