Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Gift
Klasifikasi ikan nila gift menurut Effendi (1978) sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan nila gift mempunyai bentuk tubuh lebih pendek dari pada ikan nila lokal. Tubuhnya lebih tebal, warna tubuhnya hitam keputihan, kepalanya relatif kecil, sisik berukuran besar, kasar, tersusun rapi, matanya besar, menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah badannya, dagingnya cukup tebal dan tidak terdapat duri-duri halus di dalamnya (Arie, 1999).
Sebagaimana umumnya ikan nila biasa, ikan nila gift memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor, terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anusnya hanya satu buah dan berbentuk agak panjang, sedangkan sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Effendi, 1978).
Habitat dan Penyebaran Ikan Nila Gift
Ikan nila gift dikenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup, karena ikan ini dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Ikan nila GIFT air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi secara bertahap, dengan cara salinitasnya dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan secara mendadak ke dalam air yang salinitasnya berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian pada ikan (Suyanto, 1994).
Tempat hidup ikan nila gift biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras. Ikan nila gift tidak menyukai hidup di perairan yang bergerak (mengalir), namun jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila gift seperti pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir, maka ikan nila gift juga bisa hidup baik, pada perairan yang mengalir tersebut (Rukmana, 2004).
Perkembangbiakan dan Kelangsungan Hidup
Ikan nila mulai dapat dibedakan alat kelaminnya pada berat 50 gram. Pada umur 4-5 bulan (100-150 gram) sudah mulai memijah. Ikan nila dapat memijah sepanjang tahun. Bila induk dipelihara dengan baik dan diberi pakan yang berkualitas maka ikan nila dapat memijah setiap 1-5 bulan. Secara alami ikan nila memijah setelah turun hujan. Ikan jantan akan membuat sarang berbentuk cekungan di dasar kolam dengan diameter 30-50 cm. Pembuahan terjadi secara eksternal di dasar cekungan. Induk betina mengerami telur di dalam mulutnya selama 6-7 hari (sampai kantung kuning telur pada larva habis). Induk betina yang sedang mengerami akan kurus karena kurangnya kesempatan untuk makan (Andrianto, 2005).
Apabila dibandingkan dengan ikan nila lokal, maka nila gift mempunyai karakteristik lebih unggul terutama tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan fekunditas lebih tinggi. Ikan nila gift mampu mencapai berat tubuh sekitar 600 g dalam waktu 5-6 bulan. (Effendi, 1997).
Menurut Khairuman dan Amri (2003), laju pertumbuhan tubuh ikan nila gift yang dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya. Laju pertumbuhan ikan nila gift lebih cepat jika dipelihara di kolam yang airnya dangkal dibandingkan di kolam yang airnya dalam. Penyebabnya adalah karena di perairan yang dangkal, pertumbuhan tanaman air sangat cepat sehingga ikan nila gift menjadikannya sebagai makanan. Lebih lanjut dinyatakan, jumlah telur ikan nila gift lebih banyak 20-30%, pada stadium benih sampai ukuran 17,5 g tumbuh lebih cepat 300-400%, sedangkan dalam pembesaran tumbuh lebih cepat 100-200%.
Menurut Arie (1999), pertumbuhan jantan nila gift 20% lebih cepat dibanding betinanya. Terjadinya perbedaan pertumbuhan ini disebabkan oleh sifat genetik dan sistem reproduksi. Ukuran gonad betina lebih besar dibanding jantan, sehingga proses pembentukannya memerlukan zat makanan yang lebih banyak, begitu juga dengan proses pembentukan telurnya.
Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi adalah kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan, populasi, serta kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang mempengaruhi adalah sifat fisika dan kimia dari suatu lingkungan perairan (Effendi, 1997).
Pakan dan Kebiasaan Makan
Ikan dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi seimbang, dengan kata lain ikan membutuhkan makanan yang lengkap dalam jumlah yang cukup (Effendi, 1997). Lebih lanjut dinyatakan bahwa jumlah ransum dan komposisi gizi yang dibutuhkan oleh seekor ikan berbeda-beda dan selalu berubah. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan dan ketersediaan makanan alami di dalam tempat pemeliharaannya.
Ikan nila gift termasuk ke dalam golongan ikan pemakan segala atau (omnivora), sehingga ikan ini dapat mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan (Khairuman dan Amri, 2003). Lebih lanjut dinyatakan bahwa ikan nila gift yang masih berukuran benih menyukai makanan alami berupa zooplankton misalnya Rotifera sp., Moina sp., dan Daphnia sp. juga fitoplankton. Selain itu, ikan nila gift juga suka memangsa alga atau lumut yang menempel pada substrat di habitat hidupnya, siput, jentik-jentik serangga, kelekap, hydrilla, sisa-sisa dapur dan buah-buahan, serta daun-daun lunak yang jatuh ke dalam air. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila gift bisa diberi makanan tambahan berupa pellet.
