Ikan
baung (Mystus nemurus) merupakan
salah satu komoditas budidaya air tawar
di Indonesia. Di
Jawa Barat ikan
baung dikenal dengan
nama tagih, senggal atau singgah,
di Jawa Tengah, tageh, di Jakarta dan Malaysia, bawon, di Serawak, baon, di
Kalimantan Tengah, niken, siken, tiken, bato, baung putih, kendinya dan di
Sumatra, baong. Tekstur dagingnya
a berwarna lembut, putih, tebal tanpa duri halus, sehingga sangat digemari masyarakat.
Ikan
baung adalah ikan asli Indonesia. Ikan ini banyak hidup di air tawar. Daerah
yang paling disukai adalah perairan yang tenang, bukan air yang deras. Karena
itu, ikan baung banyak ditemukan di rawa-rawa, danau-danau, waduk dan perairan
yang tenang lainnya. Meski begitu, ikan baung tetap memerlukan oksigen yang
tinggi untuk kehidupannya.
Ikan
baung tumbuh dan berkembang di perairan tropis. Daya adaftasinya tergolong
rendah, kurang tahan terhadap perubahan lingkungan, dan serangan penyakit.
Ketidaktahanan pda keduanya terutama terjadi pada fase benih yaitu dari ukuran
0,5 – 2 cm. I
kan
baung dapat hidup pada ketinggian sampai 1.000 m di atas permukaan laut, hidup
baik pada suhu antara 24 – 29 O C, derajat keasaman(pH) antara 6,5 – 8,
kandungan oksigen minimal 4 ppm, dan air yang tidak terlalu keruh dengan
kecerahan pada pengukuran alat secchi disk.
Di
Sumatra, ikan baung banyak ditemukan di Danau Toba, tetapi populasinya terus
berkuang, karenba danya penangkapan yang tidak selektif. Di Danau tondano
Sulawesi, ikan baung juga banyak ditemukan, tetapi jumlahnya sudah sangat
sedikit. Demikian juga dengan danau-danau, dan rawa-rawa lain yang ada
diseluruh Indonesia.
Di
Jawa Barat, ikan baung banyak ditemukan di tiga waduk besar, yaitu Waduk
Jatiluhur, Saguling danm Cirata. Populasi ikan baung di ketiga waduk itu cukup
tinggi, mengingat keadaan perairan yang sesuai dengan habitat hidupnya. Bagio
masyarakat sekitar waduk, ikan baung telah menjadi salah satu ikan tangkapan
yang dapat menjadi sumber kehidupan.
Selain
di danau, rawa dan waduk, ikan baung juga sering ditemukan di sungai-sungai.
Tentu saja bukan sungai yang berair deras, tetapi sungai yang arus airnya
lambat. Menurut Sriyusanti (2002, ikan baung banyak ditemukan di sungai-sungai
di Propinsi Riau. Selain di sana, ikan baung juga banyak ditemukan di sungai
lain di seluruh Indonesia.
Ikan
baung termasuk ikan yang penyebarannya cukup luas. Selain di Indonesia, ikan
baung juga banyak ditemukan di Hindia Timur, yang meliputi Malaya, Indocina,
Singapura dan Thailand (Smith, 1945; Bleeke et al., 1965 dalam Solih, 1987).
Menurut Sriyusanti, selain di Benua Asia, ikan baung juga banyak ditemukan di
Benua Afrika.Sebelumnya produksi ikan baung mengandalkan hasil penangkapan di
alam. Selain jumlah dan
ukurannya tidak menentu,
terjadi penurunan kemampuan alam untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi
yang semakin meningkat.
Pada tahun 1998, BBPBAT Sukabumi berhasil melakukan pemijahan buatan
ikan baung mulai dipijahkan secara buatan di sejak tahun 1998. Dengan dikuasai
teknik pemijahan ikan baung diharapkan usaha pembudidayaannya akan berkembang
sehingga produksinya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
BIOLOGI
Phylum : Chordata
Class :
Pisces
Sub
Class : Teleostei
Ordo :
Ostariophysi
Sub
Ordo : Siluridae
Family
: Bagridae
Genus
: Mystus
Species : Mystus nemurus
Ikan
baung memiliki kumis atau sungut yang panjangnya mencapai mata, badannya tidak
bersisik, mempunyai sirip dada dan sirip lemak yang besar, mulutnya melengkung,
berwarna coklat kehijauan, hidup di dasar perairan dan bersifat omnivora.
