Nilai tambah (value added) produk perikanan adalah pertambahan nilai suatu komoditas perikanan karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan atau penyimpanan dalam suatu sistem produksi. Dalam prosesnya, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al, 1987).
Berdasarkan pengertian tersebut, bahan baku yang telah mengalami perlakuan pengolahan dapat diperkirakan besaran nilai tambahnya. Dengan demikian, atas dasar nilai tambah yang diperoleh, marjin dapat dihitung dan selanjutnya imbalan bagi faktor produksi juga dapat diketahui. Nilai tambah yang semakin besar atas produk perikanan tentu dapat berperan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang besar tentu saja berdampak bagi peningkatan lapangan usaha dan pendapatan masyarakat, yang muara akhirnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun sayangnya, para petani belum mampu memberi nilai tambah secara optimal pada produk hasil panen mereka, akibatnya kesejahteraan mereka juga tidak terangkat. Banyak petani menjual produk perikanan hasil panen begitu saja, bahkan banyak petani menjual hasil perikanan, misalnya padi ketika masih berada di sawah. Proses pemetikan hasil petanian dan pascapanen seperti proses pengeringan, proses penggilingan, proses pengemasan dan proses penjualan kepada konsumen sering kali dilakukan oleh pihak lain. Padahal, nilai tambah yang besar berada pada proses pascapanen dan proses penjualan ini. Sementara risiko kegagalan usaha lebih banyak berada pada proses penanaman dan budidaya di lahan perikanan.
Jadi, petani mendapatkan nilai tambah yang kecil namun menanggung risiko paling tinggi. Dalam kondisi demikian sulit diharapkan petani mendapatkan kesejahteraan. Bahkan, di beberapa daerah, banyak petani bergantung pada rentenir dan pedagang sarana produksi karena tidak memiliki modal usaha. Bila kondisi ini terus berlanjut maka sampai kapan pun petani tidak akan bisa hidup sejahtera. Solusi untuk memberi nilai tambah produk perikanan milik petani di antaranya adalah pemberian kemudahan akses pemodalan kepada petani, informasi yang akurat dan cepat tentang harga komoditi perikanan dan sarana produksinya, peningkatan manejemen pengelolaan usaha tani, serta bantuan dalam pemasaran. (dari beberapa sumber/Windra)Kebutuhan untuk mengkonsumsi ikan semakin meningkat seiring dengan tingginya kesadaran masyarakat akan pangan berprotein tinggi dan menyehatkan. Hal ini ikut mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar. Berdirinya unit pengolahan fillet ikan patin tersebut sebagai upaya pengoptimalan nilai tambah ikan patin sebagai komoditas perikanan utama di Indonesia. Diharapkan dengan adanya UPI fillet patin tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan patin. Target kedepan tidak hanya mampu memproduksi fillet ikan patin berkualitas, namun mampu membuat bahan baku pakan ikan.
Untuk mendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia, asupan makanan berg izi menjadi salahsatu unsur penting. Ikan dikenal sebagai bahan pangan yang bergizi tinggi karena memiliki kandungan protein tinggi, vitamin dan mineral penting yang dibutuhkan manusia. Daging ikan memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tingkat tinggi seperti EPA (Elcosapentaenoic Acid) dan DHA (Docosahexaenoic Acid) yang dikenal sebagai Omega 3. EPA berfungsi untuk memperlancar aliran darah dan mencegah penyakit pada otak. Sedangkan DHA mempengaruhi perkembangan sistem syaraf otak terutama mempertinggi fungsi pembelajaran pada janin. Manfaat lain yang didapatkan dari rutin mengkonsumsi ikan yaitu terhindar dari serangan stroke, dapat menurunkan kolesterol dan tekanan darah, nutrisi bagi otak serta menekan risiko kanker.
Kandungan Gizi Ikan Patin
Kandungan gizi protein hewani yang terkandung pada ikan patin lebih tinggi dibandingkan protein dari ikan tawar jenis lain. Data menunjukkan,iIkan patin memiliki kandungan protein sebanyak 159 gr, fillet ikan patin sebesar 24,7 gr. Nilai protein daging patin mencapi 16,58%. Kandungan lemak sebesar 1,03%, abu 0,74% dan air 82,22%. Selain itu, ikan patin juga mengandung dua asam lemak essensial DHA sebesar 4,74% dan EPA sebesar 0,31%. Kedua jenis omega 3 ini biasanya dihasilkan dari jenis ikan yang hidup di air dingin seperti ikan salmon, ikan tuna, dan ikan sarden.
