Hiu yang tak berbahaya ini adalah ikan ini adalah salah satu jenis cucut
yang biasa tertangkap nelayan di India, Pakistan, Malaysia dan Thailand;
kemungkinan juga di bagian lain dari wilayah sebarannya. Ikan ini ditangkap
dengan menggunakan berbagai macam jaring dan pancing. Cucut ini umum didapat di
lepas pantai Kalimantan dan juga merupakan bagian kecil dari tangkapan nelayan
Australia.
Dagingnya biasa dikonsumsi orang, hatinya merupakan sumber minyak vitamin
tinggi-potensi. Sejauh ini belum ada data ilmiah yang memadai mengenai status
populasinya di alam, meskipun beberapa laporan dan survei pasar memberikan
indikasi adanya penurunan populasi di kebanyakan tempat, kecuali Australia.Keberlanjutan
usaha penangkapan ikan sangat ditentukan oleh ketersediaan stock (tersedianya)
komoditas yang bersangkutan. Ketersediaan dan keberadaan stock suatu komoditas
disuatu perairan ,dipengaruhi oleh perilaku dan pola pikir manusia dalam
menerapkan system pengelolaan yang kelak dipilih. Pilihan terhadap system
pengelolaan sumberdaya perikanan yang dapat menjamin usaha penangkapan yang
berkelanjutan di masa datang , perlu mencermati komponen mana yang sudah
mendesak dieliminasi , ditinjau kembali atau bahkan dihapus dari penerapan yang
kurang berdayaguna tinggi selama ini. Kegiatan penangkapan sumber daya
perikanan dimasa lalu cenderung bersifat eksploitatif. Sejalan dengan dianutnya
system pengelolaan dengan menggunakan pendekatan produksi (production
approach). System pengelolaan itu telah berdampak pada penurunan populasi
beberapa jenis komoditas perikanan yang tergolong andalan komoditas ekspor
seperti : tuna dan udang dan juga cucut (elasmobrachi).
Cucut (Elasmobranchii) di Indonesia merupakan salah satu sumberdaya
perikanan ekonomis penting, baik sebagai komoditas ekspor maupun untuk
pemenuhan kebutuhan domestik. Cucut adalah hewan jenis ikan yang mempunyai
banyak manfaat, disamping merupakan bahan makanan juga dapat digunakan sebagai
bahan baku industri kosmetik, obat-obatan dan asesoris seperti tas dan sepatu.
Hampir seluruh bagian tubuh cucut dapat dimanfaatkan, mulai dari sirip dan
minyak hati sampai daging, tulang, kulit dan mata.
Dewasa ini, perkembangan perdagangan cucut dunia telah memacu
meningkatnya pemanfaatan sumberdaya cucut di beberapa negara produsen termasuk
Indonesia. Hal ini telah diantisipasi adanya penurunan populasi apabila terjadi
penangkapan berlebih, oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik agar
dapat menjaga kelestarian dan kesinambungan sumberdayanya.
Semakin intensifnya penangkapan ikan cucut menyebabkan ikan cucut rentan
terhadap jumlah populasinya di perairan Indonesia sehingga haruslah menjadi
pemikiran bagi semua pihak (Departemen Kelautan dan Perikanan serta pengusaha)
untuk menyusun suatu pengelolaan yang tepat melalui Nasional Plan of Action
(NPOA) untuk kelestarian spesies cucut sehingga tidak mengalami kemusnahan
karena tekanan penangkapan. Hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan
terhadap International Plan of Action (IPOA) untuk konservasi beberapa jenis
ikan cucut yang telah disusun oleh FAO.
Data ini memperlihatkan pertumbuhan perikanan Indonesia masih berkembang
cukup baik terutama sector budidaya, namun di sektor penangkapan pertumbuhan
makin rendah karena akibat overfishing
dan musim yang mulai tidak menentu akibat Global
Warming.
Tabel pertumbuhan perikanan
Indonesia (Sumber : KKP)..
No
|
Tahun
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
1.
|
Prod Budidaya (Ton)
|
1,468,610
|
2,163,674
|
2,682,596
|
3,088,800
|
2.
|
Prod Penangkapan (Ton)
|
4,651,121
|
4,705,868
|
4,769,160
|
4,940,000
|
3.
|
Total Produksi (Ton)
|
6,119,731
|
6,869,542
|
7,451,756
|
8,028,800
|
Potensi perikanan kita masih terbuka dan pemanfaatannya masih minim.
Namun jika kita melihat lebih jauh, ternyata di sektor penangkapan pemanfaatan sudah
mencapai 65% dan beberapa daerah dilaporkan sudah over fishing, namun di sektor
budidaya pemanfaatan baru mencapai 5 % saja. Dari beberapa laporan dan kegiatan
Departemen Kelautan dan Perikanan. Di Perikanan Budidaya, pemerintah mencoba
mengembangkan industri yang menyerap tenaga kerja, perikanan berskala mikro,
pengembangan kawasan budidaya, produksi induk dan benih unggul dan lainnya. Di
Perikanan Tangkap, pemerintah menerapkan kegiatan pemacuan stock ikan,
memaksimalkan rumpon, perbaikan ekositem laut dan pembrantasan ilegal fishing.