Menurut Arie (1999), pellet yang diberikan sebagai pakan tambahan untuk ikan nila gift harus mengandung protein yang tinggi, minimal 25%. Pellet yang diberikan dapat berupa tepung maupun butiran. Namun, bisa juga diberikan dedak halus jika pellet tidak tersedia, meskipun kandungan proteinnya tidak sekomplit pellet, ikan nila gift sangat menyukai dedak halus tersebut. Banyaknya pakan tambahan yang diberikan 2-3% dari berat biomassa ikan.
Ikan nila gift lebih suka berkawanan di tengah atau di dasar kolam jika dalam kondisi kenyang. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada, bahwa kebiasaan makan ikan nila gift berhubungan dengan suhu perairan dan intensitas cahaya matahari. Pada siang hari dimana intensitas cahaya matahari cukup tinggi dan suhu air meningkat, ikan nila gift lebih agresif terhadap makanan. Sebaliknya, dalam keadaan mendung atau hujan bahkan pada malam hari, ikan nila gift menjadi kurang agresif terhadap makanan (Andrianto, 2005).
Perubahan kadar salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan, sehingga ikan melakukan penyesuaian atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali (Stickney, 1979). Selanjutnya dinyatakan, apabila salinitas semakin tinggi, ikan akan berupaya terus agar kondisi homeostatis dalam tubuhnya tercapai hingga batas toleransi yang dimilikinya. Kerja osmotik memerlukan energi yang tinggi pula.
Menurut Suhidhir (2009), ikan nila pada umumnya hidup di air tawar. Kondisi sel ikan air tawar memiliki kepekatan lebih tinggi dibanding media hidupnya. Air masuk ke dalam tubuh ikan nila dari berbagai permukaan tubuh. Untuk mengatasinya ikan nila harus banyak mengeluarkan urine dengan intensitas kehilangan garam. Sel klorid dalam insang yang membantu transport garam ini kembali. Pada air payau dan laut, kondisi menjadi terbalik yakni cairan internal sel bersifat kurang pekat dibanding dengan media hidupnya.
Hal ini memungkinkan terjadinya dehidrasi sel, sehingga ikan nila harus banyak minum dan sedikit mengeluarkan urine. Akibatnya garam dalam tubuh menjadi meningkat. Namun perkembangan sel klorid yang cepat dapat mencukupi mampu mengatasi hal ini dengan cara transport aktif garam.
Stickney (1979) dalam Asmawi (1983), menyatakan bahwa ikan yang dipelihara pada kondisi salinitas yang sama dengan konsentrasi ion dalam darah akan lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan sedangkan semakin tinggi perbedaan antara kondisi salinitas dengan konsentrasi ion dalam darah maka ikan cenderung akan terganggu pertumbuhannya bahkan mengalami kematian. Khairuman dan Amri (2003), menyatakan bahwa ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) lebih tahan terhadap lingkungan yang kurang baik dan memiliki toleransi salinitas pada kisaran 0-15‰, sehingga bisa dipelihara di air payau.
F. Pertumbuhan Ikan Nila pada Media Bersalinitas
Suhidhir (2009), menyatakan beberapa penelitian menyatakan bahwa ikan nila dapat hidup di perairan tawar hingga laut, dengan rentang salinitas 0 – 35‰, dimana untuk hidup disalinitas yang lebih tinggi dari perairan tawar, ikan nila harus mengalami proses aklimatisasi terlebih dahulu. Selanjutnya dinyatakan bahwa hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan ikan nila adalah berbeda-beda. Ada yang menyatakan bahwa seiring dengan pertambahan salinitas, terjadi penurunan tingkat pertumbuhan, namun beberapa peneliti ada yang berpendapat bahwa kemampuan pertumbuhan ikan nila di air payau dan air laut lebih cepat dari pada di air tawar. Sementara peneliti lain mengatakan hal ini tergantung strain pakan dan lingkungan.
Hepher & Priguinin (1981) dalam Setiawati & Suprayudi (2003), menyatakan bahwa sepsis ikan nila mampu beradaptasi pada media bersalinitas tinggi, karena kemampuan osmoregulasinya cukup baik. Demikian pula menurut Lim (1989) dalam Setiawati & Suprayudi (2003), bahwa walaupun habitat aslinya ikan nila ini adalah air tawar, namun ikan ini bersifat euryhalin.
