Kawasan Talun yang terkenal dengan keberhasilan bandeng air tawar sistem polikultur telah dicoba dengan budidaya udang Vanamei di air tawar. salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang
termasuk komoditas budidaya yang sudah dikenal dan sangat diminati oleh
masyarakat. Udang vaname dikenal sebagai komoditas budidaya air payau. Selama
ini, udang vaname yang menjadi salah penghasil devisa Negara non migas banyak
dibudidayakan di wadah tambak. Padahal sebenarnya udang vaname dapat
dibudidayakan dengan menggunakan media air tawar dengan menggunakan metode
tradisional ataupun semi intensif.
Udang
vannamei dikenal memiliki nama ilmiah yakni (Litopnaeus vannamei).
Udang jenis ini memiliki 2 gigi pada tepi rostrum pada bagian ventral dan 8 – 9
gigi pada bagian tepi rostrum bagian dorsal. Penaeus vannamei memiliki
toleransi salinitas yang lebar, yaitu dari 2 – 40 ppt, tapi akan tumbuh cepat
pada salinitas yang lebih rendah, saat lingkungan dan darah isoosmotik (Wyban
et al., 1991).
Kondisi
udang yang dapat hidup dengan salinitas yang sangat lebar ini kemudian
menjadikan beberapa pembudidaya mencoba melakukan budidaya udang vaname di air
tawar melalui proses aklimatisasi dan dalam prosesnya berhasil dilakukan
budidaya udang vaname pada salinitas rendah yakni pada salinitas 2 ppt.
Budidaya
udang vaname di air tawar memiliki beberapa keunggulan diantaranya mengurangi
risiko udang terjangkit penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang
banyak menginfeksi udang di perairan air payau.
Harus
dipahami bahwa yang dimaksud dengan air tawar disini adalah air tawar yang
mengandung sedikit garam. Jadi, bukan air tawar murni seperti budidaya air tawar
pada umumnya. Budidaya udang vaname dengan air tawar maksudnya air tawar yang
masih mengandung kadar garam tapi sedikit dan salinitasnya mendekati kondisi
air tawar yaitu 2 ppt tersebut di atas.
Menurut
Sudrajat, sebenarnya budidaya udang di air tawar dengan sistem tradisional juga
sudah dilakukan oleh para pembudidaya di Lamongan, Lampung dan Polman-Sulbar.
Pembudidaya biasanya memanfaatkan lahan persawahan dengan menggunakan pola
tanam bersama bandeng dan padi. Hasilnya cukup menggiurkan. Dari sawah seluas 1
ha yang ditanami 10 ribu benur udang windu bisa menghasilkan 1,75 kuintal udang
size 35, dengan lama pemeliharaan 90 hari. Hasil tersebut masih ditambah dengan
4 kuintal bandeng dan 7 kuintal padi. Sayangnya, semua itu belum digarap secara
lebih serius oleh pemerintah. Padahal prospek pengembangan budidaya udang air
tawar ini cukup besar, terutama jika melihat luasnya potensi tambak-tambak air
tawar yang berjarak 2-3 km dari bibir pantai dan belum termanfaatkan secara
optimal.
Kelemahan
dari budidaya udang vaname di air tawar adalah kepadatan benih dan ukuran panen
terbatas. Biasanya para pembudidaya air tawar hanya bisa memelihara sekitar 6,6
– 12,5 gram saja, atau sekitar size 150 – 80 ekor /kg.
Budidaya
udang vaname di air tawar dibagi dalam 2 tahapan yaitu :
1. Tahap
pendederan
1. Tahap
pendederan merupakan tahap penentu dari kelanjutan usaha budidaya karena
langkah ini adalah proses adaptasi benur dari lingkungan yang salinitasnya
tinggi ke lingkungan yang nantinya bersalinitas mendekati nol (0). Benur yang
dibeli dari hatchery biasanya bersalinitas sekitar 30 promil. Benur tersebut
lalu ditebar di petakan yang salinitasnya hampir sama dengan di hatchery yaitu
sekitar 30 permil. Selanjutnya dilakukan penambahan air tawar pelan – pelan
selama 10 sampai 14 hari, sehingga salinitasnya mendekati 0,5 ppt. Air yang
dipakai untuk kucuran lebih baik jika dari petak yang air tawarnya akan
digunakan untuk membesarkan udang nantinya. Harapannya adaptasi bisa lebih
sempurna. Jika kolam pendederan hanya mempunyai air tawar, maka sebaiknya
mendatangkan air laut. Jangan menambahkan garam untuk membuat air laut tiruan.
