Plankton didefinisikan
sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas)
samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai
salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk
kehidupan akuatik.
Bagi kebanyakan makhluk
laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda
hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau
angin yang menghanyutkannya.
Plankton hidup di
pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang
mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton
menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir
pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan
itu.
Ekosistem danau dapat
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu benthal merupakan zona substrat dasar
dibagi menjadi zona litoral dan zona
profundal. Litoral merupakan bagian dari zona benthal yang masih dapat ditembus
oleh cahaya matahari, sedangkan zona profundal merupakan bagian dari zona
benthal di bagian perairan yang dalam dan tidak dapat ditembus cahaya matahari.
Zona perairan bebas sampai ke wilayah tepi merupakan habitat nekton dan
plankton yang disebut zona pelagial. Selanjutnya dikenal zona pleustal, yaitu
zona permukaan perairan yang merupakan habitat bagi kelompok neuston dan
pleuston. Berdasarkan daya tembus cahaya
matahari ke dalam lapisan air, dapat dibedakan antar zona fotik di bagian atas,
yaitu zona yang dapat ditembus cahaya matahari dan zona afotik di bagian bawah
yang tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari (Barus, 2004. hlm: 102).
Menurut Soegianto
(2005, hlm: 96), danau memiliki tiga zona yang berbeda:
1) zona
litoral, dekat pantai di
mana tumbuhan berakar
dapat dijumpai, 2)
zona limnetik (lapisan permukaan perairan terbuka), sinar matahari mampu
menembus zona ini, dan didominasi oleh fitoplankton dan ikan yang berenang
bebas, dan 3) zona profundal yakni zona perairan dalam yang tidak dapat ditembus
sinar matahari dan dihuni oleh organisma yang membuat liang di dasar perairan.
Meskipun di lapisan
bawah beberapa danau tidak terdapat hewan, tetapi mungkin organisme anaerobik
terdapat di semua dasar danau. Di dasar ini terdapat banyak materi organik, oleh karena
semua organisme yang
mati dari bagian atas perairan akan tenggelam ke dasar. Materi organik
inilah yang kemudian digunakan sebagai makanan oleh saprovor (Soemarwoto, et
al., 1990, hlm: 84).Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari
tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat
pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu
karang, kerang, dan ikan paus.Konsep budidaya adalah untuk meningkatkan produksi
melalui input teknologi budidaya ramah lingkungan (menggunakan sarana &
prasarana produksi dan teknologi yang
tidak menimbulkan dampak)
Plankton adalah
organisma baik tumbuhan maupun hewan yang umumnya berukuran relatif kecil (mikro), hidup melayang-layang di air,
tidak mempunyai daya gerak/walaupun ada daya gerak relatif lemah sehingga distribusinya
sangat dipengaruhi oleh daya gerak air, seperti arus dan lainnya (Nybakken,
1992, hlm: 38). Plankton diaplikasikan untuk seluruh hewan dan tumbuhan yang
hidup secara bebas di air karena keterbatasan pergerakannya atau secara pasif
melawan arus perairan karena memiliki flagel (Heddy & Kurniati, 1996, hlm:
16-17).
Plankton merupakan
organisma perairan pada tingkat (tropik)
pertama dan berfungsi sebagai penyedia energi. Secara umum plankton dapat
dibagi menjadi dua golongan, yakni: fitoplankton yang merupakan golongan
tumbuhan umumnya mempunyai klorofil (plankton
nabati) dan zooplankton
(golongan hewan) atau plankton hewani (Wibisono, 2005, hlm: 155).
Berdasarkan daur
hidupnya plankton dibedakan menjadi dua yakni plankton yang bersifat planktonik
hanya pada sebagian daur hidupnya, misal embrio disebut meroplankton, sedangkan
organisma seluruh daur hidupnya bersifat plankton disebut holoplankton (Nybakken,
1992, hlm: 38-39).Keberadaan plankton adalah mutlak di dalam budidaya ikan dan
udang pada air tawar maupun air payau :
1.
Sebagai sumber makanan organisme
kultivan
2.
Penyeimbang ekosistem tambak
(menghasilkan oksigen (fotosintesa), suhu, salinitas, pH)
Untuk dapat menumbuhan
plankton di tambak atau dalam komplek usaha budidaya ada beberapa antara lain (tanah,
air, intensitas cahaya, nutrien/unsur hara, pakan, pengelolaan). Plankton sebagai
media hidup yang nyaman bagi udang/ikan
Jenis-jenis plankton
yang hidup di tambak maupun kolam :
Plankton : adalah
organisme renik yang hidup melayang dalam kolom air dan bergerak aktif
mengikuti arus ( fitoplankton dan zooplankton ) Menurut Basmi
(1995, hlm: 23-25), pengelompokkan plankton berdasarkan beberapa hal berikut:
a. Nutrien pokok yang dibutuhkan, terdiri atas:
1. Fitoplankton, yakni plankton
nabati (> 90% terdiri dari algae) yang
mengandung klorofil yang mampu mensintesa nutrien-nutrien anorgaik menjadi zat
organik melalui proses fotosintesis dengan energi yang berasal dari sinar
surya.
