Wednesday, October 12, 2016

MENGENAL IKAN KAKAP MERAH

October 12, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ketajaman penglihatan ikan tergantung dari dua faktor yaitu diameter lensa dan kapadatan sel kon pada retina. Diameter lensa mata ikan berbanding lurus dengan ukuran panjang tubuh ikan yang artinya semakin panjang tubuh ikan maka diameter lensa mata ikan akan bertambah pula. Hal ini terjadi karena diameter lensa mata ikan yang ikut bertambah mengakibatkan gambar suatu objek yang melalui lensa mata menuju retina akan semakin cepat, karena nilai sudut pembeda terkecil semakin kecil (Giovani, 2003). Hubungan antara panjang total dan kepadatan sel kon adalah berbanding terbalik, dimana semakin besar ukuran panjang tubuh ikan maka kepadatan sel konnya akan semakin menurun (Purbayanto 1999).
Jarak pandang maksimum yang dimiliki ikan akan semakin meningkat dengan semakin besarnya ukuran diameter objek benda yang dilihat dan semakin meningkatnya ukuran panjang tubuh ikan. Artinya bahwa dengan ukuran panjang tubuh yang semakin besar maka kemampuan ikan untuk dapat mendeteksi adanya benda dihadapannya akan semakin jauh.
Sumbu penglihatan dapat ditentukan setelah nilai kepadatan sel kon tiap bagian dari retina mata ikan diketahui, yaitu dengan cara menarik garis lurus melalui lensa mata. Lensa mata ikan mengikuti aturan dasar fisik pembengkokan cahaya sampai benda yang diketahuinya memberi strategi untuk selanjutnya dianalisis. Bentuk lensa mata ikan bulat dan pergerakkannya mirip dengan prinsip kerja dari lensa kamera (Razak et al, 2005).
Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan sel kon dan konfigurasi kontur  pada peta kontur diketahui bahwa kontur kepadatan sel kon  terletak pada daerah dorso-temporal untuk ikan beronang dan ikan kakap ventro-temporal sehingga arah pandang ikan menunjukkan perubahan diopter ke arah depan turun untuk beronang, ke arah depan naik untuk kakap. Menurut Tamura (1957) bahwa jenis ikan yang memperoleh makanannya dengan terlebih dahulu memburu mangsanya, maka pada umumnya mereka mempunyai pengkonsentrasian sel kon pada bagian dorso-temporal atapun ventro-temporal retina matanya.  Kepadatan sel kon pada bagian ventro-temporal retina mata ikan ikan kakap sama halnya dengan kepadatan sel kon ikan gulamah (Argyrosomus emoyensisi) (Agustini, 2005) yang juga merupakan jenis ikan pemangsa (predator). Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) mempunyai badan bulat putih memanjang dengan sirip punggung dapat mencapai 20 cm. Umumnya 25-100 cm, gepeng, batang sirip ekor lebar, mulut lebar, sedikit serong dan gigi-giginya halus. Ikan kakap merah mempunyai bagian bawah penutup insang yang berduri kuat dan bagian atas penutup insang terdapat cuping bergerigi.Bagian punggung warnanya mendekati keabuan, putih perak bagian bawah dan dengan sirip-sirip berwarna abu-abu gelap.Ikan kakap merah termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil dan crustacea.Ikan kakap merah hidup di perairan pantai, muara sungai,Klasifikasi ikan kakap merah (Lutjanus sp.) (Saanin 1968) adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum           : Chordata
Subfilum        : Vertebrata
Kelas           : Pisces
Subkelas        : Teleostei
Ordo            : Percomorphi
Subordo         : Percoidea
Famili          : Lutjanidae
Genus           : Lutjanus
Spesies         : Lutjanus sp.Menurut Barus et al. (1991), produktivitas nelayan yang rendah umumnya disebabkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu yang masih sederhana, sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan akhirnya berpengaruh juga pada tingkat kesejahteraannya.
KAKAP MERAH
NAMA LAIN       : Red Snapper, North American, Genuine Red, Pargo Colorado
JENIS           : Lutjanus Campechanus
UKURAN          : Rata-rata 4-10 kg, dapat mencapai 20 kg lebih
REKOR DUNIA     : 50 pounds
KARAKTER
Ikan petarung yang gigih dengan menggunakan kekuatannya, taktik dengan menggoyangkan kepalanya daripada berenang terus menerus.Agar pemanfaatan sumberdaya ikan dengan alat tangkap memperoleh hasil yang optimum, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, seperti aspek biologi, teknis maupun ekonomi. Aspek biologi terkait dengan sumberdaya ikan, termasuk faktor lingkungan. Aspek teknis menyangkut peralatan dan teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya ikan, berupa alat tangkap, armada penangkapan, alat pendeteksi ikan dan sarana penangkapan lain, sedangkan aspek ekonomi menyangkut modal yang dikeluarkan dalam upaya pengembangan perikanan tersebut (Kurniawati, 2005).
Menurut Dahuri (2000), tingkat pemanfaatan ikan demersal di wilayah Laut Cina Selatan yang berbatasan langsung dengan Propinsi Kalimantan Barat baru mencapai 42,8% dengan peluang pengembangan sebesar 47,2% dari potensi sebesar 655,65 ribu ton/tahun. Hal ini berarti bahwa Propinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah perairan yang termasuk kategori masih potensial untuk ditingkatkan produksinya (Widodo et al., 1998).