Klasifikasi ikan nila gift menurut Effendi (1978) sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan nila gift mempunyai bentuk tubuh lebih pendek dari pada ikan nila lokal. Tubuhnya lebih tebal, warna tubuhnya hitam keputihan, kepalanya relatif kecil, sisik berukuran besar, kasar, tersusun rapi, matanya besar, menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah badannya, dagingnya cukup tebal dan tidak terdapat duri-duri halus di dalamnya (Arie, 1999).
Sebagaimana umumnya ikan nila biasa, ikan nila gift memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor, terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anusnya hanya satu buah dan berbentuk agak panjang, sedangkan sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Effendi, 1978).
Habitat dan Penyebaran Ikan Nila Gift
Ikan nila gift dikenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup, karena ikan ini dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Ikan nila GIFT air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi secara bertahap, dengan cara salinitasnya dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan secara mendadak ke dalam air yang salinitasnya berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian pada ikan (Suyanto, 1994).
Tempat hidup ikan nila gift biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras. Ikan nila gift tidak menyukai hidup di perairan yang bergerak (mengalir), namun jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila gift seperti pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir, maka ikan nila gift juga bisa hidup baik, pada perairan yang mengalir tersebut (Rukmana, 2004).
Perkembangbiakan dan Kelangsungan Hidup
Ikan nila mulai dapat dibedakan alat kelaminnya pada berat 50 gram. Pada umur 4-5 bulan (100-150 gram) sudah mulai memijah. Ikan nila dapat memijah sepanjang tahun. Bila induk dipelihara dengan baik dan diberi pakan yang berkualitas maka ikan nila dapat memijah setiap 1-5 bulan. Secara alami ikan nila memijah setelah turun hujan. Ikan jantan akan membuat sarang berbentuk cekungan di dasar kolam dengan diameter 30-50 cm. Pembuahan terjadi secara eksternal di dasar cekungan. Induk betina mengerami telur di dalam mulutnya selama 6-7 hari (sampai kantung kuning telur pada larva habis). Induk betina yang sedang mengerami akan kurus karena kurangnya kesempatan untuk makan (Andrianto, 2005).
Apabila dibandingkan dengan ikan nila lokal, maka nila gift mempunyai karakteristik lebih unggul terutama tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan fekunditas lebih tinggi. Ikan nila gift mampu mencapai berat tubuh sekitar 600 g dalam waktu 5-6 bulan. (Effendi, 1997).
Menurut Khairuman dan Amri (2003), laju pertumbuhan tubuh ikan nila gift yang dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya. Laju pertumbuhan ikan nila gift lebih cepat jika dipelihara di kolam yang airnya dangkal dibandingkan di kolam yang airnya dalam. Penyebabnya adalah karena di perairan yang dangkal, pertumbuhan tanaman air sangat cepat sehingga ikan nila gift menjadikannya sebagai makanan. Lebih lanjut dinyatakan, jumlah telur ikan nila gift lebih banyak 20-30%, pada stadium benih sampai ukuran 17,5 g tumbuh lebih cepat 300-400%, sedangkan dalam pembesaran tumbuh lebih cepat 100-200%.
Menurut Arie (1999), pertumbuhan jantan nila gift 20% lebih cepat dibanding betinanya. Terjadinya perbedaan pertumbuhan ini disebabkan oleh sifat genetik dan sistem reproduksi. Ukuran gonad betina lebih besar dibanding jantan, sehingga proses pembentukannya memerlukan zat makanan yang lebih banyak, begitu juga dengan proses pembentukan telurnya.
Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi adalah kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan, populasi, serta kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang mempengaruhi adalah sifat fisika dan kimia dari suatu lingkungan perairan (Effendi, 1997).
Pakan dan Kebiasaan Makan
Ikan dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi seimbang, dengan kata lain ikan membutuhkan makanan yang lengkap dalam jumlah yang cukup (Effendi, 1997). Lebih lanjut dinyatakan bahwa jumlah ransum dan komposisi gizi yang dibutuhkan oleh seekor ikan berbeda-beda dan selalu berubah. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan dan ketersediaan makanan alami di dalam tempat pemeliharaannya.
Ikan nila gift termasuk ke dalam golongan ikan pemakan segala atau (omnivora), sehingga ikan ini dapat mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan (Khairuman dan Amri, 2003). Lebih lanjut dinyatakan bahwa ikan nila gift yang masih berukuran benih menyukai makanan alami berupa zooplankton misalnya Rotifera sp., Moina sp., dan Daphnia sp. juga fitoplankton. Selain itu, ikan nila gift juga suka memangsa alga atau lumut yang menempel pada substrat di habitat hidupnya, siput, jentik-jentik serangga, kelekap, hydrilla, sisa-sisa dapur dan buah-buahan, serta daun-daun lunak yang jatuh ke dalam air. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila gift bisa diberi makanan tambahan berupa pellet.
