Friday, July 25, 2014

LOBSTER AIR TAWAR

July 25, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments

Latar Belakang
Lobster air tawar merupakan udang konsumsi yang menjadi salah satu komoditas perikanan tawar yang mulai dikembangkan untuk budidaya di Indonesia sejak tahun 2000 (Sukmajaya dan Suharjo, 2003). Lobster air tawar secara teknis dapat dipelihara pada air tawar yang memiliki kualitas air dengan suhu air 23 – 310 C, kandungan oksigen terlarut lebih dari 4 ppm, pH 6 – 9,5 dan amonia kurang dari 1 ppm dengan berbagai variasi wadah pemeliharaan. Jenis pakannya pun relatif banyak dan mudah diperoleh. Daging lobster ini mempunyai tekstur yang padat, empuk, dan rasanya seperti daging udang windu (Sukmajaya dan Suharjo, 2003).
Lobster air tawar dengan bobot 30 – 80 gr merupakan ukuran konsumsi dengan permintaan pasar yang relatif tinggi tetapi jumlahnya masih mengalami kelangkaan. Hal ini terjadi karena waktu yang diperlukan untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi sangat lama sekitar 7 – 10 bulan sedangkan konsumen membutuhkan lobster dalam jumlah besar setiap hari (Dermawan, 2004). Menurut Tanjung (2009), kebutuhan lobster air tawar untuk memenuhi pasar di Sumatera Utara mencapai 1 – 2 ton / bulan. Intensifikasi budidaya lobster air tawar saat ini mulai dikembangkan untuk mengatasi kendala tersebut, salah satunya dengan menerapkan pakan alami alternatif bagi pembudidaya.
Pada proses budidaya lobster air tawar ini, masih dijumpai beberapa kendala yang menghambat proses produksi. Salah satu kendala produksi lobster adalah tingginya biaya pakan yang berkisar antara 60 - 70% dari total biaya produksi. Tingginya biaya pakan ini disebabkan salah satunya oleh semakin meningkatnya harga tepung ikan yang merupakan sumber utama protein pakan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan upaya pengembangan pakan berbahan baku sumber protein lokal yang mudah diperoleh, harganya relatif murah, dan memiliki kandungan nutrisi yang sesuai sebagai pengganti tepung ikan.
Pertumbuhan yang optimal memerlukan suplai pakan yang tepat agar nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dapat terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan pakan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) beberapa cara  yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pakan berupa cacing tanah (Lumbricus rubellus), cacing darah (Chironomus larvae), cacing sutera (Tubifex sp.) dan ulat hongkong (Tenebrio molitor larvae).
Cacing tanah merupakan pakan alami yang mengandung protein 72% (Palungkun, 2008). Tidaklah mengherankan, bila cacing tanah sangat baik untuk makanan ternak maupun manusia. Cacing tanah sangat mudah dicerna dalam alat pencernaan dan mudah pula dipecah menjadi asam-asam amino yang berguna untuk tubuh lobster air tawar. Hampir semua protein daging cacing tanah dapat diserap oleh tubuh dengan baik. Asam amino cacing tanah mempunyai kualitas yang sangat baik.
Cacing darah adalah larva serangga golongan Chironomus. Oleh karena itu, meskipun disebut sebagai cacing, binatang ini sama sekali bukan golongan cacing-cacingan tetapi serangga. Pada tubuh cacing darah, 90% bagian tubuh adalah air dan sisanya 10% terdiri dari bahan padatan. Dari 10% bahan padatan ini 62,5% adalah protein, 10% lemak, dan sisanya lain-lain.
Cacing sutera diketahui memiliki kandungan nutrisi penting seperti vitamin, karbohidrat, lemak dan protein sekitar 50 – 60%. Dengan kandungan nutrisi demikian, cacing sutera tergolong pakan alami yang baik sebagai sumber pakan lobster air tawar (Wikipedia, 2006).
Ulat hongkong mempunyai kandungan nutrisi kurang lebih protein kasar 48%, lemak kasar 40%, kadar abu 3%, dan kandungan ekstrak non nitrogen 8%. Sedangkan kadar airnya mencapai 57%. Dengan kandungan nutrisi demikian ulat hongkong tergolong baik untuk sebagai sumber pakan lobster air tawar. Meskipun demikian beberapa literatur menyebutkan bahwa kandungan lemak pada ulat hongkong sering lebih tinggi daripada kandungan proteinnya, sehingga pemberian ulat hongkong dapat menyebabkan kegemukkan pada binatang yang mengkonsumsinya dengan segala aspek ikutannya.
