Sunday, September 4, 2016

MOULTING PADA UDANG LOBSTER AIR TAWAR

September 04, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Setiap mahluk hidup pasti tumbuh. Proses itu menghasilkan perubahan tubuh, yaitu bertambah besar dan bertambah berat. Bersamaan itu pula terjadinya perubahan struktur tubuh, terutama tubuh bagian luar.
Ini terjadi pula pada lobster air tawar. Namun tubuh lobster tak berkulit melainkan terbungkus oleh cangkang tua yang keras, bila sudah lama.
Pada saat tubuh bertambah besar maka cangkang sudah tak cukup lagi untuk menutup bagian tubuh itu, sehingga cangkang itu harus dibuang, terkelupas dengan sendirinya, kemudian berganti dengan cangkang yang baru yang lebih muda, dan elastis. Ini hanya terjadi pada udang, dan proses ini disebut dengan istilah moulting.
Menurut Iskandar (2003), dalam siklus hidu lobster, pertumbuhan hanya terjadi di bagian tubuh saja, tidak terjadi dengan cangkangnya. Cangkang tidak akan muat ketikan tubuh lobster semakin bertambah besar. Oleh sebab itu, lobster perlu membuang cangkangnya dan mengganti dengan cangkang yang baru. Karena pertumbuhan terus terjadi, maka moultingpun akan terus terjadi.
Selama hidupnya, lobster mengalami moulting hingga puluhan kali. Moulting mulai terjadi pada umur 2 -3 minggu. Frekwensi tertinggi terjadi sebelum loster dewasa, berumur 6 – 7 bulan, dibanding dengan lobster yang sudah dewasa (Wiyanto dan Hartono, 2003). Lobster dewasa terutama induk jantan maupun betina akan moulting lagi setelah 2 – 3 kali melakukan perkawinan.
Dua hingga tiga jam sebelum moulting, lobster nampak gelisah, dan tidak mau makan. Keadaan ini menyebabkan kondisi tubuhnya menjadi lemah. Pada saat ini diperkirakan lobster mengeluarkan aroma yang merangsang lobster lain untuk makan. Karena salah satu sifat jelek dari hewan ini adalah kanibalisme.
Dalam www.O.fish.com (2005) dinyatakan bahwa pergantian kulit pada lobster merupakan saat yang rawan. Tanda-tanda yang terlihat adaloah lobster cenderung tidak aktif dan berdiam di tempat persembunyiannya. Selain itu pergerakannya lamban dan kulitnya nampak keruh. Setelah proses moulting terjadi, kulit lobster akan lembut. Untuk memulihkan kembali seperti keadaan semula perlu waktu 24 jam.
Klasifikasi dan Morfologi Lobster – Lobster ( Cherax quadricarinatus ) ini merupakan salah satu binatang air tawar yang dapat dikonsumsi. Lobster ini berasal dari Aautralia, Irian jaya, dan Papua New Guinea dengan beragam spesies dan varietesnya. Lobster ini menyebar keberbagai daerah dan wilayah, karena sangat mudah dalam pembibitan, pembudidayaan, dan juga beternaknya. Sehingga mudah menyebar luas dan juga banyak dijumpai dimana pun. Selain itu, lobster ini juga memiliki kandungan yang sangat tinggi, serta juga dapat menambah asupan gizi didalam tubuh.
1Menurut sistematis dari beberapa peneliti bahwa klasifikasi dan morfologi, serta anatomi lobster ini dapat dibedaka sebagai berikut.
Klasifikasi Lobster
Filum : Anthropoda
Sub Filum : Mandibula
Kelas : Crustacea
Sub Kelas : Malacostraca
Super Ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Reptantia
Famili : Parasracidae
Genus : Cherax
Spesies : Cherax quadricanatus, comunis, tenuimanus, destructor, dan waselli.
    Cara Budidaya Lobster Air Tawar
Morfologi Lobster
Menurut seorang peneliti bernama Patasik tahun 2004 jenis lobster ini dapat dibedakan 3 jenis dan segmen yaitu kepala, badan dan juga bagian ekor.
a. Kepala ( Cheplatorax )
Bagian kepala pada lobster ini tertutup kulit tebal yang tersusun dari bahan chitin ( kapur ) yang memiliki benjolan bagian depan memanjang kearah depan disebut rostrum. Rostum ini memiliki bentuk mendatar, halus dan juga menyerupai kerujut dan juga memiliki duri dua pasang.
Pada bagian kepala ini memiliki kaki depan untuk berjalan yang terdiri dari lima pasang, yang sangat kuat dan kokoh untuk menyokonh badan serta juga berjalan dengan maksimal. Selain itu, bagian kaki depan ini bermanfaat untuk melindungi diri juga dari predator yang menyerang lobster.