Menurut Arie (1999), pellet yang diberikan sebagai pakan tambahan untuk ikan nila gift harus mengandung protein yang tinggi, minimal 25%. Pellet yang diberikan dapat berupa tepung maupun butiran. Namun, bisa juga diberikan dedak halus jika pellet tidak tersedia, meskipun kandungan proteinnya tidak sekomplit pellet, ikan nila gift sangat menyukai dedak halus tersebut. Banyaknya pakan tambahan yang diberikan 2-3% dari berat biomassa ikan.
Ikan nila gift lebih suka berkawanan di tengah atau di dasar kolam jika dalam kondisi kenyang. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada, bahwa kebiasaan makan ikan nila gift berhubungan dengan suhu perairan dan intensitas cahaya matahari. Pada siang hari dimana intensitas cahaya matahari cukup tinggi dan suhu air meningkat, ikan nila gift lebih agresif terhadap makanan. Sebaliknya, dalam keadaan mendung atau hujan bahkan pada malam hari, ikan nila gift menjadi kurang agresif terhadap makanan (Andrianto, 2005).
Perubahan kadar salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan, sehingga ikan melakukan penyesuaian atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali (Stickney, 1979). Selanjutnya dinyatakan, apabila salinitas semakin tinggi, ikan akan berupaya terus agar kondisi homeostatis dalam tubuhnya tercapai hingga batas toleransi yang dimilikinya. Kerja osmotik memerlukan energi yang tinggi pula.
Menurut Suhidhir (2009), ikan nila pada umumnya hidup di air tawar. Kondisi sel ikan air tawar memiliki kepekatan lebih tinggi dibanding media hidupnya. Air masuk ke dalam tubuh ikan nila dari berbagai permukaan tubuh. Untuk mengatasinya ikan nila harus banyak mengeluarkan urine dengan intensitas kehilangan garam. Sel klorid dalam insang yang membantu transport garam ini kembali. Pada air payau dan laut, kondisi menjadi terbalik yakni cairan internal sel bersifat kurang pekat dibanding dengan media hidupnya.
Hal ini memungkinkan terjadinya dehidrasi sel, sehingga ikan nila harus banyak minum dan sedikit mengeluarkan urine. Akibatnya garam dalam tubuh menjadi meningkat. Namun perkembangan sel klorid yang cepat dapat mencukupi mampu mengatasi hal ini dengan cara transport aktif garam.
Stickney (1979) dalam Asmawi (1983), menyatakan bahwa ikan yang dipelihara pada kondisi salinitas yang sama dengan konsentrasi ion dalam darah akan lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan sedangkan semakin tinggi perbedaan antara kondisi salinitas dengan konsentrasi ion dalam darah maka ikan cenderung akan terganggu pertumbuhannya bahkan mengalami kematian. Khairuman dan Amri (2003), menyatakan bahwa ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) lebih tahan terhadap lingkungan yang kurang baik dan memiliki toleransi salinitas pada kisaran 0-15‰, sehingga bisa dipelihara di air payau.
F. Pertumbuhan Ikan Nila pada Media Bersalinitas
Suhidhir (2009), menyatakan beberapa penelitian menyatakan bahwa ikan nila dapat hidup di perairan tawar hingga laut, dengan rentang salinitas 0 – 35‰, dimana untuk hidup disalinitas yang lebih tinggi dari perairan tawar, ikan nila harus mengalami proses aklimatisasi terlebih dahulu. Selanjutnya dinyatakan bahwa hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan ikan nila adalah berbeda-beda. Ada yang menyatakan bahwa seiring dengan pertambahan salinitas, terjadi penurunan tingkat pertumbuhan, namun beberapa peneliti ada yang berpendapat bahwa kemampuan pertumbuhan ikan nila di air payau dan air laut lebih cepat dari pada di air tawar. Sementara peneliti lain mengatakan hal ini tergantung strain pakan dan lingkungan.
Hepher & Priguinin (1981) dalam Setiawati & Suprayudi (2003), menyatakan bahwa sepsis ikan nila mampu beradaptasi pada media bersalinitas tinggi, karena kemampuan osmoregulasinya cukup baik. Demikian pula menurut Lim (1989) dalam Setiawati & Suprayudi (2003), bahwa walaupun habitat aslinya ikan nila ini adalah air tawar, namun ikan ini bersifat euryhalin.
0 comments:
Post a Comment