Saturday, September 12, 2015

PROSES ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN

September 12, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment
A.     Proses Adopsi Inovasi
1.   Konsep Adopsi Bahlen
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar (awreness),  minat (interest),  menilai (evaluation),  mencoba (trial) dan adopsi ( adoption).
a.   Tahap sadar: sasaran telah mengetahui informasi tetapi informasi tersebut   dirasa kurang.
b.   Tahap minat: sasaran mencari informasi atau keterangan lebih lanjut mengenai informasi tersebut.
c.   Tahap menilai: sasaran sudah menilai dengan cara value/bandingkan inovasi terhadap keadaan dirinya pada saat itu dan dimasa yang akan datang serta menentukan apakah pelaku utama sasaran mencoba inovasi atau tidak.
d.   Tahap mencoba: sasaran sudah mencoba meskipun dalam skala kecil untuk menentukan angka dan kesesuaian inovasi atau tidak.
e.   Tahap adopsi/menerapkan: sasaran sudah meyakini kebenaran inovasi dan inovasi tersebut dirasa bermanfaat baginya. Pada tahap ini pelaku utama sasaran menerapkan dalam jumlah/skala yang lebih besar.
Konsep adopsi digunakan secara meluas oleh peneliti dan penyuluh. Meskipun demikian model adopsi mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
a.   Tidak semua proses tersebut di atas diakhiri dengan tahap adopsi, adakalanya berupa penolakan terhadap adopsi.
b.   Kelima tahap di atas terjadi tidak selalu berurutan.
c.   Suatu proses adopsi pada tahap akhir akan diikuti dengan konfirmasi yaitu dengan cara mencari lebih lanjut untuk memperkokoh keputusannya (terus mengadopsi ) atau menerapkan inovasi lainnya (menolak)
2.   Konsep Adopsi Rogers dan Schoemaker
Rogers dan Schoemaker (1992) menjelaskan bahwa proses adopsi dapat terjadi melalui 4 (empat) tahapan yaitu : tahap mengetahui (knowledge), persuasif (persuasive), mengambil keputusan (decision) dan konfirmasi (confirmation) yang selanjutnya diklasifikasikan menjadi empat tahap yaitu  :
a.  Tahap mengetahui : pelaku utama sasaran sudah mengetahui adanya inovasi dan mengerti bagaimana inovasi itu berfungsi.
b.  Tahap Persuasi  : pelaku utama sasaran sudah membentuk sikap terhadap inovasi yaitu apakah inovasi tersebut dianggap sesuai ataukah tidak sesuai bagi dirinya.
c.  Tahap Keputusan : pelaku utama sasaran sudah terlibat dalam pembuatan keputusan yaitu apakah menerima atau menolak inovasi.
d.  Tahap Konfirmasi:pelaku utama sasaran mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Mungkin pada tahap ini pelaku utama sasaran mengubah keputusan untuk menolak inovasi yang telah di adopsi sebelumnya.
3.   Konsep Proses Adopsi Kellogg.
Model Adopsi Kellogg menyebutkan bahwa pada proses adopsi khususnya teknologi perikanan dapat dilakukan melalui beberapa langkah agar pelaku utama bersedia menerima/mengadopsi teknologi tersebut.  Model adopsi meliputi (4) empat tahap yaitu diagnosis, perencanaan dan rekayasa teknologi adaptif, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha dan percobaan antar lokasi dan diseminasi. 
a. Pada tahap pertama, penentuan wilayah sasaran dan mendiagnosis situasi pelaku utama.  Pada umumnya wilayah sasaran diusahakan mempunyai karkteristik agroklimate yang relatif homogen. Penyuluh perikanan dapat mengidentifikasi wilayah sasaran lebih baik dibandingkan peneliti.
b. Tahap kedua, merencanakan dan merekayasa teknologi adaptif dengan menggunakan informasi yang diperoleh pada tahap pertama.  Berdasarkan informasi ini, dapat dibuat perencanaan dan rekayasa teknologi yang sesuai dengan kondisi lapangan.
c. Tahap ketiga, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha.  Hasil penelitian yang diperoleh dari eksperimen sebelumnya dapat diuji dan diverifikasi di tingkat usaha. Sasaran akan bersedia mengadopsi teknologi/Introduksi teknologi apabila teknologi tersebut memiliki keunggulan dibanding dengan teknologi sebelumnya, juga hasilnya dilihat sendiri oleh pelaku utama sebagai sasaran.
d. Tahap keempat, selama proses pengujian dan verifikasi di tingkat usaha pasti terjadi percobaan di lahan usaha yang dilakukan pelaku utama perikanan. Hal ini mengindikasikan bahwa pilihan teknologi sudah dilakukan pelaku utama dan diharapkan terjadi perbaikan teknik budidaya yang signifikan. Hubungan antara tahap dalam proses komunikasi dengan proses adopsi serta metode penyuluhan tertera pada Tabel 1.   