A. Biodiversitas Jenis
Pelabuhanratu (Jawa Barat) merupakan salah satu daerah produsen cucut di
terbesar di pantai selatan Pulau Jawa. Keanekaragaman jenisnya cukup tinggi
dibandingkan dengan daerah lainnya seperti Cilacap (Jawa Tengah) dan Prigi
(Jawa Timur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Palabuhan ratu terdapat 28
spesies (12 famili), sedangkan di Cilacap dan Prigi masing-masing 30 spesies
dan 5 spesies. Dibandingkan dengan hasil temuan Gloerfelt–Tarp dan Kailola
(1984), di perairan selatan Indonesia dan barat laut Australia yang
menghasilkan 73 spesies dari 8 famili, maka biodiversitas cucut di
Palabuhanratu lebih tinggi. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh
Sainsbury, Kaiola dan Leiland (1985) menunjukkan 30 spesies cucut yang terdapat
di perairan bagian barat Australia. Ahmad (1998) mengemukakan bahwa di perairan
Malaysia telah ditemukan 48 spesies cucut dari 12 famili. Jenis cucut yang
mempunyai spesies terbanyak adalah famili Carcharhinidae. Jenis cucut ini di
Palabuhanratu ada 19 spesies, sedangkan di perairan Australia ada 29 spesies
(Tarp dan Kailola, 1984).
Dari seluruh spesies hasil pengamatan terdapat 10 spesies dominan yaitu :
Odontaspis ferox, Carcharhinus amblyrhynchos, Sphyrna lewini, C. sorrah,
Centrophorus moluccensis, C. hemiodon, Alopias pelagicus, Sphyrna Zygaena, C.
plumbeus, C. brevipinna. Nelayan setempat telah menggunakan nama lokal bagi
beberapa spesies yang sudah diketahui.
B. Perkembangan Hasil Tangkapan
Penangkapan cucut dapat dilakukan sepanjang tahun. Hasil tangkapan
tahunan berfluktuasi naik turun, yang tertinggi diperoleh pada tahun 1998
(159.59 ton) dan yang terendah pada tahun 1997 (29.23 ton). Dilihat dari hasil
tangkapan bulanan rata-rata selama 8 (delapan) tahun, diketahui bahwa hasil
tangkapan tinggi (lebih dari 5 ton) terjadi pada bulan-bulan Februari, Maret,
Mei, April, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober.
C. Kegiatan Penanganan Ikan Cucut di Tempat
Pendaratan Ikan
Komoditas perikanan dikenal sebagai bahan pangan yang tergolong mudah dan
cepat mengalami penurunan mutu (parishable food). Hal ini sebagai salah satu
alasan bahwa penanganan ikan cucut dan ikan-ikan lainnya langsung dilaksanakan
secepat mungkin oleh para pekerja perikanan dimasing-masing TPI. Secara
teknis,kegiatan penangan dan pengolahan produk-produk perikanan harus
dilaksanakan dengan mempertimbangkan mutu produk. Hal ini merupakan syarat
utama yang harus diperhatiakan oleh para pelaku pengilahan ikan.
Di Pelabuhan Ratu , sejak dini hari (sekitar pk.5.30-11.00 siang) tiap harinya. Ketersediaan sarana dan
prasarana pengelolaan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI)merupakan modal dasar
bagi berlangsungnya kegiatan penanganan hasil tangkapan yang didaratkan disana.
Apabila kapal tangkap milik nelayan merapat dermaga ikan, maka buruh
–buruh darat segera menyongsong kapal dan langsung bekerja memindahkan sambil
memilah-milah /menyortir jenis-jenis tangkapan ke dalam keranjang-keranjang
ikan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk jenis ikan cucut berukuran besar
(lebih dari 100 kg/ekor)ditimbang dulu baru dikumpulkan di ssuatu tempat,
menanti penanganan selanjutnya oleh pimilik ikan tersebut .
Komoditas cucut yang didaratkan di kawasan TPI dengan ukuran besar
berkisar antara 30 kg – 50 kg/ekornya. Setelah ditimbang , kepala ikan cucut
langsung dipotong dan dijual ditempat. Dari setiap kepla ikan cucut ,akan
dipotomgpotong menjadi ukuran kecil-kecil kemudian dari potongan yang ada di
tumpuk-tumpuk menjadi tumpukan kecil-kecil, tiap tumpukan potongan kepala cucut
berjumlah antara 8-10 potong. Penjualan tumpukan kepala ikan cucut dilakukan di
tempat. Pembeli/konsumen dari ikan cucut ini , adalah pengolah ikan asin skala
kecil.
salam kenal pak saya sakti ali, dari rajaikanfillet.com di jakarta, semoga bisa bekerjasama.
ReplyDeleteThanks