Salah
satu jenis ikan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah ikan lemuru
(Sardinella lemuru). Perikanan lemuru termasuk salah satu jenis perikanan
ekonomis penting di Indonesia karena peranannya dalam perbaikan gizi
masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat nelayan dan masih dalam jangkauan
daya beli masyarakat.
Ikan
lemuru merupakan salah satu jenis ikan pelagis yang distribusinya berada di
seluruh perairan Indonesia dengan kontribusi terbesar berada di Selat Bali,
yaitu di sekitar Muncar dekat Banyuwangi (Jawa Timur), bahkan Muncar disebut-
sebut sebagai ”kota ikan lemuru” dan dalam skala kecil juga di Desa Cupel serta
Pengambengan. Perikanan lemuru terutama terdapat di pantai utara Jawa, Tegal,
Pekalongan, selatan Sumbawa dan timur Sumba Penyebaran yang luas berawal dari
Kepulauan Filipina ke barat sampai India serta terus ke barat sampai ke pantai
timur Afrika.
Berdasarkan
data statistik perikanan laut Kabupaten Banyuwangi tahun 2008, Produksi ikan
Lemuru yaitu sebesar 27.833. ton dengan nilai Rp 69.325.617.000,00. Sedangkan
dari data statistik Pelabuhan perikanan Nusantara Pengambengan, Bali Pada tahun
2008 volume produksi sejumlah 10.744.900 kg dan tahun 2009 sejumlah 30.687.100
kg, meningkat sebesar 19,9%.
Distribusi/
Penyebaran
Ikan
Lemuru merupakan ikan musiman artinya pada musim-musim tertentu ikan lemuru
muncul dalam jumlah besar di daerah perairan tertentu dan kembali menghilang
meninggalkan daerah itu ke lain tempat yang belum diketahui. Daerah penangkapan ikan lemuru
yang sudah diketahui
ialah perairan Selat
Bali yang berbatasan dengan
Samudera Hindia (Usemahu dan Yumasila, 2003). Sedangkan menurut Nontji (2002),
ikan Lemuru biasanya muncul di selat Bali pada bulan September - Oktober
dengan ukuran kecil. Lama kelamaan
jumlahnya semakin banyak dan
mencapai puncaknya pada bulan Desember - Januari dan ukurannya pun semakin
besar. Ukuran lemuru yang cukup banyak ditemukan pada akhir musim lemuru
sekitar Februari atau Maret. Setelah Maret ikan lemuru ini kemudian lenyap
seakan-akan tanpa meninggalkan bekas dan baru akan muncul lagi pada musim
berikutnya. Teori ini juga dikuatkan oleh Soerdjodinoto (1960), bahwa datangnya
musim lemuru di Selat Bali umumnya bersamaan dengan musim hujan. Musim hujan di
Selat Bali terjadi pada musim barat laut yaitu pada bulan Desember sampai Februari
(Dwiponggo, 1982).
Penyebaran
dari ikan lemuru di luar perairan Indonesia adalah dari kepulauan Filipina ke
Barat sampai ke India dan Barat sampai pantai timur Afrika, sedangkan di perairan
Indonesia konsentrasi terbesar terdapat di Selat Bali dan sekitarnya. Di
perairan Selat Bali penyebaran dari pada ikan lemuru mempunyai batasan wilayah
tertentu. Ke arah barat pada
waktu musim lemuru sampai di Teluk Grajagan, sedangkan di daerah Pulau Bali dari
Candikusuma ke tenggara sampai semenanjung Bukit (Dwiponggo, 1982).
Besarnya
konsentrasi ikan ini di perairan sekitar Selat Bali mempunyai arti tersendiri
bagi wilayah di sekitarnya terutama di pesisir Jawa Timur dan Bali khususnya
Muncar, karena mempengaruhi usaha dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat.
Ratusan kapal dan perahu berbagai ukuran beroperasi di daerah ini. Juga puluhan
perusahaan pengolahan yang mengusahakan pengasinan, pemindangan, penepungan dan
pengalengan bermukim di sini.
Pemanfaatan
Pemanfaatan
ikan Lemuru sebagai bahan olahan hasil perikanan biasanya tidak banyak
berkembang dari tahun ketahun. Pada umumnya ikan Lemuru diolah menjadi:
1. Ikan Asin/penggaraman,
2. Ikan Pindang,
3. Ikan Kaleng,
4. Minyak ikan
5. Tepung ikan, dan
6. Silase ikan.
Selain pemanfaatan
sebagai makanan, ikan
Lemuru juga diolah
menjadi pakan ternak seperti
contohnya adalah tepung
ikan dan pelet
ikan. Dalam pengolahan ini, bahan
baku yang digunakan adalah sisa hasil olahan seperti kepala, insang dan isi perut
yang merupakan limbah pengolahan.
Berdasarkan penelitian,
pengolahan yang paling
populer yang dilakukan dalam memanfaatkan ikan Lemuru adalah pengalengan karena prospek pemasarannya
sangat besar hingga pasar ekspor.