Berdasarkan uraian di atas, pakan alami yang telah disebutkan merupakan sumber protein hewani yang diharapkan dapat memacu pertumbuhan lobster secara optimal. Pakan alami dalam penelitian ini dibandingkan agar diketahui pakan yang tepat untuk pertumbuhan optimal.

Biologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)
Klasifikasi dan morfologi
Menurut Wiyanto dan Rudi (2003), Genus Cherax memiliki sistematika sebagai berikut :
Filum                           : Arthropoda
Kelas                           : Crustacea
Sub kelas                     : Malacostraca
Ordo                            : Decapoda
Famili                          : Parastacidae
Genus                          : Cherax
Spesies            : Cherax quadricarinatus
Tubuh lobster air tawar terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian depan terdiri dari kepala dan dada yang disebut cephalothorax. Sementara bagian belakang terdiri dari badan dan ekor yang disebut abdomen. Kepala ditutupi oleh kulit atau cangkang kepala (carapace). Carapace ini berperan dalam melindungi organ tubuh, seperti otak, insang, hati dan lambung.
Carapace berbahan zat tanduk atau kitin yang tebal dan merupakan nitrogen polisakarida yang disekresikan oleh kulit epidermis dan dapat mengelupas saat terjadinya pergantian cangkang tubuh (moulting).
Secara umum tubuh lobster air tawar dibagi menjadi dua bagian, yakni kepala (Chepalothorax) dan badan (abdomen). Hewan ini tertutupi kerangka luar kitin, yang mengandung sebagian besar kapur dan skelerotin yaitu yang membuat rangka lebih keras dan berat tapi sangat baik sebagai lapisan pelindung. Kitin luar tipis dan berhubungan, untuk memberikan kelenturan maksimal. Bagian anterior tubuhnya disebut Carapace dan masing-masing segmen posterior abdominal terdiri dari lengkungan dorsal tergum, dua lateral pleura dan sebuah ventral sternum.
Anggota badan lobster memperlihatkan suatu rangkaian yang sangat penting dari adaptasi dan modifikasi dalam hidupnya. Ada 19 pasang anggota badan secara keseluruhan, satu pasang pada tiap segmen. Antennules dan antennae merupakan modifikasi untuk tactil dan chemical stimulation (rangsangan kimia); rahang bawah untuk mengunyah, lima berikutnya, maxillae dan maxillipeds, terutama untuk mendorong makanan; pasangan berikutnya adalah chelipeds yang sangat besar untuk mencapit makanan dan untuk pertahanan; empat pasang selanjutnya untuk berjalan dan enam pasang terakhir untuk berenang dan untuk berbagai fungsi yang lain.
Lubang kecil melubangi seluruh rangka, banyak tersebar di anggota badan dan bagian ekor. Kumpulan di dalam itu adalah bulu-bulu yang membuat hewan itu sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar melalui taktil stimulation. Semua anggota badan ini, dengan berbagai macam, bentuk dan fungsi, berawal dari sebuah anggota badan sederhana dengan satu fungsi yang disebut daya penggerak.
Lobster air tawar memiliki 19 pasang, antara lain bagian kepala dengan lima bagian, thorax delapan bagian dan abdomen enam bagian. Bagian tubuh crayfish beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
Antenela, protopoditnya terbagi menjadi tiga segmen. Segmen pertama adalah coxopodite dan segmen berikutnya adalah basipodit yang terdiri dari dua bagian. Dua set flagella yang panjangnya berbeda merupakan satu bagian dengan antenula dan letaknya berkait dengan basipodit. Flagela yang pendek terletak di sebelah dalam disebut endopodit sedangkan flagella yang panjang terletak di sebelah luar disebut eksopodit. Fungsi antenela untuk mencium pakan.
Antena. Antena mempunyai bagian yang sama dengan antenela. Struktur yang menyerupai daun besar adalah exopodite, termasuk juga squame dan lapisan antenna. Letaknya berada sedikit diatas coxopodite dan membuka di apex. Bagian ini membuka (nepridiophore) sampai ke ginjal dan biasa disebut dengan kelenjar hijau yang berfungsi sebagai ekskresi. Antena berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan.
