Ikan Madidihang atau tuna sirip kuning (Thunnus albacares) adalah sejenis ikan pelagis besar yang mengembara di lautan tropika dan ugahari di seluruh dunia. Ikan ini merupakan salah satu jenis tuna yang terbesar, meski masih kalah besar jika dibandingkan dengan tuna sirip biru dan tuna mata besar. Madidihang juga merupakan ikan tangkapan samudra yang penting karena bernilai ekonomi tinggi. Dalam perdagangan dunia, ikan ini dikenal sebagai yellowfin tuna (Ingg.) dan juga albacore (Pr. dan Sp.).
Pengenalan
Madidihang dewasa memiliki tubuh yang berukuran besar, dengan panjang dari ujung moncong hingga ujung percabangan sirip ekor (FL, fork length) mencapai 195 cm; namun umumnya hingga 150 cm. Bentuknya gilig panjang serupa torpedo (fusiform), agak memipih dari sisi ke sisi.
Sirip punggung (dorsal) terdiri dari dua berkas, terpisah oleh celah yang kecil saja; berkas yang kedua segera diikuti oleh 8–10 sirip-sirip tambahan berukuran kecil (finlet). Sirip anal diikuti oleh 7–10 finlet. Pada spesimen berukuran besar, sirip punggung kedua dan sirip anal ini kadang-kadang memanjang hingga 20% FL. Sirip dada (pectoral) lumayan panjang (22–31% FL), biasanya mencapai pangkal bagian depan sirip dorsal kedua, namun tidak melewati pangkal bagian belakangnya. Ada dua lipatan kulit (tonjolan interpelvis) di antara sirip-sirip perut. Batang ekor amat ramping, dengan sebuah lunas samping yang kuat di tiap-tiap sisi, yang masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil. Sirip ekor bercabang kuat (forked, bercagak).
Punggungnya berwarna biru gelap metalik, berangsur-angsur berubah menjadi kekuningan atau keperakan di bagian perut. Sirip-sirip punggung kedua dan anal, serta finlet-finlet yang mengikutinya, berwarna kuning cerah, yang menjadi asal namanya. Bagian perut kadang-kadang dihiasi oleh sekitar 20 garis putus-putus yang hampir vertikal arahnya.
Madidihang dapat mencapai berat melebihi 300 pon (136 kg), walau demikian ini masih jauh di bawah tuna sirip biru Pasifik (Thunnus orientalis) yang bisa memiliki berat lebih dari 1000 pon (454 kg), dan juga sedikit di bawah tuna mata besar (Thunnus obesus) dan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii). Ukuran madidihang yang tercatat dalam literatur adalah hingga sepanjang 239 cm dan seberat 200 kg.
Habitat
Segerombolan madidihang di laut dalam
Madidihang merupakan ikan epipelagis yang menghuni lapisan atas perairan samudra di atas lapisan termoklin. Penelitian memperlihatkan bahwa meski madidihang kebanyakan mengarungi lapisan kolom air 100 m teratas, dan relatif jarang menembus lapisan termoklin, namun ikan ini mampu menyelam jauh ke kedalaman laut. Seekor madidihang yang diteliti di Samudra Hindia menghabiskan 85% waktunya di kedalaman kurang dari 75 m, namun tercatat tiga kali menyelam hingga kedalaman 578 m, 982 m dan yang paling ekstrem hingga 1.160 m.
Tuna sirip kuning ini mempunyai kebiasaan berenang cepat dan bergerombol bersama ikan yang seukuran, kadang-kadang juga bercampur dengan tuna jenis lainnya. Musim berbiaknya berlangsung selama musim panas. Ikan-ikan ini memangsa aneka jenis ikan, krustasea, dan juga cephalopoda. Di laut Halmahera dan Sulawesi, madidihang terutama memangsa ikan (malalugis dan teri), udang dan kepiting; dengan ikan malalugis (ikan layang) menempati porsi terbesar.
