Wednesday, February 19, 2014

Merupakan Salah Satu Potensi Ikan Laut Berupa Ikan Manyung Yang harus Dijaga

February 19, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Potensi sumberdaya laut Indonesia diperkirakan mencapai 6.28 juta ton/th yang terbagi  atas  beberapa  jenis  ikan  yaitu  : pelagis  besar  1.08  juta  ton,  pelagis  kecil 3.24 juta ton, damersal 1.79 juta ton, udang 0.008  juta  ton,  cumi-cumi  0.003  juta  ton dan  ikan  karang  0.08  juta  ton  (Pet  dan Mous, 2002).
Salah satu potensi sumber daya laut yang  ada  di  wilayah  perairan  Indonesia ialah ikan Manyung  yang termasuk dalam suku Aridae dan merupakan salah satu ikan dasar (damersal)  yang hidup di air tawar, estuary dan laut. (Burhanuddin., Aji D, dan Santoso, 1987)
Sebagai ikan dasar, Aridae berukuran paling besar sehingga baik sekali sebagai ikan pangan potensi ikan ini cukup besar    pula, produksi tahun 2000 dari perairan Indonesia dilaporkan Departemen Kelautan  dan  Perikanan  (2001)  sebanyak 34.782 ton dengan nilai Rp. 12.483.739.000 dengan perincian bahwa perairan utara Jawa 50 mendominasi sebanyak 9.833 ton atau 20% dari seluruh tangkapan ikan ini. Suku Aridaea terdiri dari 8 marga yaitu Dolechthys, Arius, Ketengus, Hemipimelodus, Tetranesodon, Nedistoma, Batrachaocepalus dan Osteogeiosus, dari 8 marga Arius yang kaya jenis dan tergolong ikan  pangan  berukuran  besar  tercatat 60 jenis dalam marga Arius meskipun jumlahnya masih di ragukan sebayak itu.
Perairan Indonesia merupakan salah satu pusat sebaran utama di dunia memiliki 19 jenis (Weber dan Beaufort, 1913 dalam Burhanuddin,  et al., 1987) dan jumlah  ini belum merupakan jumlah yang pasti masih banyak perairan Indonesia yang belum di jamah oleh tangan ahli sitematika baik dari Indonesia       maupun dari    manca Negara diharapkan dari beberapa ekspedisi dapat mengungkap beberapa jenis yang besar kemungkinan     sebagai jenis yang baru maupun jenis       yang baru dicatat keberadaannya di perairan kita Wilayah perairan Selat     Madura Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bangkalan yang mampu dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam produksi perikanan yang berupa ikan Manyung. Tercatat bahwa wilayah ini telah menyumbangkan 32.23% dari  total  seluruh  potensi  ikan  Manyung yang ada di wilayah Kabupaten Bangkalan (Anonymous, 2003b).
Ikan Manyung hidup di perairan estuari dan laut. Kebanyakan ikan ini hidup di dua habitat, yaitu mula-mula di air tawar lalu beruaya ke perairan estuari untuk memijah. Ruaya ikan Manyung ini sampai ke laut lepas (Burhanuddin, et al.,1987). Penyebaran ikan manyung di Indonesia meliputi perairan laut barat Sumatera Selatan, Jawa, Selat Malaka, Timur Sumatera, Utara Jawa, Bali-Nusa Tenggara Timur, Selatan dan Barat Kalimantan, Selatan Sulawesi, Utara sulawesi, Maluku dan Irian. Daerah penyebaran di dunia meliputi Thailand dan pantai Laut Cina Selatan, serta Australia Utara dan Australia Barat Laut (Kailola, 1980)
Deskripsi ikan manyung :
Ordo : Ostariophsyi, Famili : Ariidae, genus : Arius. Dapat dikelompokan sebagai ikan demersal besar. Bentuk badan memanjang, kepala picak (gepeng), bersungut tiga pasang (dua pasang pada rahang bawah dan satu pasang pada rahang atas). Perisai kepala beralur dan berbintik.
Ciri khusus dari ikan ini adalah adanya adipose fin, yaitu sirip tambahan berupa lemak yang terletak dibelakang sirip dorsal dan tidak berhubungan. Sirip punggung, dada, dan dubur masing-masing berjari keras satu dan mengandung bisa. Sirip lengkap yaitu sirip dorsal, ventral, pektoral, anal, dan kaudal. Mulut tidak dapat disembulkan dengan posisi mulut terminal. Linea literalis lengkap berada di permukaan kulit, karena tidak mempunyai sisik dan berada di atas sirip pektoral (Burhanuddin, et al.,1987). Warna merah sawo atau merah sawo keabuan bagian atas, putih merah maya-maya bagian bawah. Sisip-siripnya (punggung, dubur) ujungnya gelap. Ukuran : Jenis ikan ini dapat berukuran besar. Umumnya tertangkap pada ukuran 25-70 cm dan dapat mencapai panjang 150 cm. Berat ikan Manyung berkisar antara 190-4500 gram pada panjang 19,5 - 58 cm, dan 553-5000 gram pada panjang 28-60 cm (Burhanuddin, et al.,1987).
