Latar
belakang
Pemanfaatan
sumberdaya ikan pelagis mempunyai pengaruh terhadap perekonomian masyarakat
perikanan. Diperlukan metode penangkapan maupun metode penentuan fishing ground
dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis secara optimal. Ikan
tongkol (Euthynnus sp.) sebagai salah satu ikan pelagis kecil memiliki pola
gerakan dan sebaran yang dapat diprediksikan dari berbagai indikator penduga,
salah satunya adalah klorofil-a.
Ikan
tongkol (Euthynnus sp.) adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu
komoditas utama ekspor Indonesia. Akibat pengelolaan yang kurang baik di
beberapa perairan Indonesia, terutama disebabkan minimnya informasi waktu musim
tangkap, daerah penangkapan ikan, disamping kendala teknologi tangkapnya itu sendiri,
tingkat pemanfaat sumberdaya ikan menjadi sangat rendah.
Permasalahan
yang timbul adalah dari lima tahun terakhir produksi ikan tongkol (Euthynnus
sp.), 1 tahun terakhir mengalami penurunan (tahun 20110. Persebaran ikan
tongkol (Euthynnus sp.) di perairan
Aspek
Biologi ikan Tongkol
Ikan
tongkol terklasifikasi dalam ordo Goboioida, family Scombridae, genus Auxis,
spesies Auxis thazard. Ikan tongkol masih tergolong pada ikan Scombridae,
bentuk tubuh seperti betuto, dengan kulit yang licin . Sirip dada melengkung,
ujungnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan tongkol merupakan perenang
yang tercepat diantara ikan-ikan laut yang berangka tulang. Sirip-sirip
punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh,
sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga
dapat memperkecil daya gesekan dari air pada waktu ikan tersebut berenang
cepat. Dan dibelakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip-sirip
tambahan yang kecil-kecil yang disebut finlet (Nainggolan E, 2009).
Ikan
tongkol dapat mencapai ukuran panjang 60 65 cm dengan berat 1.720 gr pada umur
5 tahun. Panjang pertama kali matang gonad ialah 29 30 cm. Ikan tongkol temasuk
ikan pelagis yang hidup pada kedalaman hingga 50 m di daerah tropis dengan
kisaran suhu 27 28oC. Ikan tongkol merupakan jenis ikan migratory yang tersebar
disekitar perairan samudera atlantik, hindia dan pasifik..
Ikan
tongkol memiliki 10 12 jari-jari sirip punggung, 10 13 jari-jari halus sirip
punggung, 10 14 jari-jari halus sirip dubur, dengan warna punggung kebiru-biruan,
ungu tua bahkan berwarna hitam pada bagian kepala. Sebuah pola 15 garis-garis
halus, miring hampir horisontal, garis bergelombang gelap di daerah scaleless
diatas gurat sisi (linea lateralis). Bagian bawah agak putih (cerah). Dada dan
sirip perut ungu, sisi bagian dalam mereka hitam. Badan kuat, memanjang dan
bulat. Gigi kecil dan berbentuk kerucut, dalam rangkaian tunggal. Sirip dada
pendek, tapi mencapai garis vertikal melewati batas anterior dari daerah
scaleless atas corselet. Sebuah flap tunggal besar (proses interpelvic) antara
sirip perut. Tubuh telanjang kecuali untuk corselet, yang dikembangkan dengan
baik dan sempit di bagian posterior (tidak lebih dari 5 skala yang luas di
bawah asal-sirip punggung kedua). Sebuah keel pusat yang kuat pada setiap sisi
dasar sirip ekor-kecil antara 2 keel.
Klasifikasi
Ikan Tongkol.
Phylum : Chordata
Sub
phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub
class : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub
ordo : Scromboidea
Family : Scromboidae
Genus
: Auxis
Species : Auxis thazard
Bersifat
epipelagic di perairan neretik dan samudra. Makanannya berupa ikan kecil,
cumi-cumi, krustasea planktonik (megalops), dan larva stomatopod. Karena
kelimpahan mereka, mereka dianggap sebagai elemen penting dari rantai makanan,
khususnya sebagai hijauan untuk spesies lain bagi kepentingan komersial.
