Friday, September 14, 2012

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS

September 14, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Udang vannamei (Litopnaeus vannamei) merupakan organisme akuatik asli pantai pasifik Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Udang vannamei memiliki nama umum pacific white shrimp, camaron blanco, dan longostino. Udang vanamei dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi. Udang vanamei menyukai dasar yang berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari permukaan laut. Spesies ini memiliki karapas yang bening sehingga warna pada ovary dapat terlihat.
Udang termasuk salah komoditas ekspor yang terbesar. Total ekspor udang Indonesia tahun 2007 mencapai 125.598 ton. Berdasarkan data pemerintah kapasitas produksi udang jenis vannamei dalam negeri mencapai 270 ton per tahun. Potensi udang ekspor di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Komoditi tersebut diekspor dalam bentuk udang beku dan menghasilkan limbah berupa kepala, kaki dan kulit dalam jumlah yang cukup besar (36-47%) dari keseluruhan produk. Udang memiliki karakteristik yang sama seperti komoditas hasil perikanan lainnya, yaitu mudah rusak (perishable). Ada beberapa macam bentuk olahan udang khususnya pada udang vannamei antara lain udang beku, udang beku datar, udang kering dan frozen. Di Indonesia saat ini ada sekitar 170 pengolahan udang dengan kapasitas produksi terpasang sekitar 500.000 ton per tahun.
Dari proses pembekuan udang (cold storage) dalam bentuk udang beku headless atau peeled untuk ekspor, 60-70 % dari berat udang jadi limbah (bagian kulit dan kepala). Hasil praktikum didapat rendemen pada kepala sebesar 29%, daging sebesar 58%, dan pada kulit sebesar 13%. Sedangkan pada ukuran rata-rata tiap bagian-bagian udang didapatkan berat total rata-rata sebesar 15 gr, tanpa kepala sebesar 10,67 gr, tanpa kepala dan kulit sebesar 8,67 gr, bobot kepala sebesar 4,33 gr, dan bobot rata-rata kulit sebesar 2 gr. Komposisi kimia pada udang vannamei (Litopenaeus vannamei) berupa air didapat sebesar 78,2%, abu sebesar 1,5%, lemak sebesar 0,8%, protein sebesar 18,1%, dan karbohidrat sebesar 1,4%. Tak hanya dagingnya, limbah udang pun juga dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan berupa tepung, kerupuk, silase, petis, terasi, kecap, kompos, serta khitin dan khitosan.Udang adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai maupun laut atau danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua “genangan” air yang berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan.
Konsumen yang membutuhkan protein hewani yang sangat berguna bagi tubuh, udang vaname menjadi salah satu sumebr protein hewani yang digemari oleh konsumen. Namun harga udang yang cukup tinggi, membuat udang vaname banyak dikonsumsi oleh kalangan masyarakat mengengah.UDANG VANNAMEI (litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati, karena memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari).
Sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR-nya) rendah (1:1,3). Namun dimikian pembudidaya udang yang modalnya terbatas masih menggangap bahwa udang vannamei hanya dapat dibudidayakan secara intensif. Anggapan tersebut ternyata tidalah sepenuhnya benar, karena hasil kajian menunjukan bahwa vannamei juga dapat diproduksi dengan pola tradisional. Bahkan dengan pola tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panen yang lebih besar sehingga harga per kilo gramnya menjadi lebih mahal.Teknologi yang tersedia saat ini masih untuk pola intensif dan semiintensif, pada hal luas areal pertambakan di indonesia yang mencapai sekitar 360.000 ha, 80% digarap oleh petambak yang kurang mampu. Informasi teknologi pola tradisional plus untuk budi daya udang vannamei sampai saat ini masih sangat terbatas.

PERSIAPAN BUDIDAYA VANAMEI

1.Pengeringan/pengolahan tanah dasar
Air dalam tambak di keringkan, dan di jemur sampai permukaan tanah retak-retak. Selanjutnya yambak dikeringkan sampai retak-retak di balik dangan cara ditraktor sehingga H 2 S menghilang karena teroksidasi. Pengeringan secara sempurna juga dapat membunuh bakteri patogen yang yang ada di pelataran tambak.

2.Pemberantasan hama
Pemberantasan ikan-ikan dengan sapion 15-20ppm (7,5-10kg/ha) dengan tinggi air tembak 5cm, dengan Saponin untuk ikan yang merugikan.

3.Pengapungan dan pemupukan
Untuk menunjang berbaikan kualitas tanah dan air dilakukan pemberian kapur bakar (CaO), 1000 kg/ha, dan kapur pertanian sebanyak 320 kg/ha. selanjutnya masukkan air ketambak sehingga tambak menjadi macak-macak kemudian dilakukan pemupukan dengan pupuk urea (150 kg/ha), pupuk kandang (2000 kg/ha).

4.Pengisian air
Pengisian air dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung dan air dimasukkan ke dalam tambak secara bertahap. Ketinggian air tersebut dibiarkan dalam tambak selama 2-3 minggu sampai kondisi air betul-betul siap ditebari benih udang. tinggi air di petak pembesaran diupayakan ≥1,0m.