Mengenal Fillet Ikan
Fillet ikan adalah daging ikan yang disajikan tanpa kulit dan tulang. Daging ikan patin yang berwarna putih sangat cocok untuk difillet. Ikan patin segar diseleksi/disortir sesuai ukuran. Kemudian dengan cara membelah ikan patin dan diambil bagian sisi samping serta dipisahkan dari tulang dan kepala. Sebelumnya pisahkan kulit ikan patin dengan mesin pemisah kulit. Selanjutnya memisahkan daging berwarna merah kecoklatan yang masih menempel, dipilih daging yang berwarna putih. Setelah permukaan daging diratakan tahapan selanjutnya adalah proses pembekuan dengan freezer dan siap dikemas.
Masakan Fillet Ikan Patin
Memasak lebih berkreasi dengan fiilet ikan patin yang bisa diolah menjadi Steak fillet patin, Botok Fillet Patin, Mangut Patin , Fillet Patin Goreng Tepung dan masih banyak lagi
Teknologi
Teknologi yang digunakan untuk perusahaan di Indonesia masih sangat sederhana, dan hampir semua kegiatan produksi dilakukan secara manual. Pada proses penyimpanan dilakukan dengan mesin ABF (air blast freezing) dan disimpan pada ruang pendingin, pemotongan ikan dilakukan dengan menggunakan pisau dan talenan selanjutnya proses pengepakan dilakukan menggunakan mesin sealer (mesin vakum). Kegiatan produksi yang ada meliputi beberapa tahap yakni pembelian bahan baku, penyortiran dan pembersihan, pembuatan fillet, pembekuan, dan pengepakan. Semua kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pembelian bahan baku
Proses pertama yang dilakukan pada kegiatan produksi perusahaan yakni pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku dilakukan di daerah sentra budidaya ikan patin. Pada proses ini, ikan yang dibeli adalah ikan yang telah dipesan sesuai dengan ukuran dan kualitas sesuai standar perusahaan.
b. Penyortiran dan pembersihan
Ikan segar yang telah dipesan dan dipilih sesuai standar langsung dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada ikan, lalu diolah menjadi fillet dengan cara pembersihan isi perut ikan dan pengulitan dan hanya bagian daging saja yang akan dikemas dan dipasarkan. Pada proses ini, daging fillet harus benar – benar bersih baik dari kotoran maupun bagian ikan lainnya seperti tulang, selaput perut ataupun kulit.
c. Pembuatan fillet
Pembuatan fillet merupakan inti dari proses produksi, karena produk fillet ini yang akan dipasarkan ke mitra usaha. Alat – alat yang dipergunakan seperti pisau, talenan, timbangan dan mesin vakum. Teknik pembuatan fillet ikan dengan cara :
- Sisi ikan disayat dari belakang sirip sampai ke belakang kepala
- Penyayatan dilakukan mulai dari arah kepala kea rah ekor sepanjang sirip punggung, sayatan hanya sedalam tulang belakang
- Dari arah tulang belakang disayat sepanjang sirip punggung menuju arah ekor. Pisau harus dipegang sejajar dengan tulang rusuk dan duri kecil ikut terpotong
- Pada ujung rusuk dipotong sampai ke ekor. Setelah pemotongan pada rusuk, pisau didatarkan pada tulang belakang. Ambil fillet dimana fillet harus dibersihkan dari selaput perut atau sirip.
- Tulang dari fillet dapat dibuang dengnan mengiris bentuk V pada daging
- Penyayatan dilakukan dari ekor sampai ke sudut di belakang leher.
- Pengulitan fillet dilakukan denang melepas kulit dari daging atau dengan cara penyayatan
d. Penanganan fillet
Fillet yang diperoleh harus segera dimasukkan kedalam wadah untuk dilakukan proses pembekuan dengan mesin ABF (Air Blast Freezing). Proses pembekuan ini dilakukan untuk menjaga mutu produk dan memperpanjang daya simpan. Setelah beku, fillet ikan disimpan pada ruang pendingin pada kantong plastik berukuran besar.
e. Pengepakan (Packaging)
Setelah semua proses diatas selesai, dan ikan sudah dapat diproses pengepakan sesuai dengan ukuran dan kuantitas yang telah dipesan oleh pelanggan. Dalam proses pengepakan ini alat yang digunakan adalah mesin vakum dan diberi label kadaluarsa produk.