Diincar oleh ikan yang lebih besar, termasuk tuna lainnya. Dipasarkan segar dan
beku juga digunakan kering atau asin, asap, dan kaleng. (Bussines Center 2010).
Adapun
jenis alat tangkap tersebut antara lain :
1.
Payang
Menurut
Monintja (1991), jaring pada payang terdiri atas kantong, dua buah sayap, dua
tali ris, tali selembar, serta pelampung dan pemberat. Kantong merupakan satu
kesatuan yang berbentuk kerucut terpancung, semakin ke arah ujung kantong
jumlah mata jaring semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya semakin kecil.
Ikan hasil tangkapan akan berkumpul di bagian kantong ini, semakin kecil ukuran
mata jaaringmaka semakin kecil kemungkinan ikan meloloskan diri..
Keterangan:
1.
Tali selembar kanan
2.
Tali selembar kiri
3.
Pelampung bulat
4.
Sayap kanan
5.
Sayap kiri
6.
Pemberat
7.
pelampung
8.
Buntut
9.
Tal iris atas
10.Tal
iris bawah
Sayap
merupakan lembaran jaring yang disatukan dan berfungsi sebagai penggiring dan
pengejut bagi ikan sehingga ikan mengarah ke mulut jaring. Sayap terdiri atas
sayap kiri dan sayap kanan, memiliki ukuran mata jaring yang lebih besar dari
bagian lainnya (Monintja, 1991).
Tali
ris ada dua bagian, yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Tali ris atas lebih
panjang dan tali ris bawah yang menyebabkan bibir jaring bagian atas lebih
menjorok ke dalam. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari ikan meloloskan diri
ke bagian bawah perairan. Tali ris berfungsi untuk merentangkan jaring dan
merupakan tempat tali pelampung (floats) dan pemberat (sinker). Tali selembar
adalah tali yang mengikat ujung sayap kiri dan kanan jaring, berfungsi
menghubungkan antara jaring dan kapal/perahu (Subani dan Barus, 1989).
Pelampung
dan pemberat berfungsi untuk membantu bukaan mulut jaring. Pelampung juga
berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaring sesuai dengan yang diinginkan dan
menjaga bukaan mulut jaring dari pengaruh angin dan arus saat dioperasikan.
Pemberat berfungsi agar bagian bawah jaring terendam sempurna sehingga
membentuk bukaan mulut jaring yang maksimal (Monintja, 1991).
2.
Pukat Cincin (Purse Seine)
Pukat
cincin atau jaring lingkar (purse seine) merupakan jenis jaring penangkap ikan
berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor
yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali
ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat
dikuncupkan sehingga gerombolan ikan
Pukat
cincin atau purse seine adalah sejenis jaring yang di bagian bawahnya dipasang
sejumlah cincin atau gelang besi. Dewasa ini tidak terlalu banyak dilakukan
penangkapan tuna menggunakan pukat cincin, kalau pun ada hanya berskala kecil.
Pukat cincin dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring terhadap gerombolan
ikan. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik purse
line di antara cincin-cincin yang ada, sehingga jaring akan membentuk seperti
mangkuk. Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan tidak dapat meloloskan diri.
Setelah
ikan berada di dalam mangkuk jaring, lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan
menggunakan serok atau penciduk. Pukat cincin dapat dioperasikan siang atau
malam hari. Pengoperasian pada siang hari sering menggunakan rumpon atau payaos
sebagai alat bantu pengumpul ikan. Sedangkan alat bantu pengumpul yang sering
digunakan di malam hari adalah lampu, umumnya menggunakan lampu petromaks.
Rumpon selain berfungsi sebagai alat pengumpul ikan juga berfungsi sebagai
penghambat pergerakan atau ruaya ikan, sehingga ikan akan berada lebih lama di
sekitar payaos. Rumpon dapat menjaga atau membantu cakalang tetap berada d
lokasi pemasangannya selama 340 hari.
3.
Jaring Insang
Jaring
insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi
panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi
dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali
ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat bawah
(srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat.