Bisa juga menggunakan air asin dari tambak garam, kemudian air tersebut diencerkan.
2. Tahap
pembesaran. Untuk tahap pembesaran, faktor penting pada budidaya air tawar
adalah mempertahankan alkalinitas dan salinitas sekitar 0,5 ppt. Sehingga
diharapkan penerapan pengapuran dan penambahan berkala garam krosok sangat
diperlukan sekitar 200 kg per minggu. Ini untuk mengantisipasi hilangnya garam
karena proses pergantian air. (Trobos, 2009)
Rata-rata
udang dipelihara antara umur 50 – 90 hari dengan size 200 – 100 ekor/kg. Ada
pula yang sampai size 70 ekor/ kg dengan umur antara 110 sampai 120 hari.
Variasi besar kecilnya size, tonase, angka kehidupan (SR) tergantung dari mutu
benur, kepadatan dan masa adaptasi serta faktor pendukung lainnya. Kepadatan 10
hingga 15 ekor/m2 memungkinkan untuk tidak memakai kincir dengan masa budidaya
75 hari. Sedangkan kepadatan 25 ekor/m2 harus sudah memakai kincir menjelang
umur 25 hari. Untuk kepadatan 40 ekor/m2, kincir harus sudah operasi sejak
udang berusia 7 hari. Kondisi persiapan program pakan dalam keadaan
standar.(Trobos, 2009)
Beberapa
kunci sukses budidaya udang vaname di air tawar adalah:
1.
Prosedur aklimatisasi dan penebaran, karena biasanya benur dari hatchery
bersainitas tinggi dan harus diadaptasikan ke salinitas rendah yang komposisi
ioniknya berbeda
2.
Lokasi tambak harus berada pada kawasan estuarine yang masih kena dampak pasang
surut.Hal ini berkaitan dengan kebutuhan akan kadar ion garam yang diperlukan
dalam budidaya udang vaname.
3.
Benur sudah setidaknya diatas PL10, sebaiknya benur telah mempunyai cabang
filamen insang yang meluas karena insang memainkan peraan penting dalam
osmoregulasi udang. Kapasitas regulasi benur berkaitan dengan jumlah permukaan
insang yang tersedia untuk osmoregulasi. sebelum PL 10, insang mempunyai cabang
sedikit sehingga toleransinya terbatas terhadap salinitas rendah.
4.
Benih udang vaname sudah diadaptasi ke salinitas rendah (tawar). Penurunan
salinitas sebaiknya dilakukan mulai PL10 secara bertahap. Penurunan salinitas
dapat dilakukan dengan penurunan salinitas sebanyak 1 – 2 ppt perharinya
sehingga akan didapatkan ukuran tebar benih adalah sekitar PL 30-40. Benih
udang yang sudah diaklimatisasi ke air tawar ini dapat di peroleh di Jepara.
5.
Perhatikan kondisi kadar ion garam dan mineral di tambak/kolam yang akan
dilakukan penebaran benih udang vaname. Beberapa pembudidaya mengalami kendala
dalam melakukan budidaya ini karena kadar ion dan mineral yang dibutuhkan untuk
proses pertumbuhan tidak terdapat pada sumber airnya. Beberapa solusi untuk
masalah ini pembudidaya melakukan penambahan ion dan mineral yang dibutuhkan.
6.
Perlu identifikasi kebutuhan nutrien/nutrisi pakan yang spesifik untuk
lingkungan salinitas rendah.
7.
Untuk mengurangi resiko infeksi penyakit sebaiknya dibuat system klaster
sehingga penyebaran penyakit dapat lebih dikontrol.
