Agar-agar
adalah produk bentuk koloid dari suatu polisakarida yang kompleks hasil
ekstraksi rumput laut kelas Rhodophyceae. Molekul agar-agar terdiri dari rantai
linear galaktan yang merupakan polimer dari galaktosa. Dalam menyusun senyawa
agar-agar, galaktan dapat berupa rantai linear yang netral ataupun sudah
terekstraksi dengan metil atau asam sulfat (Winarno 1996).
Komponen
utama agar-agar yaitu agarosa dan agaropektin. Agarosa adalah suatu
polisakarida netral yang terdiri dari rangkaian D-galaktosa dengan ikatan β-1,3 dan L-galaktosa dengan ikatan α-1,4.
Agarosa merupakan komponen yang membuat agar menjendal. Komponen ini tidak
mengandung sulfat dan persentase agarosa dalam ekstrak agar berkisar antara 50
sampai 80 %, sedangkan agaropektin
adalah polimer sulfat dan bersifat lebih kompleks. Agaropektin mengandung
residu sulfat 3 - 10 %, asam glukuronat dan asam piruvat. Agaropektin memilki rantai yang hampir sama
dengan rantai agarosa, tetapi beberapa residu 3,6-anhidro-L-galaktosa
digantikan oleh L-galaktosa sulfat dan sebagian residu D-galaktosa digantikan
oleh asetal asam piruvat (Glicksman 1983). Struktur kimia
agar-agar dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur
kimia agar-agar (Anonim 2003)
Agar-agar
merupakan salah satu produk primer dari rumput laut yang merupakan hidrokoloid, selain alginat dan
karaginan. Agar-agar yang dihasilkan
mempunyai beberapa macam bentuk, yaitu tepung, batang dan lembaran yang biasa
disebut agar-agar kertas. Agar-agar
kertas mempunyai warna putih sampai kuning pucat dan berbau khas agar-agar
(Indriani dan Sumiarsih 1997).
Komposisi
kimia agar-agar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Komposisi kimia agar-agar
No.
|
Unsur
|
Komposisi
|
1.
|
Air (%)
|
16 – 20
|
2.
|
Abu (%)
|
3,4 – 3,6
|
3.
|
Protein (%)
|
2,3 – 5,9
|
4.
|
Lemak (%)
|
0,3 – 0,5
|
5.
|
Karbohidrat (%)
|
67,8 – 76,1
|
6.
|
Serat kasar (%)
|
0,9 – 2,1
|
Sumber: Astawan (2007)
Standar
mutu agar-agar kertas
Agar-agar
kertas dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan mutu, yaitu mutu I, mutu
II, dan mutu III. Ciri-ciri organoleptik
dari agar-agar kertas dengan berbagai tingkatan mutu dapat dilihat pada Tabel
2. Pada Tabel 3 disajikan standar mutu agar-agar kertas menurut SNI
01-4105-1996. Pada Tabel 4 dapat dilihat standar mutu agar-agar menurut Food
Chemical Codex III (Angka dan Suhartono 2000) dan pada Tabel 5 terdapat standar
mutu agar-agar kertas ekspor Jepang dengan parameter warna, kekuatan gel, kadar
air, dan kadar protein.
Tabel
2. Tingkatan mutu organoleptik agar-agar kertas
Tingkatan Mutu
|
Ciri-ciri Organoleptik
|
Mutu I
|
Putih bersih,
tidak mudah robek, agak kusam, sedikit sekali terdapat kotoran dan sisa hasil
penyaringan
|
Mutu II
|
Putih agak
kekuningan, cukup tipis, rupa agak kotor, keruh dan kusam, terdapat kotoran
dan sisa hasil penyaringan
|
Mutu III
|
Kuning kecoklatan, tebal, berkerut, rupa kotor dan sangat kusam, terdapat
banyak kotoran dan endapan hasil penyaringan.
|
Sumber: Nasran (1993)
2
Sifat fungsional agar-agar
Agar-agar
adalah salah satu jenis hidrokoloid yang merupakan senyawa polimer yang dapat
dilarutkan ke dalam air sehingga memberikan suatu larutan atau suspensi yang
kental. Agar-agar bersifat tidak larut dalam air dingin tetapi larut dalam air
mendidih (Yunizal 2002). Molekul agar merupakan polisakarida linear dengan
bobot molekul sekitar 100.000 Dalton (Rudolph 2000). Karakteristik gelnya bersifat rigid, mudah
dibentuk dan memiliki titik leleh tertentu (Angka dan Suhartono 2000).
Pembentukan
gel agar disebabkan oleh tiga buah atom hidrogen pada residu
3,6-anhidro-L-galaktosa yang memaksa molekul untuk membentuk struktur heliks.
Interaksi antar struktur heliks menyebabkan terbentuknya gel. Penggantian
senyawa L-galaktosa sulfat oleh senyawa 3,6-anhidro-L-galaktosa menyebabkan
kekejangan (kekakuan) dalam struktur heliks dan pada saat ini gel mulai
dibentuk.
Jika
grup sulfat dikonversi dengan perlakuan alkali menjadi senyawa 3,6-anhidro-L-galaktosa
maka akan diperoleh kekuatan gel yang lebih tinggi, dengan demikian perlakuan
alkali dapat mempercepat konversi senyawa di atas (Glicksman 1983).