Berdasarkan pengertian tersebut, bahan baku yang telah mengalami perlakuan pengolahan dapat diperkirakan besaran nilai tambahnya. Dengan demikian, atas dasar nilai tambah yang diperoleh, marjin dapat dihitung dan selanjutnya imbalan bagi faktor produksi juga dapat diketahui. Nilai tambah yang semakin besar atas produk perikanan tentu dapat berperan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang besar tentu saja berdampak bagi peningkatan lapangan usaha dan pendapatan masyarakat, yang muara akhirnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun sayangnya, para petani belum mampu memberi nilai tambah secara optimal pada produk hasil panen mereka, akibatnya kesejahteraan mereka juga tidak terangkat. Banyak petani menjual produk perikanan hasil panen begitu saja, bahkan banyak petani menjual hasil perikanan, misalnya padi ketika masih berada di sawah. Proses pemetikan hasil petanian dan pascapanen seperti proses pengeringan, proses penggilingan, proses pengemasan dan proses penjualan kepada konsumen sering kali dilakukan oleh pihak lain. Padahal, nilai tambah yang besar berada pada proses pascapanen dan proses penjualan ini. Sementara risiko kegagalan usaha lebih banyak berada pada proses penanaman dan budidaya di lahan perikanan.
Jadi, petani mendapatkan nilai tambah yang kecil namun menanggung risiko paling tinggi. Dalam kondisi demikian sulit diharapkan petani mendapatkan kesejahteraan. Bahkan, di beberapa daerah, banyak petani bergantung pada rentenir dan pedagang sarana produksi karena tidak memiliki modal usaha. Bila kondisi ini terus berlanjut maka sampai kapan pun petani tidak akan bisa hidup sejahtera. Solusi untuk memberi nilai tambah produk perikanan milik petani di antaranya adalah pemberian kemudahan akses pemodalan kepada petani, informasi yang akurat dan cepat tentang harga komoditi perikanan dan sarana produksinya, peningkatan manejemen pengelolaan usaha tani, serta bantuan dalam pemasaran. (dari beberapa sumber/Windra)Kebutuhan untuk mengkonsumsi ikan semakin meningkat seiring dengan tingginya kesadaran masyarakat akan pangan berprotein tinggi dan menyehatkan. Hal ini ikut mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar. Berdirinya unit pengolahan fillet ikan patin tersebut sebagai upaya pengoptimalan nilai tambah ikan patin sebagai komoditas perikanan utama di Indonesia. Diharapkan dengan adanya UPI fillet patin tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan patin. Target kedepan tidak hanya mampu memproduksi fillet ikan patin berkualitas, namun mampu membuat bahan baku pakan ikan.
Untuk mendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia, asupan makanan berg izi menjadi salahsatu unsur penting. Ikan dikenal sebagai bahan pangan yang bergizi tinggi karena memiliki kandungan protein tinggi, vitamin dan mineral penting yang dibutuhkan manusia. Daging ikan memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tingkat tinggi seperti EPA (Elcosapentaenoic Acid) dan DHA (Docosahexaenoic Acid) yang dikenal sebagai Omega 3. EPA berfungsi untuk memperlancar aliran darah dan mencegah penyakit pada otak. Sedangkan DHA mempengaruhi perkembangan sistem syaraf otak terutama mempertinggi fungsi pembelajaran pada janin. Manfaat lain yang didapatkan dari rutin mengkonsumsi ikan yaitu terhindar dari serangan stroke, dapat menurunkan kolesterol dan tekanan darah, nutrisi bagi otak serta menekan risiko kanker.
Kandungan Gizi Ikan Patin
Kandungan gizi protein hewani yang terkandung pada ikan patin lebih tinggi dibandingkan protein dari ikan tawar jenis lain. Data menunjukkan,iIkan patin memiliki kandungan protein sebanyak 159 gr, fillet ikan patin sebesar 24,7 gr. Nilai protein daging patin mencapi 16,58%. Kandungan lemak sebesar 1,03%, abu 0,74% dan air 82,22%. Selain itu, ikan patin juga mengandung dua asam lemak essensial DHA sebesar 4,74% dan EPA sebesar 0,31%. Kedua jenis omega 3 ini biasanya dihasilkan dari jenis ikan yang hidup di air dingin seperti ikan salmon, ikan tuna, dan ikan sarden.
