Potensi sumberdaya laut
Indonesia diperkirakan mencapai 6.28 juta ton/th yang terbagi atas
beberapa jenis ikan
yaitu : pelagis besar
1.08 juta ton,
pelagis kecil 3.24 juta ton,
damersal 1.79 juta ton, udang 0.008
juta ton, cumi-cumi
0.003 juta ton dan
ikan karang 0.08
juta ton (Pet
dan Mous, 2002).
Salah satu potensi
sumber daya laut yang ada di
wilayah perairan Indonesia ialah ikan Manyung yang termasuk dalam suku Aridae dan merupakan
salah satu ikan dasar (damersal) yang hidup
di air tawar, estuary dan laut. (Burhanuddin., Aji D, dan Santoso, 1987)
Sebagai ikan dasar, Aridae
berukuran paling besar sehingga baik sekali sebagai ikan pangan potensi ikan
ini cukup besar pula, produksi tahun 2000 dari perairan Indonesia dilaporkan Departemen Kelautan dan
Perikanan (2001) sebanyak 34.782 ton dengan nilai Rp.
12.483.739.000 dengan perincian bahwa perairan utara Jawa 50 mendominasi
sebanyak 9.833 ton atau 20% dari seluruh tangkapan ikan ini. Suku Aridaea terdiri
dari 8 marga yaitu Dolechthys, Arius, Ketengus,
Hemipimelodus, Tetranesodon, Nedistoma, Batrachaocepalus dan Osteogeiosus, dari
8 marga Arius yang kaya jenis dan tergolong ikan pangan
berukuran besar tercatat 60
jenis dalam marga Arius meskipun jumlahnya masih di ragukan sebayak itu.
Perairan Indonesia
merupakan salah satu pusat sebaran utama di dunia memiliki 19 jenis (Weber dan
Beaufort, 1913 dalam Burhanuddin, et
al., 1987) dan jumlah ini belum merupakan
jumlah yang pasti masih banyak perairan Indonesia yang belum di jamah oleh
tangan ahli sitematika baik dari Indonesia maupun
dari manca Negara diharapkan dari beberapa ekspedisi dapat mengungkap beberapa
jenis yang besar kemungkinan sebagai jenis
yang baru maupun jenis yang baru dicatat
keberadaannya di perairan kita Wilayah perairan Selat Madura Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu wilayah di
Kabupaten Bangkalan yang mampu dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam
produksi perikanan yang berupa ikan Manyung. Tercatat bahwa wilayah ini telah
menyumbangkan 32.23% dari total seluruh
potensi ikan Manyung yang ada di wilayah Kabupaten
Bangkalan (Anonymous, 2003b).
Ikan Manyung hidup di
perairan estuari dan laut. Kebanyakan ikan ini hidup di dua habitat, yaitu
mula-mula di air tawar lalu beruaya ke perairan estuari untuk memijah. Ruaya
ikan Manyung ini sampai ke laut lepas (Burhanuddin, et al.,1987). Penyebaran
ikan manyung di Indonesia meliputi perairan laut barat Sumatera Selatan, Jawa,
Selat Malaka, Timur Sumatera, Utara Jawa, Bali-Nusa Tenggara Timur, Selatan dan
Barat Kalimantan, Selatan Sulawesi, Utara sulawesi, Maluku dan Irian. Daerah
penyebaran di dunia meliputi Thailand dan pantai Laut Cina Selatan, serta
Australia Utara dan Australia Barat Laut (Kailola, 1980)
Deskripsi ikan manyung
:
Ordo : Ostariophsyi,
Famili : Ariidae, genus : Arius. Dapat dikelompokan sebagai ikan demersal
besar. Bentuk badan memanjang, kepala picak (gepeng), bersungut tiga pasang
(dua pasang pada rahang bawah dan satu pasang pada rahang atas). Perisai kepala
beralur dan berbintik.
Ciri khusus dari ikan
ini adalah adanya adipose fin, yaitu sirip tambahan berupa lemak yang terletak
dibelakang sirip dorsal dan tidak berhubungan. Sirip punggung, dada, dan dubur
masing-masing berjari keras satu dan mengandung bisa. Sirip lengkap yaitu sirip
dorsal, ventral, pektoral, anal, dan kaudal. Mulut tidak dapat disembulkan
dengan posisi mulut terminal. Linea literalis lengkap berada di permukaan
kulit, karena tidak mempunyai sisik dan berada di atas sirip pektoral
(Burhanuddin, et al.,1987). Warna merah sawo atau merah sawo keabuan bagian
atas, putih merah maya-maya bagian bawah. Sisip-siripnya (punggung, dubur)
ujungnya gelap. Ukuran : Jenis ikan ini dapat berukuran besar. Umumnya
tertangkap pada ukuran 25-70 cm dan dapat mencapai panjang 150 cm. Berat ikan
Manyung berkisar antara 190-4500 gram pada panjang 19,5 - 58 cm, dan 553-5000
gram pada panjang 28-60 cm (Burhanuddin, et al.,1987).
