Belut
merupakan jenis ikan yang hidup di sawah atau rawa-rawa di sekitar kita. Tidak
dapat dipungkiri bahwa belut sawah (Monopterus Albus) dan belut rawa
(Synbranchus Bengalensis) sampai sekarang masih menjadi ternak ikan primadona
yang paling mudah menghasilkan uang. Selama ini, belut hanya dikenal di
desa-desa saja, padahal belut dapat dikembangkan secara intensif, baik di desa
maupun perkotaan karena ternak belut tidak memerlukan lahan yang luas.
Budi
daya belut secara massal dan komersial masih sangat menjanjikan karena tren
peternakan belut masih berjalan cukup lama. Dengan beternak belut, akan
diperoleh berbagai keuntungan, antara lain harga jual belut yang cukup
menggiurkan dan prospek pemasarannya yang cukup menjanjikan. Oleh karena itu,
tidaklah keliru jika Anda menjatuhkan pilihan untuk melakukan budi daya belut.
Buku
Budi Daya Belut Sawah dan Rawa di Kolam Intensif dan Drum ini sangat bermanfaat
bagi para pemula yang ingin beternak belut atau para pemerhati yang menaruh
minat pada belut. Dengan beternak belut, Anda tidak hanya dapat menikmati
lezatnya belut, tapi lebih dari itu, Anda akan mendapatkan hoki yang
menggiurkan. Belut rawa (Synbranchus bengalensis) merupakan salah satu jenis
dari dua jenis belut yang umum yaitu
belut rawa dan belut sawah (Monopterus albus). Belut merupakan hewan melata
tanpa kaki dari bangsa ikan bukan dari bangsa ular. Mungkin karena banyak masyarakat
menganggap belut dari bangsa ular merupakan sebab utama masyarakat enggan
mengkonsumsi belut.
Pada
negara seperti Jepang, Italia, Jerman, Selandia Baru, Belanda, USA, Inggris,
RRC, Hongkong, Korea dan banyak negara lainnya belut merupakan menu istimewa
dan banyak terdapat di restoran kelas atas. Terbukti bahwa Negara-negara
tersebut menjadi negara konsumen belut terbesar di dunia, bahkan Jepang per
minggunya mengkonsumsi 1.000 ton belut. Sedangkan dari Negara Jepang sendiri
baru terpenuhi sebesar 100 ton dan impor dari Taiwan dan RRC sebanyak 200 ton,
jadi untuk pasar Jepang saja masih memiliki peluang sebanyak 700 ton belut per
minggunya.
Akhir-akhir
ini permintaan terhadap belut memang meningkat tajam karena banyaknya orang
yang mengkonsumsi belut sebagai lauk utama dan gurih serta berprotein tinggi.
Namun hal tersebut tidak disertai dengan produksi yang mencukupi, baik untuk
pasar lokal maupun pasar internasional, bahkan jumlah produksi belut yang ada
pada saat ini hanya mencukupi 5% dari kebutuhan.
Untuk
itu perlu suatu usaha budidaya yang nantinya dapat menjawab semua tantangan
pasar tersebut. Permintaan belut yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan
harga belut yang cukup menggiurkan bukan tidak mungkin belut akan diminati
untuk dibudidayakan. Usaha budidaya tersebut dapat berupa usaha pembenihan
maupun usaha pembesarannya.
II. MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI BELUT RAWA
Hewan
air ini merupakan ikan darat yang tidak bersirip. Bentuk badannya bulat panjang dan berlendir
banyak sehingga tidak mudah ditangkap kecuali oleh mereka yang sudah mengetahui
bagaimana cara menangkapnya. Belut rawa memiliki tubuh yang ramping dengan
perbandingan tinggi badan dan panjang badan 1:30. Belut rawa memiliki jari-jari
lunak kecil sebanyak 10 buah. Berbeda dengan belut sawah belut rawa dapat hidup
di air payau.
Belut
memiliki mata kecil dan sipit, bermulut kecil bagai lipatan kulit, serta
bergigi halus dan runcing. Belut
berjalan dengan mengesotkan badan secara berlenggak-lenggok dengan cepat.
Berikut
ini adalah klasifikasi dari belut rawa :
Class : Pisces
Sub
Class : Teleoski
Ordo : Syunbrnchoidae
Famili : Syubranchidae
Genus : Synbranchus
Spesies : Synbranchus
bengalensis
Species
: Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut
sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut)
Jadi
jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut
kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut
sawah.