Bagian mulut. Maksila ketiga sebenarnya adalah mulut dengan penyepitnya dan tempatnya di bagian anterior sampai dasar dari sepasang kaki pertama.
Mandibel. Letaknya di bagian anterior dan hampir tertutup oleh bagian posterior tubuh. Ciri-ciri mandibel adalah lebar, lembut, mengkilat, permukaannya cembung, tampak dalamnya seperti tepi.
Maksila 1. Letaknya di bagian pertama dari maksila, strukturnya seperti daun. Bagian yang agak kecil dan strukturnya runcing adalah endopodit. Dua bagian di samping endopodit adalah endites 1 dan endites 2. Pada pangkal endites 1 banyak terdapat kitinase. Bagian ini disebut coxopodite.
Maksila 2. Letaknya setelah maksila 1. Bagian yang besar adalah scaphognathite. Bagian anterior dibatasi oleh mandible dan bagian posterior berupa ruang percabangan yang membantu pergerakan air di dalamnya.
Maxilliped 1. Bentuknya memanjang. Bagian dasarnya disebut epipodit dan sesuai dengan ruang masuk insang yang membantu pergerakan air.
Maxilliped 2. Bagian tepi Protopodit dan Endopodit terdapat filament yang disebut dengan filament yang bercabang. Struktur epipodalnya pada podobranch berfungsi sebagai insang untuk respirasi. Pada bagian dasar coxopodite merupakan bahan kitin.
Maxilliped 3. Letaknya dekat maxilliped 2. Maxilliped 1, 2 dan 3 bergabung menjadi satu bagian tubuh di thorax.
Periopod. Periopod berfungsi sebagai kaki jalan crayfish. Kaki pertama mempunyai capit dan bentuknya lebih besar dibanding kaki renang yang lain. Kaki kedua dan ketiga mempunyai chelate yang ukurannya sama. Kaki ketiga terutama pada terutama pada crayfish betina terdapat suatu modifikasi di bagian permukaannya yaitu adanya operculum genital. Kaki keempat dan kelima tidak mempunyai chelate. Kaki kelima pada crayfish jantan terdapat tempat saluran sperma.
Pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai kaki renang. Menurut Wiyanto dan Hartono (2004), disamping sebagai alat berenang, kaki renang pada induk betina yang sedang bertelur memiliki karakteristik memberikan gerakan dengan tujuan meningkatkan kandungan oksigen terlarut di sekitarnya, sehingga kebutuhan oksigen telur dan larva dapat terpenuhi. Kaki renang juga digunakan untuk membersihkan telur atau larva dari tumpukan kotoran yang terendap. Morfologi lobster air tawar yang dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Morfologi Lobster Air Tawar (www.infovisual.info, 2005)
            Lobster air tawar merupakan spesies dimorfis. Yakni terdiri dari jenis kelamin jantan dan betina. Jenis kelamin jantan dan betina dapat dibedakan secara pasti jika telah berumur dua bulan dengan panjang total rata-rata lima sampai tujuh sentimeter. Ciri-ciri primer pembeda jenis kelamin calon induk lobster air tawar adalah bentuk tertentu yang terletak di tangkai jalan dan ukuran capit. Sementara itu ciri-ciri sekunder yang dapat dilihat secara visual adalah kecerahan warna tubuhnya (Iskandar, 2003).
2.1.2 Habitat dan daerah penyebarannya
            Pada dasarnya lobster air tawar terdiri dari tiga keluarga besar yaitu Astacidae, Cambaridae dan Parastacidae. Secara alami keluarga lobster air tawar tersebut menyebar hampir di semua benua kecuali Afrika dan Antartika, meskipun di kedua benua tersebut pernah ditemukan fosilnya. Keluarga Astacidae banyak ditemukan di perairan bagian barat Rocky Mountain di Barat Laut Amerika Serikat sampai Kolombia, Kanada dan juga di Eropa. Keluarga Cambaridae banyak ditemukan di bagian timur Amerika serikat (80% dari jumlah spesies) dan bagian selatan Meksiko, Selandia Baru, Amerika Selatan dan Madagaskar. Di Indonesia terutama di perairan Jayawijaya, Papua, juga hidup beberapa spesies dari keluarga Parastacidae (Wiyanto, 2003).