Tingginya tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan Manyung serta tingginya tekanan terhadap
habitat ikan Manyung telah mengakibatkan berbagai dampak kerusakan lingkungan. Penggunaan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan dan pencemaran lingkungan
laut merupakan salah satu
bentuk tindakan yang
nantinya dapat merusak dan menurunkan habitat dari ikan Manyung.
Mengingat bahwa ikan
Manyung merupakan salah satu biota yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
sehingga perlu dijaga kelestariannya, salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian habitat ikan Manyung ialah dengan ekploitasi yang rasional, sebagai
salah satu acuan dalam pengelolaan habitat maka diperlukan pengkajian terhadap aspek biologis ikan Manyung itu sendiri.
Pendugaan parameter biologi merupakan salah satu aspek untuk
menunjang beberapa pengkajian terhadap pengusahaan sumberdaya ikan Manyung,
sehingga diperlukan penelitian mengenai aspek bologis yang meliputi : panjang
berat, sex ratio dan
tingkat kematangan gonad yang merupakan salah satu indikator
atau petunjuk yang nantinya dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam
pengelolaan habitat dan perencanaan
sumberdaya perairan, mengingat selama ini masih sangat sedikit penelitian yang dilakukan oleh beberapa pihak
terhadap objek berupa ikan Manyung.
Nelayan Indonesia
sebagian besar adalah nelayan tradisional atau nelayan kecil, dengan tingkat
pendidikan yang relatif masih rendah. Akses mereka terhadap perkembangan iptek
masih relatif terbatas, baik karena kemampuan mereka atau sarana dan prasarana
yang ada. Untuk itu perlu aktualisasi pengenalan waktu tradisional dengan
menggunakan perhitungan pranata mangsa sebagai salah satu kearifan lokal yang
telah ada sejak zaman nenek moyang, dan terbukti dapat digunakan sebagai
pedoman oleh masyarakat dalam berusaha maupun beraktivitas.
Musim dan Produksi Ikan
Musim ikan beragam
antar lokasi fishing ground dan antar jenis ikan, meskipun secara umum relatif
mirip. Musim ikan diindikasikan dengan keberhasilan nelayan dalam menangkap
ikan sangat tinggi, sehingga pada saat terjadi musim ikan maka ikan hasil tangkapan yang didaratkan
nelayan di TPI lebih tinggi dibandingkan diluar musim ikan. Berdasarkan informasi nelayan yang melakukan
penangkapan ikan Samudera Hindia Selatan Kabupaten Bantul diketahui bahwa
sebagian besar ikan tertangkap pada satu musim saja, yaitu musim barat atau
timur. Lama musim ikan berlangsung
antara 4-7 bulan, kecuali penangkapan ikan sekitar rumpon tidak mengenal musim
dan dapat dilakukan sepanjang tahun (Tabel
3.1). Meskipun penangkapan ikan
di daerah rumpon bisa dilakukan sepanjang tahun, namun hasil tangkapan yang
tinggi terjadi pada musim angin timur (Juli-Desember) atau mangsa
kasa-kanem. Sebagian besar ikan yang
didaratkan diperairan Bantul tertangkap pada musim angin barat
(Agustus-Februari) atau mangsa kasa-kapitu, kemudian musim timur
(April-Agustus) atau mangsa desta-karo dan beberapa jenis tangkapan non ikan,
misalnya udang, keong macan dan rajungan
mengalami musim relatif singkat pada bulan Desember sampai Februari (2-3
bulan).
Durasi penangkapan ikan
pada musim angin timur berlangsung lebih
singkat (April-Agustus) daripada musim barat yang terjadi antara
Agustus-Februari. Ikan kelompok ekonomis
penting umumnya tertangkap antara pertengahan angin musim timur hingga musim
barat dengan menggunakan alat tangkap
yang dioperasikan pada permukaan dan kolom perairan, misalnya pancing rawai,
pancing tonda, hand line, jaring
tongkol, jaring tengiri. Nelayan Bantul
umumnya menggunakan perahu dan alat bantu penangkapan ikan yang dioperasikan
pada jalur I. Penggunaan alat tangkap ikan tergantung jenis ikan yang lagi
musim, sehingga nelayan memiliki beberapa jenis alat tangkap ikan lain untuk
mengantisipasi datangnya musim ikan yang tidak pasti, misalnya jaring dan
pancing, yang dioperasikan dengan memilih sasaran ikan yang dapat menghasilkan
keuntungan tinggi.
0 comments:
Post a Comment