Tinggi
jaring insang permukaan 5 - 15 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang
atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5 - 10 meter dan
bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi jaring insang dasar 1 - 3
meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium. Bentuk gill net
tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah..
Pengoperasiannya
dipasang tegak lurus di dalam perairan dan menghadang arah gerakan ikan. Ikan
tertangkap dengan cara terjerat insangnya pada mata jaring atau dengan cara
terpuntal pada tubuh jaring. Satuan jaring insang menggunakan satuan pis jaring
(piece). Satu unit gill net terdiri dari beberapa pis jaring (SISKA, 2010).
Dilihat
dari cara pengoperasiannya, alat tangkap ini biasa dihanyutkan (drift
gill-net), dilabuh (set gill-net), dilingkarkan (encircling gill-net). Jaring
insang termasuk alat tangkap potensial terlebih setelah adanya Keppres 29/80
khususnya jaring insang dasar (bottom set gill-net) atau yang lebih dikenal
dengan nama Jaring klitik (Genisa. A. S, 1998).
a.
Jaring insang hanyut
Jaring
insang hanyut adalah jenis gill net yang berbentuk empat persegi panjang.
Jaring insang hanyut termasuk dalam klasifikasi jaring insang hanyut di
permukaan air (surface drift gill net) atau jaring insang hanyut di pertengahan
air (midwater drift gill net) dengan panjang tali ris bawah sama dengan atau
lebih kecil daripada panjang tali ris atas. Pengoperasiannya dipasang tegak
lurus dan dihanyutkan di dalam perairan mengikuti gerakan arus selama jangka
waktu tertentu, salah satu ujung unit gill net diikatkan pada perahu/kapal atau
kedua ujung gill net dihanyutkan di perairan. Pada perairan umum, jaring insang
hanyut digunakan
Hasil
tangkapan antara lain baung, kepiting, sepat siam, gabus, koan, lukas, mas,
mujair, botia, berukung, benteur, bilih, tawes, depik, hampal, jelawat, kendia,
lalawak, sili, nilem, parang, repang, salab, semah, seren, betutu, patin
jambal, tempe dan lempuk (SISKA, 2010).
b.
Jaring insang tetap
Jaring
insang tetap adalah jaring insang berbentuk empat persegi panjang. Jaring
insang tetap dapat dikategorikan dalam klasifikasi jaring insang tetap di dasar
air (bottom set gill net), jaring insang tetap di pertengahan air (midwater set
gill net) tergantung pada pemasangan gill net di dalam perairan. Tali ris bawah
sama dengan atau lebih panjang daripada tali ris atas. Pengoperasiannya
dipasang menetap di perairan dengan menggunakan pemberat selama jangka waktu
tertentu. Pada perairan umum, jaring insang hanyut digunakan di danau atau
waduk (SISKA, 2010).
Dalam
pengoperasiannya jaring ini bisa dilabuh (diset), lapisan tengah maupun dibawah
lapisan atas, tergantung dari panjang tali yang menghubungkan pelampung dengan
pemberat (jangkar). Jaring insang labuh ini sama dengan jaring klitik yaitu
jaring insang dasar menetap yang sasaran utama penangkapannya adalah udang dan
ikan-ikan dasar. Cara pengoperasian jaring insang labuh ini disamping didirikan
secara tegak lurus, dapat juga diatur sedemikian rupa yang seakan-akan menutup
permukaan dasar atsau dihamparan tepat di atas karang-karang (Genisa. A. S,
1998).
c.
Jaring Lingkar
Jaring
insang lingkar adalah jaring insang yang dalam pengoperasiannya dengan cara
melingkarkan ke sasaran tertentu yaitu kawanan ikan yang sebelumnya dikumpulkan
melalui alat bantu sinar lampu. Setelah kawanan ikan terkurung kemudian
dikejutkan dengan suara dengan cara memukul-mukul bagian perahu, karena
terkejut ikan-ikan tersebut akan bercerai-berai dan akhirnya tersangkut karena
melanggar mata jaring (Genisa. A. S, 1998).
0 comments:
Post a Comment