2. Saproplankton, yakni
kelompok tumbuhan (bakteri dan jamur) yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis,
dan memperoleh nutrisi dan energi dari sisa- sisa organisme lain yang telah
mati.
3. Zooplankton, yakni
plankton hewani yang makanannya sepenuhnya tergantung pada organisme
lain yang masih
hidup maupun partikel-partikel sisa organisme seperti detritus.
Disamping itu plankton itu juga
mengkonsumsi fitoplankton.
b. Berdasarkan lingkungan hidupnya terdiri
atas:
1. Limnoplankton, yakni plankton yang hidup di
air tawar.
2. Haliplankton, yakni plankton yang hidup
dilaut.
3. Hipalmyroplankton, yakni plankton yang
hidupnya di air payau.
4. Heleoplankton, yakni plankton yang hidupnya
di air kolam.
c. Berdasarkan ada tidaknya sinar di tempat
mereka hidup, terdiri atas:
1. Hipoplankton, yakni plankton yang hidupnya
di zona afotik.
2. Epiplankton, yaitu plankton yang hidupnya di
zona eufotik.
3. Bathiplankton, yaitu plankton yang hidupnya
dekat dasar perairan yang juga umumnya tanpa sinar.
d. Berdasarkan asal usul plankton, dimana ada
plankton yang hidup dan berkembang dari perairan itu sendiri dan ada yang
berasal dari luar, terdiri atas:
1. Autogenetik plankton, yakni plankton yang
berasal dari perairan itu sendiri
2. Allogenetik plankton, yakni plankton yang
datang dari perairan lain (hanyut terbawa oleh sungai atau arus).
Berdasarkan ukuran
tubuhnya plankton dapat dibedakan menjadi lima yaitu: megaplankton (organisme
planktonik yang besarnya lebih dari 2 mm), makroplankton (memiliki ukuran
antara 0,2 mm - 2,0 mm), mikroplankton (memiliki ukuran antara 20 µm - 0,2 mm),
nanoplankton (organisme planktonik yang sangat kecil yang berukuran 2 µm – 20
µm) dan ultraplankton (organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 µm).
Nanoplankton dan ultraplankton tidak dapat ditangkap oleh jaring-jaring
plankton baku (Nybakken, 1992, hlm: 37).
Fitoplankton antara
lain :
1.
Chlorophyta : Chlorella, Scenedesmus, Closterium dll.
2.
Cyanophyta : Spirulina,
Oscillatoria, Lyngbia, Gloecotheca dll.
3.
Diatom : Skeletonema, Cyclotella, Rhizosolenia,
Navicula, Amphora, Pleurosigma, Nitzschia, Gyrosigma, Scenedesmus dll.
4.
Dinoflagellata : Prorocentrum, Peridinium, Gymnodinium, Gonyaulax dll
Zooplankton antara lain
:
1.
Ciliata/Protozoa : Tintinnopsis dll
2.
Rotifera :
Brachionus, Lecane dll
3.
Mollusca :
Hidrobia dll
4.
Polychaeta : Nereis dll
5.
Copepoda :
Acartia, Cyclops dll
6.
Custacea :
Artemia
Jenis-jenis plankton
yang dibudidayakan yakni :
1.
Chlorophyceae : Chlorella, Nannochloris
2.
Prasinophyceae : Tetraselmis
3.
Haptophyceae : Isochrysis, Pavlova
4.
Eustigmatophyceae : Nannochloropsis,
Ellipsoidion
5.
Bacillariophyceae: Chetoceros,
Skeletonema
6.
Rotatoria : Brachionus
7.
Copepoda : Acartia
8.
Crustacea : Artemia
Jenis yang umum :
1.
Larva udang : Skeletonema, Chetoceros,
Tetraselmis, Artemia
2.
Larva ikan : Chlorella, Tetraselmis,
Brachionus, Artemia
3.
Larva kerang-kerangan : Nitzchia
4.
Larva kepiting : Chlorella, Brachiomus,
Artemia
Kultur massal plankton
:
1.
Bibit diperoleh dari kultur di
laboratorium
2.
Dilakukan di luar ruangan (umumnya)
dengan wadah berupa fiberglass atau bak semen dengan volume 100 liter s/d 300 ton
Hasil kultur massal
dapat diberikan langsung kepada larva
Metode kultur plankton melalui
beberapa tahapan:
1.