            Habitat alam lobster air tawar adalah danau, rawa atau sungai yang berlokasi di daerah pegunungan. Di samping itu diketahui lobster air tawar bersifat endemic karena terdapat spesifikasi pada spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat alam tertentu.
2.1.3 Siklus Hidup
            Pada umumnya lobster air tawar mulai matang gonad pada umur 6 – 7 bulan. Setelah mencapai umur tersebut, induk jantan dan betina akan melakukan perkawinan. Selanjutnya, induk betina akan bertelur dan mengeraminya hingga menetas selama 1,5 bulan. Setiap kali bertelur, jumlah anakan yang menetas berkisar 150 – 800 ekor. Namun, ada jenis lobster yang mampu menghasilkan telur hingga ribuan butir antara lain jenis Astacopsis gouldi dengan jumlah telur sekali bertelur sekitar 4.000 butir.
            Sebelum bertelur, lobster betina yang telah matang gonad akan melakukan perkawinan dengan lobster jantan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi. Beberapa hari menjelang kawin, lobster jantan dan betina yang berjodoh akan selalu bersama. Lobster jantan terlihat aktif memperindah kaki-kaki renang dan daerah ventral antara kaki jalan ketiga dan keempat. Sehari sebelum kawin, lobster jantan semakin aktif mendekati lobster betina. Selanjutnya lobster jantan akan mencumbu betina. Setelah beberapa saat bercumbu, lobster betina akan membalikkan tubuhnya dengan posisi terlentang. Pada saat itu, lobster jantan akan segera menaiki tubuh lobster betina yang menghadap ke atas. Ekor lobster betina akan berkontraksi dan abdomen lobster jantan melingkupinya. Pada saat itu lobster jantan akan menyemprotkan spermatoforanya ke permukaan ventral abdomen betina. Proses perkawinan ini diperkirakan berlangsung sekitar 0,5 – 1 jam. Sekitar 10 – 15 hari setelah perkawinan, telur akan mulai tampak di bagian bawah badan lobster betina. Telur yang baru muncul tersebut berwarna kuning kemudian dalam beberapa minggu akan berubah menjadi oranye dan timbul bintik-bintik hitam sebelum menetas. Hingga telur tersebut menetas dan menjadi benih akan terus melekat di badan lobster betina. Benih atau anakan lobster akan mulai lepas sekitar 4 – 5 hari setelah menetas (Wiyanto dan Hartono, 2004).
2.1.4 Pakan Lobster
            Di habitat aslinya, lobster air tawar aktif mencari pakan pada malam hari (nocturnal). Lobster air tawar adalah jenis binatang pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Pakan lobster air tawar biasanya berupa biji-bijian, ubi-ubian, cacing, lumut, dan bangkai hewan. Lobster memanfaatkan antena panjangnya untuk mendeteksi bahan pakan terlebih dahulu. Jika bahan pakan tersebut sesuai dengan keinginannya, lobster akan menangkapnya menggunakan capit, selanjutnya memegangnya dengan kaki jalan pertama sebagai tangan pemegang pakan yang akan dikonsumsi. Lobster air tawar memiliki gigi halus yang terletak di permukaan mulut, sehingga cara memakan pakannya sedikit demi sedikit (Iskandar, 2003).
2.1.5 Sifat Kanibal
            Lobster air tawar termasuk binatang yang suka memakan jenisnya sendiri yang biasa disebut dengan kanibal. Kanibal terjadi saat tidak tersedia pakan yang memadai. Sifat kanibal ini juga timbul saat lobster lain dalam keadaan lemah dan tidak dapat mempertahankan diri. Lobster akan lemah saat sakit atau sedang molting. Agar tidak dimakan oleh kerabatnya, biasanya lobster yang sedang mengalami pergantian kulit mencari tempat persembunyian untuk berlindung. Karenanya, tempat budidaya harus dilengkapi dengan tempat-tempat yang dapat digunakan oleh lobster untuk bersembunyi.
            Kanibal juga terjadi pada lobster dewasa terhadap telur dan lobster kecil yang baru menetas. Namun, jarang sekali induk yang sedang bertelur memakan anaknya sendiri. Pada saat pembenihan lobster, induk yang sudah bertelur sebaiknya dipisahkan dalam wadah yang terpisah agar telur yang menetas tidak dimakan oleh induk yang lain (Iskandar, 2003).