Ciri-ciri
induk jantan dan betina :
Induk
betina : tubuh lebih pendek, mempunyai dua buah lubang kelamin yang bentuknya
bulat.
Iduk
jantan : tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang kelamin yang bentuknya
panjang.
Ikan
baung mengalami enam fase kehidupan, sama dengan ikan mas dan ikan-ikan
lainnya. Bila fase ini dimulai dari telur, sikulus ikan baung adalah telur,
larva, benih, konsumsi, calon induk dan induk. Inilah pendapat para ahli
tentang siklus hidup ikan gurami. Pendapat ini mungkin bisa dijadikan sebagai
referensi.
Masa
kematangan jantan dan betina ikan baung berbeda. Ikan jantan lebih cepat matang
gonad dari betina, dan mulai matang pada umur 10 bulan, yaitu berukuran 100
gram. Sedangkan betina mulai matang gonad pada umu 12 bulan, dengan ukuran yang
sama
Menurut
Alawi, et al., (1992) dalam Aftalacha (202) induk betina yang berukuran 250 –
634 gram dapat menghasilkan telur (ovulasi) antara 50.000 – 150.000 butir,
tetapi fekunditasnya antara 1.395 – 160.000 butir, dengan rata 60.000 butir
setiap kilogramnya.
Menurut
Hardjamulia dan Suhenda (2000) ikan baung dapat memijah sepanjang tahun, tanpa
mengenal musim. Pemijahan ikan baung secara alami masih sulit dilakukan
(Djajadireja, 1977). Pemijahan hanya bisa dilakukan dengan cara buatan, yaitu
dengan menyuntikan ovaprim, kemudian dilakukan pengurutan (streefing).
Telur-telur
ikan baung juga bersifat adhesif atau melekat pada benda-benda yang ada di
perairan. Menurut Woynarovich dan Hovarth (1980), sifat adhesif pada telur
disebabkan oleh adanya lapisan glukoprotein. Lapisan itulah yang menyebabkan
telur-telur melekat pada setiap benda dalam air. Lapisan itu pula yang
menyebabkan antara telur yang satu dengan telur lainnya menempel.
Keadaan
itu menyebabkan terjadi kekuarangan oksigen pada bagian tengahnya. Inilah salah
masalah dalam penetasan telur ikan baung yang menjadikan daya tetas telr ikan
baung menjadi rendah. Beberapa percobaan telah dilakukan untuk menghialngakan
daya lekat telur itu, diantaranya dengan menggunakan larutan susu dan tanin.
Menurut
Hardja mulia dan Suhenda (2000) telur baung umumnya berwarna coklat dan
bersifat lekat jika kontak dengan air. Diameter telur antara 1,35 – 1,63 mm dan
memiliki berat antara 1,24 – 1,46 mg. Bagian luar telur dilapisi chorion.
Bagian kedua dilapisi viteline, dan ketiga dilapisi oleh plasma. Pada chorion
terdapat sebuah mikrofil, yaitu sebuah lubang masuknya sperma ke dalam telur sewaktu
pembuahan (Effendi, 1977).
Dalam
kondisi yang baik, yaitu pada suhu 24 – 28 O C dan oksigen minimal 4 ppm, telur
akan menetas dalam waktu 28 jam (Arifin (1987) dalam Arifin (1999). Selama
penetasan, dalam telur terjadi beberapa kali pembelahan sel. Menurut Lagler et
al., (1962) dalam Fajar (1999) ada 5 tahapan dalam perkembangan telur menjadi
embryo, yaitu impregnation, fertilization.
Selanjutnya
larva akan menjadi benih, dan dipelihara di kolam-kolam. Untuk mencapai ukuran
1 – 2 cm pada umumnya dibutuhkan waktu selama sebulan, ukuran 3 – 5 cm
dibutuhkan waktu 2 bulan, ukuran 5 – 8 cm dibutuhkan waktu selama 3 bulan, dan
ukuran 10 cm – 12 dibutuhkan waktu selama 5 bulan. Selanjutnya benih dipelihara
ditempat pembesaran hingga menjadi konsumsi selama 6 bulan dari benih, dan
menjadi calon induk dipelihara lagi sela tiga bulan.PEMBENIHAN Pematangan Gonad
Pematangan
gonad dilakukan di kolam beraliran air yang kontinyu dengan kepadatan 0,2–0,5
kg/m², diberi pakan berupa pelet sebanyak 3-4% per hari dari bobot tubuhnya.