PENEBARAN

Penebaran benur udang vannamei dilakukan setelah plangton tumbuh baik (7-10 hari) sesudah penumpukan. Benur vanname yang digunakan adalah PL 10 - PL 12 berat awal 0,001g/ekor diperoleh dari hatchery yang telah mendapatkan rekomendasi bebas patogen, Spesific Pathogen Free (SPF).
Kreteria benur vannamei yang baik adalah mencapai ukuran PL - 10 atau organ insangnya telah sempurna, seragam atau rata, tubuh benih dan usus terlihat jelas, berenang melawan arus.
Sebelum benur di tebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benuh ditambak dan menyiram dengan perlahan-lahan. Sedangkan aklimatisasi terhadap salinitas dilakukan dengan membuka kantong dan diberi sedikit demi sedikit air tambak selama 15-20 menit. Selanjutnya kantong benur dimiringkan dan perlahan-lahan benur vannamei akan keluar dengan sendirinya. Penebaran benur vannamei dilakukan pada saat siang hari.
Padat penebaran untuk pola tradisional tanpa pakan tambahan dan hanya mengandalkan pupuk susulan 10% dari pupuk awal adalah 1-7 ekor/m². Sedangkan apabila menggunakan pakan tambahan pada bulan ke dua pemeliharaan, maka disarankan dengan padat tebar 8-10 ekor/m².

PEMELIHARAAN 

Selama pemeliharaan, dilakukan monitoring kualitas air meliputi : suhu, salinitas, transparasi, pH dan kedalaman air dan oksigen setiap hari. Selain itu, juga dilakukan pemberian pemupukan urea dan TPS susulan setiap 1 minggu sebanyak 5-10% dari pupuk awal. (urea 150kg/ha) dan hasil fermentasi probiotik yang diberikan seminggu sekali guna menjaga kestabilan plangton dalam tambak. Pengapuran susulan dengan dolomit super dilakukan apabila pH berfluktuasi. Pakan diberikan pada hari ke-70 dimana pada saat itu dukungan pakan alami (plangton) sudah berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat. Dosis pakan yang di berikan 5-2% dari biomassa udang dengan frekuensi pemberian 3kali /hari yakni 30% pada jam 7.00 dan 16.00 serta 40% pada jam 22.00.Pergantian air yang pertama kali dilakukan setelah udang berumur >60 hari dengan volume pergantian 10% dari volume total, sedangkan pada bukan berikutnya hingga panen, volume pergantian air ditingkatkan mencapai 15-20% pada setiap periode pasang. Sebelum umur pemeliharaan mencapai 60 hari hanya dilakukan penambahan air sebanyak yang hilang akibat penguapan atau rembesan. Kualitas air yang layak untuk pembesaran vannamei adalah salinitas optimal 10-25 ppt (toleransi 50 ppt), suhu 28-31°C, oksigen >4ppm, amoniak <0 7="" dan="" h="" ph="" ppm="" sub="">²
S <0 ppm="" span="">

PANEN

Panen harus mempertimbangkan aspek harga, pertumbuhan dan kesehatan udang. Panen dilakukan setelah umur pemeliharaan 100-110 hari. Perlakukan sebelum panen adalah pemberian kapur dolomit sebanyak 80 kg/ha (tinggi air tambak 1m), dan mempertahankan ketinggian air (tidak ada pergantian air) selama 2-4 hari yang bertujuan agar udang tidak mengalami molting (ganti kulit) pada saat panen. Selain itu disiapkan peralatan panen berupa keranjang panen, jaring yang dipasang di puntu air, jala lempar, stiroform, ember, baskom, dan lampu penerangan dilakukan dengan menurunkan volume air secara gravitasi dan di bantu pengeringan dengan pompa.
Bersamaan dengan aktifitas tersebut juga dilakukan  penangkapan udang dengan jala. Sebaiknya panen dilakukan pada malam hari yang bertujuan untuk mengurangi resiko kerusakan mutu udang, karena udang hasil panen sangat peka terhadap sinar matahari. Udang hasil tangkapan juga harus di cuci kemudian direndam es, selanjutnya dibawa ke cold storage. Dengan pola tradisional plus produksi udang vannamei 835-1050 kg/ha/musim tanam dengan sintasan 60-96%, ukuran panen antara 55-65 ekor/kg


Tabel. Analisis ekonomi usaha budi daya udang vannamei pola tradisional plus dilahan tambak 1ha, padat penebaran 80000 ekor/ha, dan lama pemeliharaan 105 hari

NO
Uraian
Jumlah
Harga (Rp)
Total (Rp)
 A


Investasi
Pompa air (unit)
Sewa tambak (ha/tahun)

1
1

4.500.000
2.500.000

 4.500.000
2.500.000

Sub total


 7.000.000
 B











Biaya Operasional
Benur udang vannamei (ekor)
Pakan (kg)
Pupuk organik (kg)
Pupuk anorganik (kg)
Dolomit (kg)
Saponin (kg)
Solar (L)
Pemeliharaan tambak (paket)
Pemeliharaan peralatan (paket)
Lain-lain (paket)
Bunga modal (Rp 11 juta+Rp 7 juta/musim)

 80.000
450
6.000
250
1.00
200
1
1
1
1
-

40
8.000
110
2.960
500
2.000
4.500
600.000
400.000
200.000
1.350.000

 3.200.000
 3.600.000
 660.000
 740.000
 500.000
 200.000
 900.000
 600.000
 400.000
 200.000
 1.350.000

Sub total


 12.350.000
 C


Penyesutan investigasi
Pompa (6 musim)
Sewa tambak/musim




750.000
1.250.000

 750.000
 1.250.000

Sub total


 2.000.000
 D




Biaya total/musim
Penjaulan udang (kg/musim)
Upah penjaga (20%)
Keuntungan
Keuntungan/Ha/musim

 1
 835
 1
 1

14.350.000
29.500
2.057.000
8.288.000

14.350.000
24.632.500
2.057.000
 8.225.500

0 comments:

Post a Comment