Penyebaran dan produksi
Madidihang dimuat ke truk berpendingin di Palabuhanratu, Sukabumi
Madidihang ditemukan di seluruh perairan tropis dan ugahari dunia di antara garis lintang 40° LU dan 40° LS. Ikan ini merupakan komoditas nelayan yang penting; buku FAO Yearbook of Fishery Statistics melaporkan antara 1990 hingga 1995 tangkapan madidihang di perairan Pasifik barat-tengah berkisar antara 323.537 sampai 346.942 ton per tahun.
Pengenalan
Madidihang dewasa memiliki tubuh yang berukuran besar, dengan panjang dari ujung moncong hingga ujung percabangan sirip ekor (FL, fork length) mencapai 195 cm; namun umumnya hingga 150 cm. Bentuknya gilig panjang serupa torpedo (fusiform), agak memipih dari sisi ke sisi.
Sirip punggung (dorsal) terdiri dari dua berkas, terpisah oleh celah yang kecil saja; berkas yang kedua segera diikuti oleh 8–10 sirip-sirip tambahan berukuran kecil (finlet). Sirip anal diikuti oleh 7–10 finlet. Pada spesimen berukuran besar, sirip punggung kedua dan sirip anal ini kadang-kadang memanjang hingga 20% FL. Sirip dada (pectoral) lumayan panjang (22–31% FL), biasanya mencapai pangkal bagian depan sirip dorsal kedua, namun tidak melewati pangkal bagian belakangnya. Ada dua lipatan kulit (tonjolan interpelvis) di antara sirip-sirip perut. Batang ekor amat ramping, dengan sebuah lunas samping yang kuat di tiap-tiap sisi, yang masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil. Sirip ekor bercabang kuat (forked, bercagak).
Punggungnya berwarna biru gelap metalik, berangsur-angsur berubah menjadi kekuningan atau keperakan di bagian perut. Sirip-sirip punggung kedua dan anal, serta finlet-finlet yang mengikutinya, berwarna kuning cerah, yang menjadi asal namanya. Bagian perut kadang-kadang dihiasi oleh sekitar 20 garis putus-putus yang hampir vertikal arahnya.
Madidihang dapat mencapai berat melebihi 300 pon (136 kg), walau demikian ini masih jauh di bawah tuna sirip biru Pasifik (Thunnus orientalis) yang bisa memiliki berat lebih dari 1000 pon (454 kg), dan juga sedikit di bawah tuna mata besar (Thunnus obesus) dan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii). Ukuran madidihang yang tercatat dalam literatur adalah hingga sepanjang 239 cm dan seberat 200 kg.
Habitat
Segerombolan madidihang di laut dalam
Madidihang merupakan ikan epipelagis yang menghuni lapisan atas perairan samudra di atas lapisan termoklin. Penelitian memperlihatkan bahwa meski madidihang kebanyakan mengarungi lapisan kolom air 100 m teratas, dan relatif jarang menembus lapisan termoklin, namun ikan ini mampu menyelam jauh ke kedalaman laut. Seekor madidihang yang diteliti di Samudra Hindia menghabiskan 85% waktunya di kedalaman kurang dari 75 m, namun tercatat tiga kali menyelam hingga kedalaman 578 m, 982 m dan yang paling ekstrem hingga 1.160 m.
Tuna sirip kuning ini mempunyai kebiasaan berenang cepat dan bergerombol bersama ikan yang seukuran, kadang-kadang juga bercampur dengan tuna jenis lainnya. Musim berbiaknya berlangsung selama musim panas. Ikan-ikan ini memangsa aneka jenis ikan, krustasea, dan juga cephalopoda. Di laut Halmahera dan Sulawesi, madidihang terutama memangsa ikan (malalugis dan teri), udang dan kepiting; dengan ikan malalugis (ikan layang) menempati porsi terbesar.
Penyebaran dan produksi
Madidihang dimuat ke truk berpendingin di Palabuhanratu, Sukabumi
Madidihang ditemukan di seluruh perairan tropis dan ugahari dunia di antara garis lintang 40° LU dan 40° LS. Ikan ini merupakan komoditas nelayan yang penting; buku FAO Yearbook of Fishery Statistics melaporkan antara 1990 hingga 1995 tangkapan madidihang di perairan Pasifik barat-tengah berkisar antara 323.537 sampai 346.942 ton per tahun.
Indonesia adalah tempat bertemunya stok madidihang dari Samudra Hindia dan Samudra Pasifik; kemungkinan tempat pertemuan kedua kelompok itu adalah di sekitar Laut Flores dan Laut Banda. Potensi tuna sirip kuning yang terbesar di Indonesia memang diperkirakan berada di Laut Flores dan Selat Makassar, dengan luas area penangkapan sekitar 605 ribu km². Alat tangkap yang banyak digunakan adalah pancing huhate (pole and line), pancing ulur (hand line), pancing rawai (long line) dan pukat cincin (purse seine).
Para pemancing berpose dengan ikan tangkapannya; beberapa di antaranya memperoleh madidihang.
Madidihang dipasarkan dalam bentuk ikan segar, tuna beku, atau dikalengkan[1]. Ikan ini digemari dalam berbagai macam masakan, termasuk untuk dipanggang dan dijadikan sashimi. Madidihang juga merupakan tantangan yang menarik bagi penggemar olahraga memancing.
Ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) adalah spesies tuna yang ditemukan di perairan pelagik samudera tropis dan subtropis di seluruh dunia. Ikan tuna sirip kuning atau akrab di sebut yellowfin tuna sering dipasarkan di Hawaii, nama juga digunakan di sana untuk bigeye tuna terkait erat. Nama spesies, albacares ("daging putih") dapat juga menyebabkan kebingungan:. Dalam bahasa Inggris tuna albacore ( Thunnus alalunga) adalah spesies yang berbeda, sedangkan kuning secara resmi ditetapkan albacore dalam bahasa Prancis dan disebut sebagai Albacora oleh nelayan Portugis.
Karakteristik
Yellowfin tuna adalah salah satu spesies tuna yang lebih besar, mencapai bobot lebih dari 180 kg, tetapi secara umum lebih kecil dari tuna sirip biru Atlantik dan Pasifik, yang bisa mencapai lebih dari 450 kg, dan sedikit lebih kecil dari bigeye tuna dan tuna sirip biru selatan.
Sirip punggung dan perut yang panjang menjadi ciri khas yellowfin tuna, berwarna kuning cerah, memberi ikan ini nama umum nya. kedua sirip bisa sangat panjang dalam spesimen dewasa, mencapai hampir melebihi panjang ekor dan terlihat seperti sabit atau pedang. Sirip dada juga lebih panjang daripada tuna sirip biru, tapi tidak sepanjang dari albacore tersebut. Bagian utama adalah biru metalik sangat gelap, berubah menjadi perak di perut, yang memiliki sekitar 20 garis vertikal.
Biologi
Ukuran di ketahui dalam literatur berkisar panjang 2,4 m dan 200 kg beratnya. The International Game Fish Association (IGFA) rekor untuk spesies ini berdiri di 176 kg, untuk ikan yang ditangkap pada tahun 1977 di dekat San Benedicto Pulau di perairan Pasifik Meksiko. Pada tahun 2010, sebuah yellowfin 184-kg tertangkap di lepas ujung Meksiko Baja Peninsula, 2,2 meter panjang dengan ketebalan 1,5 m. Hasil tangkapan masih menunggu verifikasi oleh IGFA. Pada tahun 2012, seorang nelayan di Baja California menangkap 193-kg sirip kuning. Jika tangkapan dikonfirmasi oleh IGFA, nelayan akan menerima hadiah sebesar $ 1 juta.
Yellowfin tuna adalah ikan epipelagic yang menghuni lapisan permukaan campuran dari laut di atas termoklin. Pelacakan Sonic telah menemukan bahwa yellowfin tuna, bigeye tuna tidak seperti yellowfin tuna, sebagian besar berkisar di atas 100 m dan menembus termoklin relatif jarang, mereka mampu menyelam sampai kedalaman yang cukup. menghabiskan 85% dari waktu di kedalaman dangkal dari 75 m namun tercatat sudah membuat tiga menyelam untuk 578 m, 982 m dan 1.160 m.
Sejarah baru perikanan laut Indonesia berhasil ditorehkan, yaitu saat ikan tuna sirip kuning alias yellow-fin tuna (Thunnus albacares) bisa dipijahkan di luar habitat alami untuk pertama kalinya di dunia oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP, Achmad Poernomo, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin, mengatakan, "Ini prestasi membanggakan sekaligus angkah nyata Indonesia dalam mendukung kebijakan pembangunan perikanan berkelanjutan."
Adalah Unit Pelaksana Teknis Balitbang Kelautan Perikanan yakni Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut di Gondol, Bali, yang berhasil melakukan ini.
Habitat buatan untuk pemijahan tuna sirip kuning itu adalah keramba jaring apung, tempat sekitar 500.000 telur ikan konsumsi itu dipijahkan.Tercatat, pemeliharaan induk di keramba ini di laut menunjukkan sintasan (survival rate) di atas 80 persen.
Sebagai catatan pemijahan ikan tuna di KJA pertama kali pada 21 Januari 2015. Lebih rinci, tim peneliti menggunakan satu unit keramba itu berdiameter pelampung 50 meter dengan ukuran mata jaring 2.5 inci dan kedalaman jaring sembilan meter.
Dalam kegiatan pembudidayaan tuna sirip kuning, calon induk di peroleh dari perairan laut Bali Utara sebanyak 114 tuna dengan ukuran 0,5-1 kilogram.
Tuna dianggap sebagai indukan bila telah berukuran 20-30 kg dengan waktu pemeliharaan selama satu tahun, dan di keramba itu mereka diberi pakan dua kali sehari.
Calon indukan diberi pakan berprotein tinggi, yaitu ikan layang dan cumi-cumi dengan rasio 1:1, dan ditambahkan vitamin sebanyak 2.5 persen dari jumlah pakan ikan.
Indonesia salah satu negara dengan potensi tuna tertinggi di dunia. Tercatat total produksi tuna mencapai 613.575 ton per tahun dengan nilai penjualan sebesar Rp6,3 triliun pertahun, dengan tujuan ekspor Thailand, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Para pemancing berpose dengan ikan tangkapannya; beberapa di antaranya memperoleh madidihang.
Madidihang dipasarkan dalam bentuk ikan segar, tuna beku, atau dikalengkan[1]. Ikan ini digemari dalam berbagai macam masakan, termasuk untuk dipanggang dan dijadikan sashimi. Madidihang juga merupakan tantangan yang menarik bagi penggemar olahraga memancing.
Ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) adalah spesies tuna yang ditemukan di perairan pelagik samudera tropis dan subtropis di seluruh dunia. Ikan tuna sirip kuning atau akrab di sebut yellowfin tuna sering dipasarkan di Hawaii, nama juga digunakan di sana untuk bigeye tuna terkait erat. Nama spesies, albacares ("daging putih") dapat juga menyebabkan kebingungan:. Dalam bahasa Inggris tuna albacore ( Thunnus alalunga) adalah spesies yang berbeda, sedangkan kuning secara resmi ditetapkan albacore dalam bahasa Prancis dan disebut sebagai Albacora oleh nelayan Portugis.
Karakteristik
Yellowfin tuna adalah salah satu spesies tuna yang lebih besar, mencapai bobot lebih dari 180 kg, tetapi secara umum lebih kecil dari tuna sirip biru Atlantik dan Pasifik, yang bisa mencapai lebih dari 450 kg, dan sedikit lebih kecil dari bigeye tuna dan tuna sirip biru selatan.
Sirip punggung dan perut yang panjang menjadi ciri khas yellowfin tuna, berwarna kuning cerah, memberi ikan ini nama umum nya. kedua sirip bisa sangat panjang dalam spesimen dewasa, mencapai hampir melebihi panjang ekor dan terlihat seperti sabit atau pedang. Sirip dada juga lebih panjang daripada tuna sirip biru, tapi tidak sepanjang dari albacore tersebut. Bagian utama adalah biru metalik sangat gelap, berubah menjadi perak di perut, yang memiliki sekitar 20 garis vertikal.
Biologi
Ukuran di ketahui dalam literatur berkisar panjang 2,4 m dan 200 kg beratnya. The International Game Fish Association (IGFA) rekor untuk spesies ini berdiri di 176 kg, untuk ikan yang ditangkap pada tahun 1977 di dekat San Benedicto Pulau di perairan Pasifik Meksiko. Pada tahun 2010, sebuah yellowfin 184-kg tertangkap di lepas ujung Meksiko Baja Peninsula, 2,2 meter panjang dengan ketebalan 1,5 m. Hasil tangkapan masih menunggu verifikasi oleh IGFA. Pada tahun 2012, seorang nelayan di Baja California menangkap 193-kg sirip kuning. Jika tangkapan dikonfirmasi oleh IGFA, nelayan akan menerima hadiah sebesar $ 1 juta.
Yellowfin tuna adalah ikan epipelagic yang menghuni lapisan permukaan campuran dari laut di atas termoklin. Pelacakan Sonic telah menemukan bahwa yellowfin tuna, bigeye tuna tidak seperti yellowfin tuna, sebagian besar berkisar di atas 100 m dan menembus termoklin relatif jarang, mereka mampu menyelam sampai kedalaman yang cukup. menghabiskan 85% dari waktu di kedalaman dangkal dari 75 m namun tercatat sudah membuat tiga menyelam untuk 578 m, 982 m dan 1.160 m.
Sejarah baru perikanan laut Indonesia berhasil ditorehkan, yaitu saat ikan tuna sirip kuning alias yellow-fin tuna (Thunnus albacares) bisa dipijahkan di luar habitat alami untuk pertama kalinya di dunia oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP, Achmad Poernomo, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin, mengatakan, "Ini prestasi membanggakan sekaligus angkah nyata Indonesia dalam mendukung kebijakan pembangunan perikanan berkelanjutan."
Adalah Unit Pelaksana Teknis Balitbang Kelautan Perikanan yakni Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut di Gondol, Bali, yang berhasil melakukan ini.
Habitat buatan untuk pemijahan tuna sirip kuning itu adalah keramba jaring apung, tempat sekitar 500.000 telur ikan konsumsi itu dipijahkan.Tercatat, pemeliharaan induk di keramba ini di laut menunjukkan sintasan (survival rate) di atas 80 persen.
Sebagai catatan pemijahan ikan tuna di KJA pertama kali pada 21 Januari 2015. Lebih rinci, tim peneliti menggunakan satu unit keramba itu berdiameter pelampung 50 meter dengan ukuran mata jaring 2.5 inci dan kedalaman jaring sembilan meter.
Dalam kegiatan pembudidayaan tuna sirip kuning, calon induk di peroleh dari perairan laut Bali Utara sebanyak 114 tuna dengan ukuran 0,5-1 kilogram.
Tuna dianggap sebagai indukan bila telah berukuran 20-30 kg dengan waktu pemeliharaan selama satu tahun, dan di keramba itu mereka diberi pakan dua kali sehari.
Calon indukan diberi pakan berprotein tinggi, yaitu ikan layang dan cumi-cumi dengan rasio 1:1, dan ditambahkan vitamin sebanyak 2.5 persen dari jumlah pakan ikan.
Indonesia salah satu negara dengan potensi tuna tertinggi di dunia. Tercatat total produksi tuna mencapai 613.575 ton per tahun dengan nilai penjualan sebesar Rp6,3 triliun pertahun, dengan tujuan ekspor Thailand, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
0 comments:
Post a Comment