Seleksi
Induk
Seleksi
bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan induk yang akan dipijahkan. Induk
betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan lembut, bila diurut telur yang
keluar bentuknya bulat utuh berwarna kecoklatan. Induk jantan ditandai dengan
warna tubuh dan alat kelaminnya agak kemerahan.
Penyuntikan
Induk
betina disuntik Ovaprim™ dengan dosis sebanyak 0,6 ml/kg dan jantan 0,2 ml/kg.
Penyuntikan dilakukan dua kali dengan selang waktu 8–10 jam. Setiap penyuntikan
sebanyak 1/2 dosis total. Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung.
Pemijahan/Pengurutan
Apabila
dipijahkan secara alami, induk jantan dan betina yang sudah disuntik disatukan
dalm bak yang sudah diberikan ijuk dan
biarkan memijah sendiri. Apabika akan diurut, maka pengurutan
dilakukan 6–8 jam setelah penyuntikan II.
Langkah
pertama adalah menyiapkan sperma : ambil kantong sperma dari induk dengan
membedah sperma perutnya, gunting kantong sperma dan keluarkan. Cairan sperma
ditampung dalam gelas yang sudah diisi NaCl 0,9% sebanyak 1/2 bagiannya. Aduk
hingga rata. Bila terlalu pekat, tambahkan NaCl sampai larutan berwarna putih
susu agak encer.
Ambil
induk betina yang akan dikeluarkan telurnya. Pijit bagian perut ke arah lubang
kelamin sampai telurnya keluar. Telur ditampung dalam mangkuk yang bersih dan
kering. Masukan larutan sperma sedikit demi sedikit dan aduk sampai merata.
Agar menjadi pembuahan tambahkan air bersih dan aduklah sampai merata sehingga
pembuahan dapat berlangsung dengan baik, untuk mencuci telur dari
darah dan kotoran
lainnya, tambahkan lagi
air bersih kemudian dibuang. Lakukan pembilasan 2–3 kali
agar bersih.
Telur
yang sudah bersih dimasukkan kedalam akuarium penetesan yang sudah diisi air.
Cara memasukkan, telur diambil dengan bulu ayam, lalu sebarkan ke seluruh
permukaan akuarium sampai merata. Dalam 36 jam telur akan menetes dan larva
yang dihasilkan dipindahkan ke akuarium pemeliharaan larva. Setelah berumur dua
hari, larva diberi makan kutu air (Moina sp atau Daphnia sp) atau cacing sutra
(Tubifex sp) yang telah dicincang. Setelah berumur empat hari larva diberi
makan cacing sutra hingga berumur tujuh hari.
Pendederan
Persiapan
kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva, yang meliputi
pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir.
Pengapuran
dilakukan dengan melarutkan kapur tohor ke dalam tong, kemudian disebarkan ke
seluruh pematang dan dasar kolam. Dosisnya 50gr/m².
Pemupukan
menggunakan kotoran ayam yang sudah dikeringkan dengan dosis
500
– 1.000 gr/m². Kolam diisi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari disemprot
dengan insektisida organophosphat 4 ppm dan dibiarkan selama 4 hari.
Benih
ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 100 ekor/m².
Pendederan
1 dilakukan selama 14 hari, pendederan II selam 30 hari. Pakan diberikan setiap
hari berupa tepung pelet sebanyak 0,75 gr/1.000 ekor.
PENCEGAHAN
PENYAKIT
Penyakit
yang sering menyerang ikan baung
adalah Ichthyopthirius multifiliis atau lebih dikenal dengan white
spot (bintik putih). Pencegahan, dapat dilakukan dengan persiapan kolam yang
baik, terutama pengeringan dan pengapuran. Pengobatan dilakukan dengan
menebarkan garam dapur sebanyak 200 gr/m³ setiap 10 hari selama pemeliharaan
atau merendam ikan yang sakit ke dalam larutan Oxytetracyclin 2 mg/liter.
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
ReplyDeletemenyediakan OKSIGEN UP KRISTAL untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro