Garam adalah salah satu komoditas strategis, selain sebagai
kebutuhan konsumsi juga merupakan bahan baku industri kimia seperti soda api,
soda abu sodium sulfat dan lain-lain. Tanpa garam, manusia tidak mungkin hidup,
karena garam bertindak sebagai pengatur aliran makanan dalam tubuh, kontraksi
hati dan jaringan-jaringan dalam tubuh. Dalam tubuh orang dewasa, mengandung
sekitar 250 gram garam.
Garam atau lebih dikenal dengan nama garam meja, termasuk dalam
kelas mineral halida atau dikenal dengan nama halite, dengan komposisi kimia
sebagai Natrium Klorida (NaCl) terdiri atas 39,3% Natrium (Na) dan 60,7% Klorin
(Cl). Garam ini, umumnya berada bersama gypsum dan boraks, sehingga akan
terendapkan setelah gypsum terendapkan pada proses penguapan air laut. Nama
halite berasal dari Greek “hals meaning salt” (Kerry Magruder, Guidelines for
Rock Collection).
Beberapa sifat garam atau Natrium Klorida yaitu bisa berbentuk
kristal atau bubuk putih dengan sistem isomerik berbentuk kubus, bobot molekul
58,45 g/mol, larut dalam air (35,6 g/100 g pada 0°C dan 39,2 g/100 g pada
100°C). Dapat larut dalam alkohol, tetapi tidak larut dalam asam Klorida pekat,
mencair pada suhu 801°C, dan menguap pada suhu diatas titik didihnya (1413°C).
Hardness 2,5 skala MHO, bobot jenis 2,165 g/cm3, tidak berbau, tidak mudah
terbakar dan toksisitas rendah, serta mempunyai sifat higroskopik sehingga
mampu menyerap air dari atmosfir pada kelembaban 75% (Chemical Index,
1993).
. Kandungan Garam
Sebelum mengkaji cara meningkatkan mutu garam rakyat perlu dilihat
dulu komposisi air laut pada salinitas 35 ppt (3,5°Be) dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Komposisi Air Laut pada Salinitas 35 ppt
No.
|
Ion
|
gram
per kg air laut
|
1.
|
Cl-
|
19,354
|
2.
|
Na+
|
10 , 77
|
3.
|
K+
|
0,399
|
4.
|
Mg2+
|
1,290
|
5.
|
Ca2+
|
0,4121
|
6.
|
SO42-
|
2,712
|
7.
|
Br-
|
0,0673
|
8.
|
F-
|
0,0013
|
9.
|
B
|
0,0045
|
10.
|
Sr2+
|
0,0079
|
11.
|
IO3-, I-
|
6,0x10-5
|
Sumber:
Riley and Skirrow , 1975
|
Air laut dengan kadar rata-rata seperti diatas mempunyai
sifatsifat/kelakuan kristalisasi berdasarkan perbedaan kepekatan, seperti yang
tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Kepekatan dan Senyawa yang Terendapkan dari Air
Laut
Tingkat kepekatan (ºBe) Giliran
Mengkristal/Mengendap
3,00–16,00 Lumpur/Pasir/Fe2O3/CaCO
3
17,00–27,00 Gips (Kalsium
Sulfat)
26,25–35,00 Natrium Klorida
27,00–35,00 Garam Magnesium
28,50–35,00 Natrium Bromida
Sumber: Riley and Skirrow (1975) dan PT Garam (2000)
Apabila pada proses pembuatan garam yang dilakukan hanya
berdasarkan cara yang umum dilakukan pada proses penggaraman rakyat yaitu cara
evaporasi total, produk garam yang dihasilkan kadar NaCl-nya kurang dari 80 %.
Jika dikaitkan dengan kadar NaCl sebagai komponen utama garam yang
diinginkan maka jika tidak dilakukan pengolahan, NaCl yang dihasilkan dari air
laut standar adalah sebesar 27,393 g/kg air laut yang salinitasnya 35 ppt, atau
dengan kata lain NaCl yang dihasilkan kadarnya hanya 78,266 % (tanpa memperhitungkan
kadar airnya), berarti tidak memenuhi kategori yang diinginkan yaitu kualitas I
dan II.
Jenis Garam
Berdasarkan pemanfaatannya garam dikelompokkan atas dua kelompok
yaitu garam konsumsi dan garam industri. Garam konsumsi berdasarkan SNI kandungan
NaCl-nya minimal 94,7%, Sulfat, Magnesium dan Kalsium maksimum 2%, dan kotoran
lainnya (lumpur dan pasir) maksimum 1% atas dasar persen berat kering (dry
basis), serta kadar air maksimal 7%.
Sumber garam antara lain dari air laut, air danau asin, deposit
dalam tanah/tambang dan dari sumber air garam.
Kualitas garam dapat diklasifikasikan berdasarkan kandungan NaCl
dan kandungan airnya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dibedakan 3
(tiga) kualitas garam, yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kualitas Garam Berdasarkan Kandungan NaCl
No. Substance Ks
Kualitas I NaCl>98% Kandungan Air Maksimum 4%
Kualitas II 94.4% Kandungan Air Maksimum 5%
Kualitas III NaCl<94 span="" style="mso-tab-count: 1;"> Kandungan Air >5%
Sumber: PT Garam
(2000)
Untuk menghasilkan garam dengan mutu baik, maka senyawa-senyawa
Kalsium dan Magnesium serta Sulfat harus terlebih dahulu diendapkan. Pada garam
rakyat yang memanfaatkan model penguapan total, kadar garam tertinggi yang
dapat dihasilkan relatif jarang mencapai 90%, sehingga dibutuhkan
perlakuan-perlakuan khusus agar dihasilkan garam dengan kualitas tinggi.
Dengan mengurangi secara keseluruhan kandungan Kalsium, Magnesium
dan Sulfat, kandungan NaCl pada garam dapat ditingkatkan menjadi
98,49% (kadar air tidak diperhitungkan), dan bila 75% dari kadar
Kalsium, Magnesium dan Sulfat dikurangi maka kandungan NaCl pada garam yang
dihasilkan sebesar 95,06%. Tahapan-tahapan pengendapan senyawa dalam air laut
dapat dilihat pada Tabel 4.
Hal ini sangat diperlukan karena bila mampu menghasilkan garam yang
bermutu tinggi dengan kadar NaCl lebih dari 95%, Indonesia dapat mengantisipasi
untuk tidak perlu lagi mengimpor garam berkualitas atau malah sebaliknya
Indonesia dapat merencanakan usaha nasional sebagai swasembada garam bahkan
sebagai pengekspor garam bermutu terkemuka di dunia.
Garam dengan kadar NaCl > 95%, masyarakat bisa membuatnya asal
menggunakan cara-cara yang diterapkan untuk mengurangi kandungan Kalsium,
Magnesium dan Sulfatnya. Sebagai manfaat langsung pada penghidupan masyarakat
adalah dengan program peningkatan mutu garam akan dapat meningkatkan
diversifikasi sumber penghasilan masyarakat dan Pemerintah Daerah.
.Kualitas Garam Konsumsi
Kualitas garam konsumsi seperti yang telah disebutkan diatas yaitu
menurut SNI adalah minimal mengandung NaCl sebesar 94,7 % yang masuk kedalam
kisaran kualitas baik atau K II. Garam konsumsi selain mempunyai nilai sesuai
dengan SNI juga harus mengandung iodium sebesar 30 – 80 ppm, oleh karena itu
dalam proses pembuatannya harus ada iodisasi yaitu penambahan iodium dapat
dilihat dalam sub bab 2.4.
.Kawasan Pegaraman
.Eksisting Kawasan Pegaraman
Indonesia walaupun merupakan negara kepulauan, tetapi hingga saat
ini pembuatan garam terutama masih terkonsentrasi di Jawa dan Madura. Potensi
luas lahan pegaraman di Indonesia mencapai ± 33.625 ha tetapi baru sekitar
17.623 ha (52,4%) yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi garam. Lahan garam
tersebut tersebar di 7 propinsi yaitu Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Sulsel, NTB, NTT. dan Sulteng sebagaimana
Tabel 5. Data Areal dan Produksi Garam
No. Propinsi Dati II Luas Lahan (Ha) Produksi
2002 Keterangan
Nominatif Produktif Ton/Ha Ton Prosen
1. ACEH 4 10.000 0 ,9%
2. JAWA BARAT 3 2.787 1.746 74 130.000 11,9% Dimasak
3. JAWA TENGAH 5 3.249 3.248 68 220.000 20
,2%
4. JAWA TIMUR 10 13.047 9.713 59 570.000 52
,2%
5. BALI 3 2.200 0,2% Dimasak
6. NTB 3 1.574 1.052 58 61.000 5,6% )
Sebagian
7. NTT 12 9.704 304 33 10.000 0,9% ) di
masak
8. SULSEL 7 1.264 1.260 56 70.000 6
,4%
9. SULTENG 4 2.000 300 60 18.000 1
,6%
TOTAL 51 33.625 17.623 62 1.091.200 100,0 %
Sumber:
Deperindag 2003
.Potensi Pengembangan Kawasan
Potensi pengembangan kawasan industri garam di Indonesia untuk
intensifikasi tetap terpusat di Jawa dan Madura dimana pasar dari garam dan
Artemia itu sendiri sudah terbentuk, sedangkan ekstensifikasi adalah ke wilayah
timur Indonesia yang memiliki iklim dan cuaca yang sesuai dalam proses
pegaraman.