b. Badan ( abdomen )
Badan pada lobster ini sangat keras, dan juga berbentuk lapisan yang terdiri dari 5 lapisan yang penumpuk – numpuk hingga sampai pangkal telson (ekor). Pada bagian badan bawah terdapat kaki untuk berang lobster yang memiliki struktur selaput tipis, dan memiliki ruas – ruas halus. Selain untuk berengan bagian bawah ini ternyata berguna juga untuk meletakan telur yang akan ditetaskannya, Hingga menetas dan menjadi benih lobster.
c. Ekor ( Telson )
Bagian ekor pada lobster ini terdiri dari dua bagian yaitu ekor meruncing, dan ekor berbentuk kipas. Kedua bagian tersebut akan berguna untuk berengan maju dan juga bergerak mundur dengan cepat. Ekor pada bagian ini juga dilapisi kulit yang tebal , dan juga berlapis lapis, serta juga bagia ekor terdapat garis – garis.
Secara umumnya, lobster ini memiliki warna kecoklatan, abu –abu kehitaman, kekuningan, dan keorangean. Selain itu, lobster ini juga dapat hidup di air tawar, sehingga dapat diperbanyakan dan dibudidayakan dengan mudah.Selanjutnya dalam situs itu menerangkan tentang proses terjadinya moulting. Ada empat tahapan dalam moulting : A. Proecdysis. Merupakan tahap persiapan moulting. Kalsium diserap dari kerangka lama dan disimpan dalam gastrolith diikuti dengan pembentukan kulit baru. B. Ecdysis. Merupakan tahap pelepasan diri dari kerangka lama. Pada saat baru keluar, kutiler lobster dalam keadaan masih lembut. Pada fase ini terjadi penyerapan air secara cepat oleh tubuh lobster. C. Mecedysis, merupakan tahap pemindahan mineral kalsium dari gastrolith ke kutikel baru sebagai bahan krangka luar. Lobster sudah akan mulai makan. Pembentukan jaringan disertai dengan peningkatan sintesis protein dan DNA. Jaringan sudah mulai mengganti air yang diserap pada fase sebelumnya. D. Intermolt, merupakan fase antar moulting. Kerangka dan pertumbuhan jaringan akan selesai serta mulai mengubah metabolisme untuk pemenuhan cadangan energi yang disimpan dalam hepatopancreas yang akan digunakan untuk proses moulting berikutnya.
Menurut Wiyanto dan Hartono (2003), moulting berfungsi untuk merangsang dan mempercepat pertumbuhan. Selain itu moulting juga berperan dalam proses pematangan gonad, sehingga betina dapat memproduksi telur dan jantan dapat meproduksi sperma. Selanjutnya, keduanya menyatakan bahwa moulting juga berperan dalam menumbuhkan kembali organ yang cacat.
Menurut Setiawan (2006), selain pertumbuhan, pemicu moulting bisa juga akibat perubahan air. Perubahan air yang mendadak bisa menyebabkan lobster stress. Kondisi ini menjadikan terjadinya perubahan pada struktur daging dan cangkang, yang akhirnya dapat menyebabkan terpisahnya bagian cangkang dengan daging tersebut.
Proses pergantian kulit di kenal dengan istilah moulting. Umumnya pergantian kulit mulai terjadi pada umur 2-3 minggu. Lobster muda lebih sering mengalami moulting di bandingkan dengan lobster dewasa karena masih dalam masa pertumbuhan. Faktor makanan berpengaruh pada percepatan moulting, karena makanan yang di serap lobster berfungsi untuk membentuk jaringan material pertumbuhan. Selain faktor umum dan makanan, faktor kualitas lingkungan juga bisa mempengaruhi frekuensi moulting. Suplai oksigen, suhu air yang terlalu tinggi dan adanya timbunan zat-zat beracun dalam air akan membuat pertumbuhan lobster terlambat. Otomatis frekuensi moulting juga terlambat.
Pada dasarnya moulting berfunsi untuk merangsang atau mempercepat pertumbuhan. Moulting juga bisa mempercepat pematangan gonad pada lobster. Dengan demikian lobster akan cepat menghasilkan telur. Selain itu, pergantian kulit juga untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh yang cacat.
Sumber:
Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

0 comments:

Post a Comment