Tingginya tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan Manyung serta tingginya tekanan   terhadap   habitat   ikan   Manyung telah mengakibatkan berbagai dampak kerusakan lingkungan. Penggunaan alat tangkap  yang tidak ramah lingkungan  dan pencemaran   lingkungan   laut   merupakan salah  satu  bentuk  tindakan  yang  nantinya dapat merusak dan menurunkan habitat dari ikan Manyung.
Mengingat bahwa ikan Manyung merupakan salah satu biota yang mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga perlu dijaga kelestariannya, salah satu tindakan      yang dapat  dilakukan untuk menjaga kelestarian  habitat ikan Manyung ialah     dengan ekploitasi yang rasional, sebagai salah satu acuan dalam pengelolaan habitat maka             diperlukan pengkajian terhadap  aspek biologis ikan Manyung  itu sendiri.
Pendugaan parameter biologi merupakan salah satu aspek   untuk menunjang beberapa pengkajian terhadap pengusahaan sumberdaya ikan Manyung, sehingga diperlukan penelitian mengenai aspek bologis yang meliputi : panjang berat, sex  ratio  dan  tingkat  kematangan  gonad yang merupakan salah satu indikator atau petunjuk yang nantinya dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam pengelolaan habitat        dan perencanaan sumberdaya perairan, mengingat selama ini masih sangat sedikit    penelitian yang dilakukan oleh beberapa pihak terhadap objek berupa ikan Manyung.
Nelayan Indonesia sebagian besar adalah nelayan tradisional atau nelayan kecil, dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Akses mereka terhadap perkembangan iptek masih relatif terbatas, baik karena kemampuan mereka atau sarana dan prasarana yang ada. Untuk itu perlu aktualisasi pengenalan waktu tradisional dengan menggunakan perhitungan pranata mangsa sebagai salah satu kearifan lokal yang telah ada sejak zaman nenek moyang, dan terbukti dapat digunakan sebagai pedoman oleh masyarakat dalam berusaha maupun beraktivitas.
Musim dan Produksi Ikan
Musim ikan beragam antar lokasi fishing ground dan antar jenis ikan, meskipun secara umum relatif mirip. Musim ikan diindikasikan dengan keberhasilan nelayan dalam menangkap ikan sangat tinggi, sehingga pada saat terjadi musim ikan  maka ikan hasil tangkapan yang didaratkan nelayan di TPI lebih tinggi dibandingkan diluar musim ikan.  Berdasarkan informasi nelayan yang melakukan penangkapan ikan Samudera Hindia Selatan Kabupaten Bantul diketahui bahwa sebagian besar ikan tertangkap pada satu musim saja, yaitu musim barat atau timur.  Lama musim ikan berlangsung antara 4-7 bulan, kecuali penangkapan ikan sekitar rumpon tidak mengenal musim dan dapat dilakukan sepanjang tahun (Tabel  3.1).  Meskipun penangkapan ikan di daerah rumpon bisa dilakukan sepanjang tahun, namun hasil tangkapan yang tinggi terjadi pada musim angin timur (Juli-Desember) atau mangsa kasa-kanem.  Sebagian besar ikan yang didaratkan diperairan Bantul tertangkap pada musim angin barat (Agustus-Februari) atau mangsa kasa-kapitu, kemudian musim timur (April-Agustus) atau mangsa desta-karo dan beberapa jenis tangkapan non ikan, misalnya udang, keong macan dan rajungan  mengalami musim relatif singkat pada bulan Desember sampai Februari (2-3 bulan).
Durasi penangkapan ikan pada musim angin timur  berlangsung lebih singkat (April-Agustus) daripada musim barat yang terjadi antara Agustus-Februari.  Ikan kelompok ekonomis penting umumnya tertangkap antara pertengahan angin musim timur hingga musim barat dengan menggunakan alat  tangkap yang dioperasikan pada permukaan dan kolom perairan, misalnya pancing rawai, pancing tonda, hand line,  jaring tongkol, jaring tengiri.  Nelayan Bantul umumnya menggunakan perahu dan alat bantu penangkapan ikan yang dioperasikan pada jalur I. Penggunaan alat tangkap ikan tergantung jenis ikan yang lagi musim, sehingga nelayan memiliki beberapa jenis alat tangkap ikan lain untuk mengantisipasi datangnya musim ikan yang tidak pasti, misalnya jaring dan pancing, yang dioperasikan dengan memilih sasaran ikan yang dapat menghasilkan keuntungan tinggi.

0 comments:

Post a Comment