MANFAAT
Manfaat
dari budidaya belut adalah:
1.
Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2.
Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3.
Sebagai obat penambah darah.
PERSYARATAN
LOKASI
1.
Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis
yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran
rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan
tidak ada batasan yang spesifik.
2.
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi
tanah dasar kolam tidak beracun.
3.
Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 250C
- 310 C.
4.
Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan oksigen
terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan
untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan
dapat hidup di air yang keruh.
III. PERKEMBANGBIAKKAN
Ciri-ciri
induk jantan yang baik dan siap memijah
1) Ukuran panjang lebih dari 40 cm
2) Permukaan kulit bewarna gelap atau abu-abu
3) Bentuk kepala tumpul
4) Usianya di atas sepuluh bulan
5) Ukuran kepala lebih besar
6) Sisi perut kasar dan tidak bening
Ciri-ciri
induk betina yang baik dan siap memijah
1) Berukuran panjang antara 20-30 cm
2) Permukaan kulit bewarna lebih cerah atau
lebih muda
3) Bentuk kepala runcing dan lebih kecil
4) Warna punggung hijau muda dan warna perut
putih kekuningan
5) Usianya di bawah sembilan bulan
Cara
berkembang biak
Secara
alami, belut berkembang biak satu tahun sekali dengan masa perkawinan yang
sangat panjang, yaitu permulaan musim hujan sampai permulaan musim kemarau
(lima bulan). Perkawinan belut biasanya
terjadi pada malam hari di bawah suhu 280C.
Pada
musim kawin, belut jantan tampak berbondong-bondong ke perairan dangkal membuat
lubang untuk kawin. Lubang ini berbentuk
huruf U. Belut jantan akan membuat
gelembung-gelembung di permukaan air lubang ini. Gelembung ini digunakan untuk menarik
perhatian lawan jenis untuk datang ke lubang.
Setelah
betina yang dinanti tiba, sepasang induk belut tersebut akan bercumbu untuk
melakukan perkawinan. Ketika kawin,
telur dari betina dikeluarkan disekitar lubang di bawah busa yang mengapung
pada permukaan air dan induk jantan akan mengeluarkan spermanya untuk membuahi
telur tersebut. Seekor induk betina
dapat bertelur 50-400 butir. Telur yang sudah dibuahi dicakup belut jantan
untuk disemburkan dan diamankan di dalam lubang persembunyian. Kemudian belut
betina akan segera meninggalkan lubang karena belut jantan menjadi sangat
pemberang ketika menjaga telur-telurnya.
Jika
dalam wadah budidaya, untuk mengetahui apakah induk sudah bertelur maka
diadakan pemeriksaan terhadap induk. Jika dipermukaan kolam sudah terdapat
gelembung-gelembung busa, berarti pemijahan akan segera dimulai. Agar
memudahkan dalam penangkpan benih nantinya, bagian yang berbusa diberi tanda
dengan menancapkan bambu atau kayu kecil. Busa ini akan hilang dalam waktu 10
hari. Itu berarti belut telah selesai kawin. Telur-telur yang dihasilkan akan
menetas dalam waktu 10 hari kemudian.
Penetasan
Telur-telur
belut di alam bebas dan wadah budidaya akan menetas 9-10 hari setelah dibuahi
pada air dengan suhu antara 28-320C.
Anak belut yang menetas untuk sementara diasuh oleh induk jantan.
Biasanya, dari 50-400 butir telur yang dibuahi hanya 100-200 diantaranya yang
berhasil menetas. Jika di dalam kolam budidaya, telur yang telah berumur 5 hari
harus segera dipindahkan dari induknya ke kolam pemeliharaan larva.
Pemeliharaan
larva
Selain
plankton dan jasad renik hasil pemupukan di kolam, larva belut dapat diberi
makanan tambahan berupa kutu air, jentik
nyamuk, udang renik, pelet, atau kuning telur rebus. Udang renik bisa diperoleh
dari kolam, genangan air, atau bak pengkulturan. Pelet harus ditumbuk terlebih
dahulu sebelum diberikan. Kuning telur harus diremas-remas terlebih dahulu,
tujuannya agar larva belut dapat dengan mudah memakannya.
Jumlah
pakan yang diberikan untuk larva belut setiap harinya adalah 2% dari berat
larva yang dipeihara dan diberikan selama 2 bulan. Setelah 2 bulan benih tersebut dapat memakan
bekicot yang dipotongpotong dan daging lainnya.
0 comments:
Post a Comment