Morfology
dan Klasifikasi
Ikan
lemuru (Sardinella lemuru) merupakan ikan pelagis kecil yang berlemak.
Tanda-tanda umum yang bisa dilihat pada lemuru tersebut adalah memiliki tubuh
memanjang dengan warna
kuning keemasan pada
garis badannya. Badannya langsing
dengan warna biru kehijau-hijauan pada bagian punggung dan keperak- perakan
pada bagian bawahnya. Memiliki panjang kepala yang lebih pendek (26- 29%) dari
panjang baku. Makanan utamanya adalah plakton. Untuk itu, ikan ini dilengkapi
dengan tapis insang (gill raker) untuk menapis atau menyaring plankton
makanannya, yang berjumlah
(51-153)+(77-188). Memiliki jari-jari lunak sirip punggung D 13-21 dan jari-jari
lunak sirip anal A 12-23. Sardinella lemuru ini mempunyai jari-jari sirip perut
yang berbeda dengan species Clupeidae lainnya dari Samudra Hindia bagian Timur
dan Samudra Pasifik
bagian barat. Sirip
ekor bercagak, sirip-siripnya tembus cahaya dan moncongnya agak
kehitaman (Dwiponggo, 1982).
Secara morfologi
Dwiponggo (1982) menjelaskan
tanda-tanda umum ikan lemuru :
a. Bentuk
badan bulat memanjang, bagian perut agak menipis dengan sisik-sisik duri yang
menonjol dan tajam
b. Warna badan
bagian atas biru
kehijauan, sedangkan bagian bawah
putih keperakan
c. Terdapat
noda samar-samar di bawah pangkal sirip punggung bagian depan, sirip lainnya
tembus cahaya
d. Moncong
agak kehitam-hitaman
e. Panjang
ikan dapat mencapai 23 cm, namun umunya 17-18 cm.
Lebih
lanjut Dwiponggo (1982), menjalaskan penamaan ikan lemuru di Selat Bali, oleh
para nelayan didasarkan pada panjang dari ikan tersebut, yaitu :
a. Sempenit
untuk ikan dengan panjang ± 11 cm
b. Protolan
untuk ikan dengan panjang sampai 14 cm
c. Lemuru
untuk ikan dengan panjang sampai 17 cm
d. Lemuru
kucing untuk ikan yang panjang 19 cm
Adapun klasifikasi
ikan lemuru secara
taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub
Phylum : Vertebrata
Kelas :
Pisces
Ordo :
Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili :
Clupeidae
Genus :
Sardinella
Species : Sardinella lemuru
Nama
Inggris : Bali Sardinella
Menurut
Hadiwiyoto (1993), komposisi kimia atau mutu ikan lemuru cukup tinggi sehingga
sangat baik untuk dikonsumsi. Komposisi kimia yang terdapat pada ikan lemuru
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Komposisi kimia ikan lemuru
Komposisi
|
Kadar (%)
|
Kadar air
Kadar protein
Kadar lemak
Kadar abu
|
77,2
20,0
3,0
1,3
|
Ikan-ikan
lemuru biasanya diolah menjadi ikan kaleng, pindang, ikan asin dan tepung.
Untuk tepung ikan digunakan juga limbah ikan lemuru seperti kepala, isi perut,
ekor, ikan yang mutunya kurang baik (Kompiang, 1982). Minyak ikan lemuru adalah merupakan hasil
olahan sampingan dari pembuatan tepung.
A.
Penanganan Ikan Segar
Penanganan
ikan segar bertujuan untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu selama
mungkin, atau setidak-tidaknya kondisi ikan masih cukup segar pada saat sampai
ke tangan konsumen. Dalam penanganan ikan segar diusahakan suhu ikan selalu
mendekati 00C, dijaga jangan sampai suhu ikan naik misalnya terkena
sinar matahari langsung atau kekurangan
es. Prinsip yang
perlu diperhatikan selama
penanganan ikan dari pembongkaran sampai pengangkutan ke
tempat pelelangan ikan:
1) Kontrol suhu ikan selama penanganan agar
selalu dingin;
2) Lakukan penanganan dengan cepat dan tepat;
3) Perkecil sentuhan fisik secara langsung
dengan ikan;
4) Hindari sengatan langsung sinar matahari pada
tubuh ikan;
5) Perkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan
Prinsip-prinsip
penanganan ikan yang baik dan benar adalah melalui 4 prinsip penanganan ikan
yaitu:
1. Prinsip
“Dingin”, dimana suhu ikan harus dijaga mendekati 00C dengan jalan
memberi es.
2. Prinsip
“Cepat”, dimana ikan ditangani dengan cepat dalam tempo yang singkat sehingga ikan
terhindar dari kenaikan suhu.
3. Prinsip
“Bersih”, dimana ikan dan alat-alat yang digunakan dalam menangani ikan harus
bersih. Cara melakukan prinsip ini adalah dengan selalu mencuci alat sebelum
dan sesudah memakai. Ikan dicuci sebelum ditangani dan diolah.
