PENDAHULUAN
Teripang
atau juga disebut suaal, merupakan salah satu jenis komoditi laut yang bernilai
ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik dipasaran domestik maupun
internasional. Budidaya teripang telah lama dilakukan oleh masyarakat kita
khususnya di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara (Kolaka), Lampung dan
Riau, benih yang dibudidayakan masih berasal dari alam.
Dengan
semakin banyaknya permintaan akan teripang, maka benih sebagai sumber produksi
akan sulit dipenuhi dari alam serta penyediaannya tidak dapat kontinyu.
Upaya
dalam mengatasi penyediaan benih adalah dengan usaha memijahkan teripang
sehingga kebutuhan akan benih dapat tercukupi.
Pada
tahun 1992 Balai Budidaya Laut Lampung telah berhasil melaksanakan pemijahan
teripang putih (Holothuria scabra). Teripang terdiri dari 5 jenis teripang
putih (Holothuria scabrai) merupakan jenis yang bernilai komersial.
2. METODA PEMBENIHAN TERIPANG
1)
Sarana Pembenihan
Sarana
yang diperlukan untuk pembenihan teripang terdiri dari beberapa buah bak
sebagai tempat penampungan induk pemeliharaan larva, kultur larva dan kultur
plankton. Bak-bak ini sebaiknya dibuat dengan beton, namun demikian dapat pula
dibuat dari kayu yang dilapisi plastik. Beberapa sarana lain yang diperlukan
adalah sebagai berikut.
a. Saringan pasir untuk menyaring air laut
agar betul-betul bersih.
b. Bak penampungan air yang dilengakapi
dengan saringan pasir. Ukuran bak disesuaikan dengan kebutuhan air laut untuk
penggantian air pada seluruh unit pembenihan. Penempatan bak diatur supaya
gravitasi bisa menyalurkan air dari satu bak ke bak lainnya.
c. Pipa penyalur air yang dilengkapi
dengan beberapa saringan berbagai ukuran 1,5 - 2 mikron.
d. Bak penampungan induk dengan kapasitas
1,5 ton air berjumlah 2 atau 3 buah dengan kedalaman sekitar 50 cm.
e. Bak pemliharaan larva berjumlah 10 - 15
buah dengan ukuran (1 x 2 x 0,5)m3.
f. Bak pemeliharaan juvenil berjumlah 8 -
10 buah dengan ukuran (2 x 4 x 0,6)m3.
g. Bak plankton berjumlah 3 - 5 buah
dengan ukuran ( 2 x 4 x 0,75)m3.
2)
Pemeliharaan dan Seleksi Induk
Induk
teripang yang akan digunakan biasanya diperoleh dari tangkapan alam.
Pengumpulan calon induk teripang dari laut dapat dilakukan dengan penyelaman
pada siang hari. Apabila dilakukan pada malam hari, harus dibantu dengan alat
penerang berupa obor atau lampu patromak. Dengan cara ini, induk teripang dapat
diambil langsung dengan tangan. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang
dapat diambil dari atas perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua
yang tumpul.
Gambar
1. Skema Hatchery (Panti Benih)
Keterangan
gambar 1:
A. Saringan pasir
B. Bak penampungan air (volume 1 ton).
C.Pipa
penyuplai air.
D.Saringan
bertingkat.
E. Bak induk (volume 3 ton).
F. Bak pemijahan (volume 1,5 ton).
G.Bak
pemeliharaan larva.
H.Bak
pemeliharaan juvenil.
I.
Bak plankton.
Gambar
2. Alat Penangkap Induk Teripang
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih induk teripang yang baik adalah:
a. Tubuh tidak cacat.
b. Ukuran besar dengan berat 400 gr dan
panjang tubuh minimal 20 cm.
c. Berkulit tebal.
Umumnya
berat tubuh teripang berpengaruh langsung atau berkolerasi terhadap berat gonad
dan indeks kematangan gonad serta fekunditas. Pengangkutan induk dari tempat
pengumpulan dapat dilakukan dengan wadah, seperti ember plastik yang berisi air
laut atau langsung ditempatkan pada palka perahu. Untuk pengumpulan/pengankutan
calon induk pada siang hari sebaliknya wadah penampungan atau palka ditutup
rumput laut atau ilalang laut untuk menghindarkan calon induk dari sinar
matahari secara langsung. Pengangkutan induk dari tempat pengumpulan dapat
dilakukan dengan wadah, seperti ember plastik yang berisi air laut atau
langsung ditempatkan pada palka perahu.
Induk
yang telah di seleksi dipelihara dalam kurungan tancap di laut atau di kolam
air laut atau langsung dipelihara di dalam bak induk dengan kepadatan 5 - 10
ekor/m2. Bak induk umumnya terbuat dari beton berbentuk empat persegi panjang
dan berkapasitas 1,5 - 2 ton air.