Pembersihan wadah
2.
Pengisian air (kadar garam disesuaikan)
3.
Sterilisasi air
4.
Pemupukan
5.
Penebaran bibit
6.
Pemanenan
Cara kerja pembuatan
planton :
1.
Pembersihan
wadah : Dicuci, dijemur, dibilas dengan chlorin
2.
Pengisian
air : Air laut yang sudah melewati proses
filtrasi
3.
Sterilisasi
air : Dengan kaporit atau chlorin 60 ppm
selama 24 jam kemudian
dinetralkan
dengan
Na
thio sulfat.
Chlorella
Urea …. 30 – 40 ppm
ZA
….. 80 – 100 ppm
SP
36 ---- 10 – 15 ppm
FeCl3
….. 1-5 ppm
Skeletonema
KNO3
…………. 60 – 80 ppm
Na2HPO4
……… 20 ppm
EDTA
………… 10 ppm
FeCl3
…………… 1 – 5 ppm
Kultur zooplankton
1.
Rotifer (Brachionus sp)merupakan jenis
yang banyak dikultur untuk pakan larva ikan
2.
Brachionus dikultur dengan pakan
Chlorella atau Tetraselmis, sehingga sebelum melakukan kultur Brachionus,
Chlorella atau Tetraselmis harus tersedia terlebih dahulu
Prospek:yang akan datang
1.
Konsumsi manusia ( Chlorella, Sipulina)
2.
Zat – zat antibacterial, antiviral
3.
Asam lemak (EPA, DHA) dll
Warna air yang relatif
aman dalam budidaya adalah warna hijau kecoklatan (plankton jenis Chlorophyta
dan Diatomae pada kondisi seimbang, namun warna air ini sulit
dipertahankan.Yang terpenting adalah menjaga agar populasi plankton stabil.
Biasanya musim hujan
warna air cenderung coklat (Diatomae) dan musim kemarau warna air kecoklatan
didominasi oleh Chlorophyta.
Warna yang lebih tahan
lama adalah warna air hijau, dengan upaya memanipulasi jenis dan kepadatannya.
Teknik pemupukan
plankton Pemupukan ( setelah persiapan
tanah tambak):
Dalam petak
pemeliharaan
a.
organik (pupuk kandang : 100 – 200
kg/ha)
b.
anorganik : nutrien pokok adalah
nitrogen (N), phosphor (P), potassium (K)
c.
(NPK) dosis 50 – 60 kg/ha 16:20:4)
(kolam air tawar)
d.
Urea 50 kg/ha
e.
SP.36
60 kg/ha,
f.
Bila diperlukan diberi Na2SiO3 (12 %,
teknis) 5 – 10 ppm
g.
Pupuk susulan (sesuai kebutuhan)
Dalam petak tandon sampai
dengan airmenjadi hidup
Keberhasilan pemupukan
sangat dipengaruhi oleh :
1.
Kondisi tanah/lingkungan
2.
metoda pemupukan
3.
Pengalaman
4.
Cahaya,suhu,salinitas
Saat ini cara yang
praktis adalah dengan inokulasi (dari tambak lain/ tandon atau dari kultur
massal di bak kultur) jenis plankton
(Chlorella) :
1.
Untuk menambah keberagaman jenis
2.
Untuk pengendalian dan keseimbangan
lingkungan
3.
Jenis plankton yang mudah beradaptasi
4.
Aplikasi 10 m3 biomasa plankton untuk
1000 m3 vol air media (kepadatan biomasa 20 juta sel/ml) Sistem
monitoring:
Kualitatif dan
kuantitatif melalui identifikasi dan penghitungan
Populasi planton dapat
ditentukan dari beberapa segi :
1.
Kualitatif -----> menggunakan seishi
dish (antara 30- 40 cm, kurang dari 30 cm menandakan plankton sangat padat,
lebih dari 40 cm menandakan miskin plankton).
2.
Kuantitatif ----> menggunakan
sedgwich raffter caunting cell dan mikroskop
3.
Frekuensi pengamatan : rutin ataupun
pada saat terjadi perubahan warna yang mendadak.
4.
Alat sampling: plankton net T 200 (mesh
size < 10 mikron).
Untuk mengantisipasi
keberadaan plankton agar tetap stabil dapat dilakukan upaya sebagai berikut:
1.
Air media sebaiknya diganti bila
memungkinkan pada waktu air pasang tinggi (sistem sederhana)
2.
Pada budidaya sistem tertutup (close system)
menyiapkan air hidup pada tandon
Pada budidaya
intensiv/semi intensiv, manajemen pakan harus tepat dosis dan tepat waktu (sisa
pakan sebagai input nutrisi), menjaga kedalaman dan sirkulasi air konstan
0 comments:
Post a Comment