Hubungan antara metode penyuluhan, tahap komunikasi dan tahap adopsi
Metode Penyuluhan Tahap-tahap Komunikasi    Tahap-tahap Adopsi
Metode Perorangan Menggerakkan Usaha    Adopsi
Metode Kelompok    Meyakinkan Percobaan
Membangkitkan Keinginan    Penilaian
Metode Massal    Menggugah Hati    Minat
Menaruh Perhatian    Kesadaran
Dengan mempelajari model adopsi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1 dan membandingkan satu dengan lainnya, diketahui bahwa model adopsi Bahlen memilki kelemahan dalam proses adopsi yaitu tidak selalu diakhiri dengan tahap adopsi. Adakalanya pelaku utama menolak inovasi yang yang diintroduksikan.
Model adopsi Rogers dan Schoemaker digunakan untuk mengatas keterbatasan model adopsi Bohlen tersebut. Rogers dan Schoemaker (1983) mengatakan bahwa tingkat adopsi dipengaruhi oleh lima (5) faktor yaitu :
a.   Tipe keputusan adopsi inovasi
b.   Atribut yang terkandung dalam inovasi
c.   Karakteristik system sosial pelaku utama dan/pelaku usaha sebagai sasaran
d.   Karakteristik saluran komunikasi yang digunakan
e.   Usaha yang dilakukan penyuluh untuk meyakinkan pelaku utama dan/pelaku usaha sebagai sasaran.
B.     Proses Difusi Inovasi
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penyuluhan perikanan adalah terjadinya proses perubahan masyarakat (sasaran penyuluhan) yang berdaya. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada masyarakat agar tahu, mau, dan mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya.
Perubahan sosial yang direncanakan pada proses penyuluhan sangat rumit yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu : invensi, difusi, dan konsekuensi-konsekuensi invensi merupakan kegiatan perubahan atau pengembangan inovasi baru.
Difusi merupakan proses penyebaran inovasi dari seorang yang telah mengadopsi inovasi kepada orang lain dalam masyarakat. Konsekuensi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat adanya adopsi  atau penolakan terhadap suatu inovasi.
Penyuluhan perikanan menitikberatkan perubahan sosial jangka pendek yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan difusi inovasi dan mengarahkan perubahan dalam masyarakat. Difusi inovasi dapat dipandang sebagai proses komunikasi khusus. Pada difusi inovasi, sumber pesan dapat berupa penemu, penyuluh perikanan dan stakeholder. Perubahan secara praktis yang diharapkan adalah pengetahuan, sikap dan prilaku, faktor yang mendorong dan menghambat perubahan. 
Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota suatu sistem sosial.  Dengan patokan bahwa sumber inovasi asalnya dari lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi yaitu Model Top Down,  Model Feed Back dan Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama.
1.   Model Difusi Top Down
Model Difusi Top Down dikembangkan berdasarkan penelitian di India, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan sekolah, laboratorium dan stasiun percobaan.  Model top down difusion sebagai model penyuluhan perikanan konvensional. Pada model ini peneliti melakukan penelitian di laboratorium maupun stasiun penelitian dan menghasilkan rekomendasi yang disebarluaskan pada seluruh pelaku utama. 
2.   Model Feed-Back
Model ini dikembangkan oleh Benor dan Horison . Model ini dikenal sebagai trainning and visit system atau di Indonesia di sebut sistem latihan dan kunjungan (sistem laku).   Model ini selanjutnya dibukukan dengan judul “Agricultural Eftension The Training and Visit System”.   Model feed back dianggap sebagai perbaikan model Top Drown yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara peneliti dan penyuluh. Model feed-back menjadi popular dan berkembangnya Farming System Research yang mengaitkan penelitian ditingkat usaha kedalam metode penelitian.
3.   Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama pada awalnya dikembangkan berupa difusi farmer back to farmer.  Model ini mengasumsikan bahwa penelitian harus dimulai dan diakhiri di tingkat sasaran.  Hal ini berarti bahwa pelaku utama (sasaran) harus dilibatkan secara aktif sebagai anggota tim pemecahan masalah di lapangan. Pelaku utama/pelaku usaha dengan pengalaman jangka panjangnya mengetahui kondisi usahanya, kondisi sosial, ekonomi, teknis, keadaan pasar dan lain sebagainya.