Mekanisme
pembentukan gel agar-agar sampai pada saat ini belum diketahui dengan pasti,
tetapi diduga sama dengan pembentukan gel karagenan. Terdapat tiga tahap
pembentukkan gel karagenan maupun agar-agar (Gambar 2), yang dikemukakan oleh
Glicksman (1983):
1. Pada saat larutan atau sol agar-agar
berada di atas titik leleh, struktur polimernya membentuk suatu gulungan acak.
2. Pada saat pendinginan, gulungan
acak akan membentuk
pilinan ganda.
Pada
keadaan ini atom-atom hidrogen pada tiga
kutub dari 3,6-anhidro-L-galaktosa mendesak molekul untuk membentuk pilinan.
Interaksi dari pilinan-pilinan ini menyebabkan terbentuknya gel.
3. Pada pendinginan selanjutnya, pilinan
ganda akan beragregasi membentuk struktur tiga dimensi sehingga gel menjadi
lebih keras.
Beberapa
hal yang mempengaruhi pembentukkan gel agar-agar yaitu suhu, konsentrasi, pH,
gula, dan ester sulfat. Gel agar-agar bersifat reversibel terhadap suhu. Pada
suhu di atas titik leleh, fase gel akan berubah menjadi fase sol dan
sebaliknya. Fase transisi dari gel ke sol atau dari sol ke gel tidak berada
pada suhu yang sama. Suhu pembentukkan gel yang berada jauh di bawah suhu
pelelehan gel disebut dengan gejala histeresis (Rees 1969).
Agar-agar
mempunyai bahan pembentuk gel yang unik diantara bahan pembentuk gel lain
karena proses gelasi terjadi pada suhu jauh di bawah suhu pelelehan gel agar.
Agar-agar menghasilkan gel yang kuat (rigid) pada konsentrasi 1 % (w/w). Bentuk sol berubah
menjadi gel pada suhu 30 - 40 °C.
Gel
agar akan meleleh dengan pemanasan suhu
85 - 95 °C (Nussinovitch 1997).
Keasaman
(pH) sangat mempengaruhi kekuatan gel agar, semakin rendah pH maka kekuatan gel
akan semakin lemah sampai pH 2,5. Kandungan gula juga mempunyai pengaruh besar
terhadap gel agar, peningkatan kandungan gula menghasilkan gel yang lebih keras
tetapi menghasilkan tekstur yang kurang kohesif. Adanya senyawa
6-0-metil-D-galaktosa tidak nampak mempengaruhi kekuatan gel, tetapi banyaknya
6-0-metilasi mempengaruhi suhu pembentukan gel. Suhu pembentukan gel dari
larutan agarose (1,5 %) akan meningkat dengan meningkatnya kandungan metoksil
dari agarose (Glicksman 1983). Kekuatan gel juga dapat dipengaruhi oleh suhu
perairan tempat rumput laut hidup. Suhu perairan yang tinggi dapat meningkatkan
kandungan sulfat pada agar yang menyebabkan rendahnya kekuatan gel
(Freile-Pelegrin dan Murano 2004).
Proses pembuatan agar-agar kertas
Proses pembuatan agar-agar secara umum terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu pembersihan dan pencucian, perendaman dan
pemucatan, pemasakan (ekstraksi), penyaringan, pendinginan dan pengeringan.
(1)
Pembersihan dan pencucian
Rumput
laut yang baru dipanen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel seperti
pasir, lumpur dan benda-benda asing lainnya.
Pencucian sebaiknya dilakukan dengan air laut agar kandungan agar-agarnya
tidak rusak. Sesudah dicuci, rumput laut dijemur hingga kandungan airnya 25 –
28 % (Istini et al. 1986). Hal ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya
proses fermentasi yang dapat menurunkan mutu dan kandungan koloidnya (Putro
1991).
(2)
Perendaman
Perendaman
dilakukan agar rumput laut menjadi lunak sehingga proses ekstraksi dapat
berjalan dengan baik. Rumput laut direndam dalam air sebanyak 20 kali berat
rumput laut selama 3 hari (Indriani dan Sumiarsih 1997). Perendaman juga
dilakukan untuk melanjutkan pembersihan rumput laut dari kotoran-kotoran yang
mungkin masih melekat (Armeidy 1992).
(3)
Pemucatan
Pemucatan
dilakukan untuk memperoleh rumput laut yang berwarna putih dan bersih, serta
untuk meningkatkan mutu organoleptik produk agar-agar terutama pada faktor
warna. Larutan yang umum digunakan sebagai pemucat adalah kapur tohor (CaO) 0,5
% dengan lama perendaman selama 5 menit (Utomo et al. 1991) dan larutan kaporit [(Ca(OCl)2] 0,25 % selama
4 – 6 jam (Istini et al. 1986). Penggunaan kaput tohor memiliki beberapa
keuntungan yaitu harga yang murah, bau yang tidak terlalu menyengat dan waktu
yang dibutuhkan untuk memucatkan cukup singkat. Setelah proses perendaman dan
pemucatan selesai, rumput laut dicuci untuk menghilangkan bahan pemucat yang
digunakan.
0 comments:
Post a Comment