Mengenal Fillet Ikan
Fillet ikan adalah daging ikan yang disajikan tanpa kulit dan tulang. Daging ikan patin yang berwarna putih sangat cocok untuk difillet. Ikan patin segar diseleksi/disortir sesuai ukuran. Kemudian dengan cara membelah ikan patin dan diambil bagian sisi samping serta dipisahkan dari tulang dan kepala. Sebelumnya pisahkan kulit ikan patin dengan mesin pemisah kulit. Selanjutnya memisahkan daging berwarna merah kecoklatan yang masih menempel, dipilih daging yang berwarna putih. Setelah permukaan daging diratakan tahapan selanjutnya adalah proses pembekuan dengan freezer dan siap dikemas.
Masakan Fillet Ikan Patin
Memasak lebih berkreasi dengan fiilet ikan patin yang bisa diolah menjadi Steak fillet patin, Botok Fillet Patin, Mangut Patin , Fillet Patin Goreng Tepung dan masih banyak lagi
Teknologi
Teknologi yang digunakan untuk perusahaan di Indonesia masih sangat sederhana, dan hampir semua kegiatan produksi dilakukan secara manual. Pada proses penyimpanan dilakukan dengan mesin ABF (air blast freezing) dan disimpan pada ruang pendingin, pemotongan ikan dilakukan dengan menggunakan pisau dan talenan selanjutnya proses pengepakan dilakukan menggunakan mesin sealer (mesin vakum). Kegiatan produksi yang ada meliputi beberapa tahap yakni pembelian bahan baku, penyortiran dan pembersihan, pembuatan fillet, pembekuan, dan pengepakan. Semua kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pembelian bahan baku
Proses pertama yang dilakukan pada kegiatan produksi perusahaan yakni pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku dilakukan di daerah sentra budidaya ikan patin. Pada proses ini, ikan yang dibeli adalah ikan yang telah dipesan sesuai dengan ukuran dan kualitas sesuai standar perusahaan.
b. Penyortiran dan pembersihan
Ikan segar yang telah dipesan dan dipilih sesuai standar langsung dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada ikan, lalu diolah menjadi fillet dengan cara pembersihan isi perut ikan dan pengulitan dan hanya bagian daging saja yang akan dikemas dan dipasarkan. Pada proses ini, daging fillet harus benar – benar bersih baik dari kotoran maupun bagian ikan lainnya seperti tulang, selaput perut ataupun kulit.
c. Pembuatan fillet
Pembuatan fillet merupakan inti dari proses produksi, karena produk fillet ini yang akan dipasarkan ke mitra usaha. Alat – alat yang dipergunakan seperti pisau, talenan, timbangan dan mesin vakum. Teknik pembuatan fillet ikan dengan cara :
- Sisi ikan disayat dari belakang sirip sampai ke belakang kepala
- Penyayatan dilakukan mulai dari arah kepala kea rah ekor sepanjang sirip punggung, sayatan hanya sedalam tulang belakang
- Dari arah tulang belakang disayat sepanjang sirip punggung menuju arah ekor. Pisau harus dipegang sejajar dengan tulang rusuk dan duri kecil ikut terpotong
- Pada ujung rusuk dipotong sampai ke ekor. Setelah pemotongan pada rusuk, pisau didatarkan pada tulang belakang. Ambil fillet dimana fillet harus dibersihkan dari selaput perut atau sirip.
- Tulang dari fillet dapat dibuang dengnan mengiris bentuk V pada daging
- Penyayatan dilakukan dari ekor sampai ke sudut di belakang leher.
- Pengulitan fillet dilakukan denang melepas kulit dari daging atau dengan cara penyayatan
d. Penanganan fillet
Fillet yang diperoleh harus segera dimasukkan kedalam wadah untuk dilakukan proses pembekuan dengan mesin ABF (Air Blast Freezing). Proses pembekuan ini dilakukan untuk menjaga mutu produk dan memperpanjang daya simpan. Setelah beku, fillet ikan disimpan pada ruang pendingin pada kantong plastik berukuran besar.
e. Pengepakan (Packaging)
Setelah semua proses diatas selesai, dan ikan sudah dapat diproses pengepakan sesuai dengan ukuran dan kuantitas yang telah dipesan oleh pelanggan. Dalam proses pengepakan ini alat yang digunakan adalah mesin vakum dan diberi label kadaluarsa produk.
0 comments:
Post a Comment