Ikan kakap merah atau red snapper merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting dan tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Pontianak. Ikan ini telah cukup lama dimanfaatkan sebagai salah satu produk perikanan dan sejak tahun 1999/2000 merupakan ikan kelas 1 (satu) di Kabupaten Pontianak karena pangsa pasar yang luas namun produksinya kecil sehingga pemanfaatannya akan terus ditingkatkan untuk mendukung ekspor maupun kebutuhan lokal.
Keragaan alat tangkap dalam memanfaatkan ikan kakap merah di Kabupaten
Pontianak cukup beragam, terdiri dari rawai hanyut, rawai tetap dan bubu (Dinas
Perikanan dan Kelautan, 2006). Kecamatan Mempawah Hilir merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Pontianak yang melakukan penangkapan ikan kakap merah dengan menggunakan bubu, baik bubu bambu maupun bubu jaring. Dahulu, pengoperasian kedua jenis alat tangkap ini menggunakan pecahan piring berwarna putih susu sebagai pemikat ikan untuk masuk ke dalam bubu. Namun sekarang, pecahan piring tersebut sudah tidak digunakan lagi, sehingga pengoperasian kedua jenis alat tangkap ini tanpa menggunakan umpan. Meskipun demikian, ikan yang tertangkap cukup beragam dan merupakan ikan ekonomis penting, seperti Lutjanus sp, Lutjanus johni, Pomadasys sp, Plectropoma leopardus, Panulirus sp, Cheilinus undulatus, dan lain-lain.
Selain itu, pada pengoperasian untuk menangkap ikan kakap merah, bubu bambu direndam selama empat hari sedangkan bubu jaring direndam selama tiga hari. Hingga saat ini, belum diketahui berapa lama perendaman yang efektif untuk menangkap ikan kakap merah diantara kedua jenis bubu dan apakah usaha perikanan bubu di Mempawah Hilir masih memberikan keuntungan atau telah mengalami kerugian. Hal ini perlu diketahui, karena selama ini usaha perikanan bubu di Mempawah Hilir dijalankan lebih kepada tradisi, belum memperhitungkan faktor ekonomi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga dihitung nilai Return-Cost Ratio untuk menentukan usaha perikanan bubu yang menguntungkan di Mempawah Hilir.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Bennet (1974) dalam Krouse (1988), menjelaskan bahwa ada hubungan antara durasi waktu saat setting dimulai sampai hauling, dan hal ini sangat berkaitan dengan pengaruh lama perendaman alat tangkap terhadap hasil tangkapan rata-rata dari spesies yang menjadi target tangkapan. Penelitian Anung dan Barus (2000), pada bubu dengan mulut dua yang di rendam selama satu hari di Selat Sunda memberikan hasil tangkapan yang lebih baik bila dibandingkan dengan bubu dengan mulut satu dan dua yang di rendam selama tiga hari, dengan umpan ikan pelagis (banyar) dan ikan demersal (remang).
Ikan kakap merupakan ikan dasar yang selalu berkelompok menempati karang, tandes atau rumpon Bentuk tubuhnyanya bulat pipih memanjang dengan mempunyai sirip di bagian punggung.Di bawah perut juga
terdapat sirip.Di bagian dekat anal juga terdapat sirip analnya.Sebagai ikan penguasa karang, ikan kakap dilengkapi dengan gigi untuk mengkoyak mangsanya.Karakternya dalam menyergap mangsanya, ikan kakap biasanya bersembunyi di balik karang atau rumpon dan mengambil lokasi tepat di muka arus. Ketika ada makanan apa saja yang hanyut langsung disergapnya untuk mengisi perutnya. Ikan-ikan yang paling besar di kawasanya selalu berada paling depan untuk memburu makanan, sedangan yang ukuran sedang memilih ‘sisa-sisa’ setelah yang besar puas makan. Maka janganlah heran bila memancing ikan kakap merah, bila pertama kali pancingan putus, ikan kakap yang besar akan kabur dan panik lantas diikuti dengan kawan ikan yang lebih kecil untuk bersembunyi. Kejadian ini oleh mania mancing sering disebut dengan cara guyonan si kakap manggil ‘kodim’ alias ‘komandan distrik-nya’ untuk kabur.Karakternya yang suka menyergap mangsa dari balik batu karang tempat persembunyiannya lalu kembali bersembunyi itulah, membuat ada ungkapan peribahasa soal penjahat kelas kakap, alias memangsanya tidak tanggung-tanggung. Ikan kembung, como, tembang, cumi utuh bisa dicaploknya sekaligus. Cara makannya pun tergolong unik.Ikan ini tidak menyergap namun menghisap dengan mulut lebarnya.Penelitian-penelitian tentang alat tangkap bubu dalam operasi penangkapan yang telah dilakukan, antara lain: pengaruh kedalaman dan kontur dasar perairan terhadap hasil tangkapan kakap merah (Lutjanus malabaricus) (Urbinas, 2004); pengaruh kedalaman pemasangan bubu terhadap hasil tangkapan kakap merah (Lujanus sanguineus) (Nurhidayat, 2002); selektivitas ukuran ikan kakap (Lutjanus sp.) pada bubu yang dilengkapi dengan celah pelolosan (escaping gaps) (Tirtana, 2003); uji coba alat tangkap bubu dengan ukuran mesh size berbeda (Ariefandi, 2005); pengaruh penggunaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan ikan karang pada alat tangkap bubu (traps) (Mawardi, 2001); pengoperasian bubu dengan umpan dan konstruksi funnel yang berbeda terhadap hasil tangkapan ikan laut dalam (Susanto, 2006) dan studi tentang pengaruh pemasangan leader net terhadap hasil tangkapan dan tinjauan tingkah laku ikan karang pada alat tangkap bubu sayap (Mawardi, 1998).

0 comments:

Post a Comment