Khusus
untuk pemeliharaan di kolam air laut, kedalaman diusahakan antara 75 - 100 cm, selain itu diusahakan selalu ada
penggantian air agar stabilitas suhu dan
salinitas tetap terjaga. Persediaan pakan juga harus terjamin dan perlu adanya
pakan tambahan.
Pakan
alami teripang dapat berupa plankton, detritus, sisa-sisa bahan organik atau
sisa-sisa endapan di dasar laut yang ada disekitar lingkungan kolam
pemeliharaan. Pakan tambahan berfungsi untuk menambah kesuburan perairan pada
umumnya berupa campuran kotoran hewan dan dedak halus dengan perbandingan 1 :
1. Pakan diberikan sebanyak 0,2 - 0,5 kg/m2/2 minggu dengan cara ditempatkan
dalam karung goni yang berlubang-lubang sehingga keluar sedikit demi sedikit.
Setiap satu kantong goni biasanya dapat diisi 10 - 15 kg pakan tambahan yang
dapat mencukupi luasan 30 - 50 kg pakan tambahan yang dapat mencukupi luasan 30
- 50 m2.
Berikut
ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan induk di bak
pemijahan adalah sebagai berikut:
a. Kualitas air tetap terjaga, bila perlu
dilakukan penggantian air setengah atau sepertiga dari volume, sehari dua kali,
pagi dan sore.
b. Kotoran yang ada di dalam bak harus
segera dibersihkan.
c. Pakan tambahan diberikan secukupnya
d. Kebiasaan atau kesukaan induk harus
dipantau secara kontinyu.
3)
Metoda Pemijahan
Pemijahan
teripang dapat dilakukan dengan beberapa cara; secara alami dengan pembedahan,
perangsangan dengan temperatur dan perangsangan dengan penyemprotan air.
a. Pemijahan alami
Setelah
mengalami matang gonad penuh, induk teripang yang dipelihara di bak pemijahan
biasanya akan memijah secara alami tanpa adanya rangsangan buatan. Pemijahan
akan terjadi pada malam hari antara pukul 22.00 - 23.00.
Induk
jantan akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu yang akan merangsang induk
betina untuk mengeluarkan telur. Kurun waktu pemijahan biasanya berlangsung
antara 20 - 60 menit. Setelah induk betina selesai bertelur, segera induk
dipindahkan ke tempat lain.
b. Pemijahan dengan Pembedahan
Metode
pembedahan dapat dilakukan dengan cara menggunting bagian bawah teripang mulai
dari anus hingga kedepan. Dalam pembelahan gonad ini apabila didapatkan kantong
telur, berarti teripang tersebut jantan. Gonad jantan (tesis) juga dipotong
menjadi beberapa bagian sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam wadah
lain yang berisi air laut. Kemudian secara pelan-pelan wadah yang berisi sperma
dituangkan kedalam wadah yang berisi telur sambil diaduk secara perlahan, lalu
didiamkan. Sehingga terjaddi pembuahan. Telur yang terbuahi akan mengendap
didasar bak selanjutnya dipanen dengan saringan dan dipindahkan ketempat
pemeliharaan larva.
c. Perangsangan dengan Temperatur
Prinsip
pemijahan dengan perangsangan temperatur ini adalah mengupayakan agar
temperatur air naik 3 - 5 0C dari temperatur air asal, dalam waktu selama + 30
- 60 menit suhu air dinaikkan dengan cara penambahan air panas atau
menggunakan alat pemanas (heater) atau
dijemur terik matahari.
Induk
teripang ditempatkan didalam keranjang plastik yang diletakkan beberapa
sentimeter di bawah permukaan air. Perlakuan ini dilakukan pada siang hari.
Pada sore harinya induk dimasukkan ke bak pemijahan dan selanjutnya induk
teripang akan memperlihatkan perilaku pemijahan yang ditandai dengan tubuh
menggeliat dan muncul dipermukaan sambil bertumpu di dinding bak.
Induk
jantan akan mengeluarkan sperma yang berwarna putih dan terlihat seperti asap
di dalam air, selanga waktu setengah hingga dua jam berikutnya induk betina
akan mengeluarkan telurnya.
Cara
ini memberikan hasil lebih baik yakni denga tingkat penetasan mencapai 90 -
95%.
d. Perangsangan dengan Penyemprotan Air
Setelah
induk dipelihara selama 2 - 4 hari pada bak pemeliharaan, maka induk diberikan
perlakuan pada sore hari biasanya dimulai pada pukul 1700. Pertama-tama induk
teripang yang akan dipijahkan dikeluarkan dari bak dan diletakkan ditempat yang
kering selama 0,5 - 1 jam.