Daerah potensial untuk pengembangan lahan pegaraman baru
diperkirakan ada sekitar 13.000 ha yang tersebar di berbagai daerah terutama 1)
Jawa Timur yaitu Kab. Sidoarjo, Kab. Sampang dan Kab. Pamekasan, 2) Nusa Tenggara
Barat (NTB) yaitu Kab. Lombok Timur dan Kab. Sumbawa, 3) Nusa Tenggara Timur
(NTT) yaitu Kab. Kupang, Kab. Ngada, Kab. Sumba Barat dan Kab. Manggarai serta
4) Sulawesi Selatan (Sulsel) yaitu Kab. Jeneponto, Kab. Pangkep dan Kab.
Takalar. Jika ditinjau dari kondisi iklimnya, NTT merupakan salah satu daerah
paling potensial namun demikian daerah ini masih minim dalam infrastruktur.
Kondisi Iklim di Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah sebagai berikut: Suhu
udara rata-rata ± 27°C, tertinggi 36°C dan terendah 16 °C Kelembaban tahunan
rata-rata 72%, maksimum 74% dan terendah 70%. Kecepatan angin rata-rata: 4,9
m/detik, maksimum 28,1 m/detik serta angin bertiup south east (tenggara) –
north west (barat laut). Penguapan tahunan rata-rata: 2.073,6 mm dan penguapan
dimusim kemarau (April-Oktober) 1.313 mm (dibandingkan dengan Madura ± 650 mm
& Australia ± 1800 mm). Masa musim kemarau yang panjang: 6-8 bulan (di
Madura 4 – 6 bulan dan di Australia 10 bulan), Curah Hujan rata-rata: ± 1.030
mm (dibanding dengan Madura ± 1.260 mm dan Australia ± 200 mm)
PROSES DASAR PEMBUATAN GARAM
.Teknologi Dan Proses Pembuatan Garam Konsumsi
Bahan baku pada pembuatan garam terutama adalah air laut,
diperlukan teknik-teknik khusus agar mineral-mineral yang kurang dikehendaki
dapat dipisahkan. Mineral yang cukup banyak di dalam garam yang berasal dari
air laut adalah Natrium, Magnesium, Kalsium, Klorida dan Sulfat. Apabila
Kalsium dan Magnesium dapat dipisahkan, maka Sulfat-nya juga akan terikut
sehingga diharapkan garam yang dihasilkan mengandung kadar NaCl > 95%.
Untuk proses pembuatan garam dibutuhkan lahan yang dekat dengan
laut, mempunyai porositas tanah rendah atau tanahnya tidak berpasir. Sumber air
laut yang digunakan harus bersih/tidak terkontaminasi dengan air limbah kota.
Selain itu topografi dan sifat fisik tanah serta iklim sangat berpengaruh pada
proses pembuatan garam evaporasi.
Lahan untuk garam dibuat berpetak-petak untuk memisahkan bahan
garam yang kualitasnya rendah dengan kualitas yang lebih baik. Selain itu,
dibutuhkan bahan kimia pembantu atau dengan treatment biologi (budidaya
Artemia) agar material yang kurang diinginkan dapat dipisahkan. Namun yang
paling baik adalah dengan menggunakan Peminian dan penggabungan dengan budidaya
Artemia agar garam-garam Kalsium dan Magnesium dapat terendapkan sehingga
menghasilkan garam yang mengandung kadar NaCl
>95% serta ada hasil sampingan berupa sista dan biomassa Artemia.
Teknologi pembuatan garam yang umum dilakukan adalah dengan metode penguapan
air laut/evaporasi dengan tenaga surya
(Gambar 11). Cara lain adalah dengan metode penguapan air laut/brine/air garam
dengan bahan bakar, elektrodialisis (ion exchange membrane) dan dengan metode
penambangan garam dari batuan garam (rock salt).
.Konstruksi Tambak Garam
Ada dua macam konstruksi penggaraman yang dipakai di Indonesia: Konstruksi tangga (getrapte)
Yaitu konstruksi yang terancang khusus dan teratur dimana suatu
petak penggaraman merupakan suatu unit penggaraman yang komplit, terdiri dari
peminihan-peminihan dan meja-meja garam
dengan konstruksi tangga, sehingga aliran air berjalan secara
alamiah (gravitasi).
Konstruksi komplek
meja (tafel complex)
Yaitu konstruksi penggaraman dimana suatu kompleks (kelompokkelompok) penggaraman yang luas yang
letaknya tidak teratur (alamiah) dijadikan suatu kelompok peminihan secara
kolektif, yang kemudian air pekat (air tua) yang dihasilkan dialirkan ke suatu
meja untuk kristalisasi.
0 comments:
Post a Comment