2.1.6 Pergantian kulit atau Moulting
            Kerangka atau kelopak kulit yang menyelimuti tubuh lobster terbuat dari bahan chitin, sifatnya keras dan tidak elastis. Jika ingin tumbuh besar, lobster perlu membuang kulit lama dan menggantinya dengan kulit baru. Proses pergantian kulit tersebut dikenal dengan istilah moulting. Selama siklus hidupnya, lobster mengalami pergantian kulit hingga puluhan kali. Pergantian kulit mulai terjadi pada umur 2 – 3 minggu. Frekuensi moulting tergantung umur serta jumlah dan mutu makanan yang dikonsumsi. Lobster muda lebih sering mengalami moulting dibandingkan dengan lobster dewasa karena masih dalam masa pertumbuhan. Lobster yang mendapat pasokan makanan cukup dan berkualitas akan lebih cepat melakukan moulting. Faktor makanan berpengaruh pada percepatan moulting, dikarenakan makanan yang diserap lobster berfungsi untuk membentuk jaringan material pertumbuhan. Selain faktor umur dan makanan, faktor kualitas lingkungan juga bisa mempengaruhi frekuensi moulting. Suplai oksigen yang sangat sedikit, suhu air yang terlalu tinggi, dan adanya timbunan zat-zat beracun dalam air akan membuat pertumbuhan lobster terhambat. Dengan demikian, frekuensi moulting juga terhambat.
            Lobster yang akan moulting, yaitu sekitar 2 – 3 jam sebelumnya, terlihat berdiam diri karena kondisinya sangat lemah dan seperti mau mati, bahkan tidak mau makan. Pada tahap awal, kulit kepala akan mengelupas atau terlihat terangkat dan terpisah dari kepala. Dalam beberapa waktu kepala akan keluar dari kulit kepala disusul dengan mengelupasnya kulit eksoskeleton. Tubuh lobster yang sudah berganti kulit masih terlihat lemah karena kulitnya masih sangat lunak. Setelah 24 jam semua kulit akan mengeras kembali seperti sedia kala. Selama proses moulting, lobster tidak makan.
            Pada dasarnya moulting berfungsi untuk merangsang atau mempercepat pertumbuhan. Moulting juga bisa mempercepat pematangan gonad pada lobster. Dengan demikian, lobster akan cepat menghasilkan telur. Selain fungsi tersebut, pergantian kulit juga untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh yang cacat. Capit yang patah akan tumbuh kembali setelah moulting. Namun, kaki bekas patah tersebut tidak sebesar kaki sebelum patah. Secara umum, pertumbuhan lobster air tawar dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hubungan umur dan panjang lobster
Umur
Ukuran Tubuh
1 – 1,5 bulan
2,5 – 4 cm
2 bulan
5 – 6 cm
7 bulan
10 – 12 cm
1 tahun
15 – 17 cm
> 3 tahun
20 – 25 cm
Sumber : Iskandar (2003)
2.1.7 Rasio Konversi Pakan
            Rasio Konversi Pakan adalah perbandingan atau rasio jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot lobster yang dipelihara. Rasio konversi pakan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan lobster (Mahyudin, 2009). Rumus untuk menghitung konversi pakan adalah sebagai berikut :
Wt - Wo
FCR =      F     F

Keterangan :
F          = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (kg)
Wo      = Berat total lobster saat awal penebaran (kg)
Wt       = Berat total lobster saat panen (kg)
2.1.8 Kebutuhan Nutrisi
            Pakan yang baik adalah pakan dengan kandungan zat-zat gizi yang dibutuhkan lobster, seperti protein, lemak, mineral, dan vitamin. Pakan memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan lobster. Pemberian pakan dengan jenis, jumlah, dan frekuensi yang tepat diharapkan lobster akan tumbuh cepat dalam kondisi sehat, kuat dan terbebas dari serangan penyakit (Wiyanto dan Hartono, 2004). Tabel kebutuhan nutrisi lobster air tawar dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.  Kebutuhan nutrisi lobster air tawar dalam bahan kering
Nutrisi
Kebutuhan
Protein
Lemak
Serat Kasar
BETN
21,6 %
7 %
8 %
24,9 %
Abu
-
Sumber : Apriliani (2006)

0 comments:

Post a Comment