Saat
ini berkembang minat tinggi untuk memelihara species laut dan muara di air
bersalinitas rendah di daerah pedalaman yang jauh dari pantai. Untuk species
seperti ikan striped bass, salinitas air ditingkatkan dengan menambah garam
krasak ke kolam air tawar. Di Thailand, larutan air asin bersalinitas 100-200
ppt dari penguapan air pantai yang ditambahkan di kolam air tawar untuk
meningkatkan salinitas dan digunakan sebagai media untuk budidaya udang. Di
beberapa tempat lain, ada yang menggunakan air tanah atau air permukaan yang
mengandung salinitas yang memadai. (Claude E. Boyd, Ph.D in Global Aquaculture
Advocate, Sept/Oct 2007)
Meskipun
perairan ini mempunyai salinitas yang cukup, ketidaksetimbangan ion mayornya
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan SR ikan dan udang. Masalah yang paling ngetop
adalah kandungan konsentrasi potassium rendah. Persoalan ini dapat diatasi
dengan mengaplikasikan potassium chloride untuk memberikan konsentrasi
potassium hingga 10x salinitasnya. Konsentrasi magnesium dapat juga berefek
negative terhadap pertumbuhan species yang dibudidaya di air bersalinitas
rendah. (Claude E. Boyd, Ph.D in Global Aquaculture Advocate, Sept/Oct 2007)
Di
daerah yang gersang/kering, penguapan akan mengkonsentrasikan ion-ion di air
kolam inland, yang dapat membahayakan species budidaya, terutama dimana
digunakan kolam yang dilapis dan secara rutin ditambahkan air untuk
menggantikan berkurangnya air akibat penguapan. Saya menyadari akan situasi
dimana salinitas di kolam yang dilapis di area gurun pasir bisa meningkat
diatas 5.000 mg/l selama bertahun-tahun, yang mematikan ikan kakap yang
dipelihara di kolam tsb. (Claude E. Boyd, Ph.D in Global Aquaculture Advocate,
Sept/Oct 2007)
Beberapa
species dapat dapat beradaptasi terhadap kisaran salinitas yang luas daripada
yang lain. Udang laut sangat toleran terhadap salinitas yang bervariasi.
contohnya, Litopenaeus vannamei dan Penaeus monodon dapat dibudidaya di
perairan yang berkisar dari 1 ppt hingga lebih dari 40 ppt. Namun demikian,
salinitas ekstrim sangat membuat stress, dan budidaya udang kurang bermasalah
pada salinitas diatas 5 ppt dan dibawah 40 ppt. Salinitas yang ekstrim terutama
menyebabkan stress jika terjadi suhu yang juga ekstrim. (Claude E. Boyd, Ph.D
in Global Aquaculture Advocate, Sept/Oct 2007)
Tambak
udang di muara sering mempunyai variasi salinitas musiman yang luas. Selama
musim hujan, salinitas bisa turun drastis, sementara musim kemarau, salinitas
bisa melebihi salinitas air lautan. Petambak udang kadang-kadang menambahkan
air tawar ke kolam dekat pantai untuk menurunkan salinitas. Penarikan air tanah
untuk tujuan ini tidak dianjurkan, dapat menyebabkan pengacauan air garam
menjadi sumber air tawar.
Perkembangan
produksi udang terutama udang vaname terganggu oleh adanya serangan penyakit
sehingga beberapa sentra produksi budidaya udang vaname mengalami penurunan
produksi yang berimbas pada turunnya produksi udang secara nasional. Selama
empat tahun terakhir produksi udang vaname mengalami tren penurunan produksi
terutama di sentra produksi udang vaname. Sentra produksi udang vaname antara
lain terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.
Udang
vaname prospek pasarnya yang sangat potensial terutama pasar ekspor. Penurunan
produksi udang vaname akibat penyakit mungkin dapat di atasi dengan menggiatkan
budidaya udang vaname di air tawar karena terbukti lebih tahan terhadap
serangan penyakit. potensi pengembangan budidaya udang vaname di air tawar
sangat terbuka lebar. Apalagi didapati informasi bahwa udang vaname dapat
dipelihara di daerah di luar kawasan eustuarine sehingga hal ini semakin
membuka peluang pembudidayaan udang vaname dengan media air tawar dan tidak
harus dekat dengan pantai. Bahkan informasi yang didapat udang vaname dipelihara
di kolam bekas budidaya ikan lele yang notabene merupakan kolam murni air tawar
dan lokasinya berada di pekarangan rumah. Satu hal yang penting dalam
pemeliharaan udang vaname di air tawar adalah kandungan ion dan mineral yang
dibutuhkan untuk proses pertumbuhan udang vaname.
0 comments:
Post a Comment