Semprotan
air laut yang bertekanan tinggi selama 5 - 10 menit, lalu induk dimasukkan
kembali kedalam bak pemijahan. Sekitar 1,5 - 2 jam kemudian induk akan mulai
menggerakkan badannya ke dinding. Biasanya induk jantan akan memijah yang
kemudian disusul induk-induk betina 30 menit kemudian. Prosentase keberhasilan
cara ini mencapai 95 - 100%.
e. Pemeliharaan Larva
Telur-telur
teripang berbentuk bulat berwarna putih bening berukuran 177 mikron, setelah
fertilisasi telur-telur ini mengalami pembelahan sel menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel hingga multi sel.
Gambar
3. Perkembangan Embrio dan Larva
Teripang
Keterangan
gambar 3:
1. Pembelahan.
2. Pembelahan dari 8 sel dan 16 sel.
3. Banyak sel.
4. Tingkat blastula.
5. Tingkat grastula.
6. Auricularia.
7. Doliolaria.
8. Pentacula.
Ukuran
rata-rata sel tersebut sekitar 194 mikron, selang 10 - 12 jam kemudian akan
membentuk stadium gastrula yang berukuran antara 390,50 - 402, 35 mikron. Setelah lebih dari 32 jam,
telur akan menetas menjadi larva dan membentuk stadium auricularia yang terbagi
menjadi stadium awal, tengah dan akhir.
Ukuran
larva teripang pada stadium ini rata-rata antara 812,50 - 987,10 mikron. Pada
stadium ini larva mulai diberi plankton jenis Dunaliella sp, Phaeodactylum sp,
dan Chaeoceros sp sebanyak 40 - 60 x 103.
Selama
stadium auricularia awal sampai menjelang stadium akhir, larva lebih banyak
hidup dipermukaan air. Kepadatan larva yang dikehendaki selama stadium ini
kira-kira 300 - 700 ekor per liter. Jika kepadatan terlalu tinggi, larva akan
bergerombol menjadi satu, berbentuk bola, dan berada di dasar bak. Bila
dibiarkan, larva ini akan mati. Sepuluh hari kemudian, larva berkembang
membentuk stadium doliolaria. Pada stadium ini larva berbentuk lup, mempunyai
sabuk dan dua tantakel yang menjulur ke luar. Larva dengan ukuran antara 614,78
- 645,70 mikron ini dapat bergerak cepat ke depan. Badan bagian belakang
berbentuk cincin datar. Pada setiap sudut terdapat lima kelompok cilia (bulu
getar). Stadium auricularlia dan doliolaria bersifat planktonis.
Selang
tiga belas hari kemudian doliolaria berubah ke stadium pentaculata. Larva
berwarna coklat kekuningan dengan panjang antara 1000 - 1200 mikron. Badan berbentuk tubuler dengan
lima buah tentakel pada pangkal bagian depan dan sebuah kaki tabung pendek pada
pangkal belakang, kurang lebih delapan belas hari, kaki tabung dan tentakel
terlihat lebih jelas dan dapat bintil-bintil dipermukaan kulitnya.
Larva
pada stadium pentacula mempunyai kebiasaan berada di pinggiran bak bagian bawah
dan sedikit menyukai di bawah permukaan air. Selintas selama pemeliharaan
diusahakan antara 32 - 34 per mil dan suhu antara 27 - 290C. Segera setelah
larva berada di dasar laut, diberi makanan berupa suspensi rumput laut jenis
Sargassum dn Ulva.
4)
Pemeliharaan Tingkat Juvenil
Saat
mencapai tingkat doliolaria atau umur 10 - 12 hari dengan ukuran panjang tubuh
4 - 5 mm, maka tempatkan kolektor (tempat untuk menempel) yang berbentuk
kisi-kisi miring terbuat dari screen net 250 mikron atau plastik berukuran 60 x
60 x 70 cm, berfungsi sebagai tempat perlekatan.
Sebaiknya
kolektor yang dipasang telah ditempeli diatome (lumut) sehingga pada saat
juvenil menempel, pakan yang dibutuhkan telah tersedia. Lima belas hari setelah
menempel pada kolektor, juvenil dapat dilihat dengan mata dan dihitung.
Kepadatan yang baik antara 5 - 10 ekor tiap kolektro, atau kepadatan optimum
dalam satu bak pemeliharaan adalah 200 - 500 ekor/m2. Cara ini dilakukan terus
menerus sampai benih tersebut berusia 1,5 - 2 bulan. Pada saat tersebut ukuran
benih teripang telah mencapai ukuran antara 1,5 - 2 cm.
3. SUMBER
Booklet
Jenis-Jenis Komoditi Laut Ekonomis Penting pada Usaha Pembenihan, Direktorat
Bina Pembenihan, Dirjen Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1996
0 comments:
Post a Comment