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama mengandung beberapa siklus kegiatan dan masing-masing kegiatan ini berusaha mencapai tujuan tertentu.
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama ini dapat diawali dengan eksperimen sederhana dan diakhiri survey di tingkat pelaku utama. Kunci perbedaannya dengan model difusi yang lain adalah fleksibilitas dan penelitian di tingkat pelaku utama untuk mengindentifikasikan sumber daya yang dimilikinya.
C.     Penggolongan Adopter
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka dikenal 5 (lima) golongan adopter yaitu    :
1.   Inovator (golongan perintis dan pelapor)
Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam masyarakat. Karakteristik golongan ini antara lain: gemar, mencoba, inovasi dan rata-rata pada masyarakatnya pada umumnya berpartisipasi aktif dalam penyebarluasan inovasi.
2.   Early Adopter (golongan penyetrap dini)
Golongan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, gemar membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi non lahan yang relative komplit.
3.   Early Mayority (golongan Penyetrap awal)
Golongan ini pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rata-rata seperti anggota masyarakat lainnya, dapat menerima inovasi selama inovasi tersebut memberikan keuntungan kepadanya.
4.   Late Mayority (golongan Penyetrap akhir)
Golongan ini pada umumnya berusia lanjut dan memilki tingkat pendidikan rendah, status sosial ekonominya sangat rendah dan lambat menerapkan inovasi.
5.   Laggard (Golongan Penolak)
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta huruf, status sosial eknominya sangat rendah, tidak suka terhadap perubahan-perubahan.
Karakteristik sosial ekonomi pada berbagai kategori adopter.
Variabel    Inovator    Early Adaptor    Early Mayority    Late Mayority    Laggard
Umur    Setengah Umur    Muda    Setangah Umur tua    Muda sampai tua    Tua
Pendidikan    Tinggi    Tinggi    Sedang    Rendah    Rendah Sekali
Ekonomi   
Baik   
Baik     Sedang sampai baik   
Kurang    Kurang sekali
Status Sosial   
Tinggi   
Sedang    Sedang sampai baik   
rendah    Paling rendah
Pola Hubungan    Kosmopolit    Kosmopolit    Cendrung Lokalita    Lokalita    Sangat lokalita
Dengan melihat uraian di atas maka perbandingan karakteristik sosial ekonomi dari kategori adopter ditinjau dari aspek kecepatan manerapkan inovasi secara sederhana sebagaimana tertera pada Tabel 2.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2003. Pedoman Umum Pemilihan Metoda Penyuluhan Perikanan. Badan PSDMP. Departemen Perikanan. Jakarta.
__________, 2006. Sistem Penyuluhan Perikanan, Perikanan, dan Kehutanan. Undang-undang RI. No. 16 Tahun 2006. Presiden RI.
__________, 2007.  Metodologi Penyuluhan Perikanan Partisipatif.
Berlo, David K., 1980. The Process of Communication. An Introduction of Theory and Practice. Michigan State University. USA.
Stewart L.T dan Sylvia Moss, 2001. Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Djuarsa Serjaya, Sasa dkk 1999,  Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta.
Ibrahim Jabal, 2003, Komunikasi dan Penyuluhan Perikanan.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya Bandung.
Marpaung dan Renaldi, 2001. Teknik Komunikasi dan Presentasi yang Efektif. Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia, Jakarta.
Nasuturi Zulkarimen, 1988. Komunikasi Pembangunan, PT. Raja Grafinindo Persada. Jakarta
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Roger,E.M., F.F. Shoemaker,  1986.  Memasyarakatkan Ide-Ide Baru.  Penerjemah Hanafi,A.  Usaha nasional, Surabaya.  Terjemahan dari Commuication Of Innovations.
“Sinar Mentari” Gender Focal Point Pengembangan SDM  Perikanan. STPP. Malang.
Tim Pusbangluh, 2008. Modul Dasar-dasar Komunikasi. Pusat Pengembangan Penyuluhan BPSDMKP, Jakarta.
Tim Pusbangluh, 2009. Modul Komunikasi yang Efektif. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

1 comment:

  1. Kalo saya boleh tanya, yang konsep bahlen itu dari buku yang mana yah ???

    ReplyDelete