Ikan gabus
merupakan jenis ikan yang tidak banyak dibudidayakan, namun banyak hidup secara
liar di banyak daerah. Ikan gabus yang dikenal sebagai ikan predator ini banyak
ditemukan didanau, sungai, sendang, parit, rawa-rawa, dipersawahan, bahkan
perairan yang rendah kadar oksigen. Ikan gabus juga dikenal dengan banyak nama
diberbagai daerah di Indonesia, diantaranya ; ikan kotes atau kutuk(jawa), ikan
kocolan (Betawi), ikan haruan atau bogo (Sunda), bocek (Riau), licingan, kobus,
dan lain-lain . Ikan Gabus dengan sebutan ilmiahnya Ophiocephalus striatus dan
channa striata memiliki ciri-ciri umum berbentuk badan bulat memanjang,
punggung bulat, kepala pipih mirip ular, warna badan hitam dengan perut putih
atau krem, badan seperti bergambar, dan memiliki sirip ekor yang membulat
setengah lingkaran. Dalam bahasa inggris, ikan predator air tawar ini disebut
dengan Snake head
Kandungan gizi
ikan Gabus
Soal kandungan
gizi, semua jenis ikan adalah sumber protein yang sangat baik. Namun ikan gabus
diketahui sebagai ikan yang kandungan gizinya lebih banyak dari ikan jenis
lain. Kandungan protein ikan gabus sebesar 25,5%, dimana yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kadar protein dari ikan bandeng (20,0%), ikan mas (16,0%),
ikan kakap (20,0%), maupun ikan sarden (21,1%) (Anonymous, 1996).
Ikan gabus. Hampir semua orang tahu. Karena
mereka sudah merasakan kelezatannya. Ikan inipun mudah sekali didapat, bisa
dibeli di pasar, bahkan di warung-warung sekitar tempat tinggalnya. Namun
apakah mereka tahu asal-usul ikan tersebut. Tentu saja tidak semua orang
tahu, termasuk cara budidayanya. Inilah yang akan dikupas dalam artikel ini.
Soal asal usul. Ternyata ikan gabus adalah ikan
asli Indonesia. Hidup di perairan sekitar kita, di rawa, di waduk dan di
sungai-sungai yang airnya tenang. Namun
ikan gabus yang bisa dibeli di pasar-pasar dan warung-warung, kemungkinan
besar dari Kalimantan. Karena pulau itulah yang kini menjadi pemasok terbesar
untuk pasar-pasar seluruh Indonesia. Namun sayang, populasi ikan gabus di
alam sudah mulai berkurang, sehingga budiadaya ikan ini perlu dikembangkan.
Lalu soal cara budidaya ikan gabus. Ternyata
ikan inipun tidak susah. Tidak perlu dengan pemijahan buatan, cukup dengan
pemijahan alami. Tentu saja hal ini disebabkan karena ikan gabus sudah akrab
dengan perairan kita. Salah satu instansi perikanan yang sudah berhasil
adalah Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan. Artikel
inipun diambil dari salah satu leafletnya.
Namun sebelum mengupas tentang cara budidayanya,
alangkah lebih baiknya kita tahu dulu tentang biologinya, terutama habitat,
kebiasaan hidup, kebiasaan makan dan sistematikanya. Di Kalimantan, ikan
gabus banyak ditemukan di rawa-rawa daerah pedalaman, hidup di dasar perairan
yang dangkal, bersifat carnivor atau pemakan daging, terutama ikan-ikan kecil
yang mendekatinya. Ikan gabus bersifat musiman, memijah pada musim hujan dari
Bulan Oktober hingga Desember.
Secara sistematika, seorang ahli perikanan,
Kottelat (1993) memasukan kedalam : Kelas : Pisces; Ordo : Labyrinthycy;
Famili : Chanidae; Genus : Channa; Spesies : Channa striata; sinonim
dengan Ophiochephalus striatus.
Ikan gabus memiliki nama lain, yaitu gabus isilah Indonesia, Haruan merupakan
nama daerah Kalimantan. Sedangkan dalam Bahasa Inggeri disebut Snaka Head
Fish.
Beda jantan dan betina
Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan
dengan mudah. Caranya dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai
dengan kepala lonjong, warna tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan
apabila diurut keluar cairan putih bening. Betina ditandai dengan kepala
membulat, warna tubuh lebih terang, perut membesar dan lembek, bila diurut
keluar telur. Induk jantan dan harus sudah mencapai 1 kg.
Pemijahan
Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau
fibreglass. Caranya, siapkan sebuah bak beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m
dan tinggi 1 m; keringkan selama 3 – 4 hari; masukan air setinggi 50 cm dan
biarkan mengalir selama pemijahan; sebagai perangsang pemijahan, masukan
eceng gondok hingga menutupi sebagian permukaan bak; masukan masukan 30 ekor
induk betina; masukan pula 30 ekor induk jantan; biarkan memijah; ambil telur
dengan sekupnet halus; telur siap untuk ditetaskan.
Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan
pengontrolan setiap hari. Telur bersifat mengapung di permukaan air. Satu
ekor induk betina bisa menghasilkan telur sebanyak 10.000 – 11.000 butir.
Penetasan telur
Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya :
siapkan sebuah akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm;
keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 40 cm; pasang dua buah titik
aerasi dan hidupkan selama penetasan; pasang pula pemanas air hingga bersuhu
28 O C; masukan telur dengan kepadatan 4
– 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24
jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan
makanan cadangan.
Pemeliharaan larva
Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari
menetas hingga berumur 15 hari, dalam akuarium yang sama dengan kepadatan 5
ekor/liter. Kelebihan larva bisa dipelihara dalam akuarium lain. Pada umur 2
hari, larva diberi pakan berupa naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari.
Dari umur 5 hari, larva diberi pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari,
secukupnya. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyiponan, dengan membuang
kotoran dan sisa pakan dan mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen.
Penyiponan dilakukan 3 hari sekali, tergantung kualitas air.
Pendederan
Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam
tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 200 m2; keringkan selama 4 – 5 hari;
perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10
cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 - 7 karung kotoran ayam atau puyuh;
isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar
4.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet
atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah
berumur 3 minggu.
|
0 comments:
Post a Comment