4. Prinsip
“Cermat”, dimana ikan tidak boleh ditangani secara kasar seperti dilempar,
diinjak ataupun diganco yang akan menyebabkan ikan menjadi rusak.
Berdasarkan
prinsip penanganan tersebut diatas, maka es merupakan material yang sangat
penting. Mengapa es menjadi begitu penting dalam penanganan ikan? Ada beberapa
alasan penggunaan es dalam rangka mempertahankan suhu ikan, antara lain :
1. Es
memiliki kemampuan mendinginkan ikan yang
besar yaitu mampu mengambil panas sebesar 80 kkal/kg
2. Mampu besentuhan langsung dengan tubuh ikan
3. Tidak merusak ikan
4. Sebagai pendingin dengan suhu es itu sendiri
mencapai -50C
5. Mampu membuat warna ikan tetap cemerlang
6. Mampu mencuci ikan karena lelehan es dapat
membawa kotoran ikan keluar dari tempat penyimpanan.
Dijelaskan
lebih lanjut bahwa penggunaan es sangat efisien apabila meletakkan ikan dan es secara
bersamaan dalam tempat penyimpanan. Penggunaan es dalam bentuk pecahan besar
dapat merusak ikan, penggunaan serpihan es dan pecahan kecil es adalah yang
paling efektif untuk pendinginan ikan. Semakin kecil serpihan es yang digunakan
semakin baik dalam menurunkan suhu ikan, hal ini dikarenakan proses penyerapan
panas oleh es dari badan ikan semakin optimal sebab semakin besar bagian ikan
yang bersentuhan dengan es.
B.
Penanganan diatas kapal
Penanganan
ikan segar atau handling di kapal atau perahu-perahu ikan merupakan langkah
pertama yang penting dalam penanganan dan pengolahan selanjutnya. Hal ini
dikarenakan dari sinilah ikan
itu dapat ditentukan mutunya, apakah masih dalam
kondisi baik (segar) ataukah sudah rusak (Irawan, 1995).
Setelah
ikan diangkat ke atas dek kapal selanjutnya ikan langsung dimasukkan ke dalam
palkah dicampur pecahan es untuk mempercepat pendinginan ikan. Banyaknya es
yang dipakai untuk mendinginkan ikan adalah dengan perbandingan 1 kg ikan dan 1
kg es. Sebaiknya sebelum ikan masuk ke dalam Palka, ikan terlebih dahulu di
cuci atau disiram air laut bersih.
Langkah-langkah
penanganan ikan Lemuru diatas kapal adalah:
a. Ikan
dilepaskan dari jaring
b. dipisahkan
dengan jenis ikan lainnya
c. ikan
dicuci dengan air
laut bersih
d. dimasukkan kedalam
palkah
e. masukkan es curai/hancuran es kedalam palkah dengan
perbandingan es dan ikan adalah 1 : 1
C.
Penanganan ikan di tempat pelelangan
Pada
saat ikan di lelang di tempat pelelangan ikan (TPI), ikan harus tetap
dingin. Cara untuk
menjaga ikan tetap
dingin yaitu dengan
menambahkan es kedalam
keranjang-keranjang ikan. Ikan sebaiknya ditempatkan dalam wadah keranjang
sehingga tidak tergeletak diatas lantai. Tempat pelelangan harus bersih dan mudah
dibersihkan, artinya harus ada sumber air yang mudah digunakan untuk
membersihkan. Perbandingan jumlah es dan ikan pada saat pelelangan adalah 1 kg
es dan 1 kg ikan.
Langkah-langkah
penanganan ikan Lemuru di tempat pelelangan ikan (TPI)
yaitu:
a. Lantai
TPI di bersihkan
b. keranjang
wadah ikan dicuci
c. keranjang
di isi es curai
d. masukkan
ikan kedalam keranjang
e. beri
es lagi diatas permukaan ikan dalam keranjang. Penanganan ikan
lemuru di unit pengolah ikan dimulai dengan penerimaan ikan pada ruang
penerimaan.
Pembongkaran
dilakukan dengan cara menyiramkan air tawar bersih pada ikan, untuk memisahkan
ikan dengan es. Ikan diangkat dengan menggunakan keranjang-keranjang plastik.
Ikan kemudian ditimbang setiap 2 keranjang plastic. Pada penanganan ikan di UPI
dilaksanakan di tempat yang teduh
D. Penanganan ikan ditempat pengolahan
Dengan tenda
menutupi proses pembongkaran
sehingga sinar matahari
tidak langsung kontak dengan ikan. Adapun langkah-langkah penanganan
ikan Lemuru di
unit pengolah ikan adalah :
a. Ikan
diterima/dibongkar
b. dipisahkan antara
ikan dan es
c. ditimbang
d. dimasukkan
kedalam keranjang dan di beri es curai kembali.
0 comments:
Post a Comment