PENDAHULUAN
Padi
merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Beras
yang merupakan hasil penggilingan padi menjadi makanan pokok penduduk
Indonesia. Sekam padi merupakan produk
samping yang melimpah dari hasil penggilingan padi, dan selama ini hanya
digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran batu merah, pembakaran untuk
memasak atau dibuang begitu saja. Penanganan sekam padi yang kurang tepat akan
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
Dari hasil penelitian sebelumnya telah
dilaporkan bahwa sekitar 20 % dari berat padi adalah sekam padi, dan bervariasi
dari 13 sampai 29 % dari komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu
dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Hara, 1996; Krishnarao, et al., 2000).
Nilai paling umum kandungan silika
(SiO2) dalam abu sekam padi adalah 94 – 96 % dan apabila nilainya mendekati
atau dibawah 90 % kemungkinan disebabkan oleh sampel sekam yang telah
terkontaminasi oleh zat lain yang kandungan silikanya rendah (Houston, 1972;
Prasad, et al., 2000). Abu sekam padi apabila dibakar secara terkontrol pada
suhu tinggi (500 – ‡ Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Kimia IX, di Surabaya 24 Juli 2007
(Hasliza, et all,2003) tetapi sintesis ini
mengunakan templat kation (TPA+). Walaupun efek templat kation (TPA+) adalah
bagus dalam sintesis zeolit ZSM-5, tetapi menimbulkan permasalahan seperti
menghasilkan sifat racun, biaya produksi tinggi, terjadi kontaminasi limbah
cair dengan templat organik, terjadi polusi udara dari hasil dekomposisi termal
templat organik (Kim, et al., 2004).
Untuk
mengatasi masalah ini, telah berhasil dilakukan penelitian pembuatan
zeolit ZSM-5 tanpa templat organik.
(Cheng, et al., 2005; Kim, et al., 2006). Dalam penelitian ini, sekam padi
dipanaskan pada suhu 600 oC menghasilkan abu sekam padi putih sebagai sumber
silika dalam sintesis zeolit ZSM-5. Sintesis zeolit ZSM-5 dari abu sekam padi
tanpa templat organik akan dilakukan dalam penelitian ini dengan metoda
hidrotermal. Padatan dikarakterisasi dengan difraksi sinar-X (XRD) dan SEM.
PROSEDUR PENELITIAN
Sintesis
Zeolit ZSM–5
Bahan yang digunakan dalam sintesis ini meliputi :
NaOH ( ≥ 99 % Wt%, Merck), Al2(SO4)3.18H2O (Merck) , akuades, silika dari abu
sekam padi. Abu sekam padi disiapkan dari sekam padi yang dipanaskan dalam
tanur listrik dengan dialiri udara pada suhu 600oC dengan kecepatan pemanasan
150 oC/jam dan dibakar selama 4 jam. Dari campuran bahan-bahan tersebut di
atas, akan diperoleh gel sintessis dengan komposisi molar : 10Na2O : 100SiO2 :
xAl2O3 : 1800 H2O, nilai x = 1.3, 2, 4. Campuran dengan perbandingan molar
tersebut di atas dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diaduk dengan kecepatan
tinggi selama 24 jam dan di tambahkan bibit silikalit sebanyak 1% berat SiO2. Kemudian dipindahkan ke dalam autoclave
stainless steel dan kemudian diperlakukan secara hidrotermal pada suhu 195oC
selama 24 jam. Setelah perlakuan hidrotermal, produk diperoleh kembali melalui
pencucian dengan akuades, dan kemudian dikeringkan pada suhu 110oC selama 24
jam (Cheng, et al., 2005; Kim, et al., 2006).
Karakterisasi Padatan
Sifat-sifat,
struktur dan komposisi dari padatan
hasil sintesis ditentukan dengan difraksi sinar X (XRD) menggunakan JEOL
JDX-3530 dan SEM menggunakan Philips XL
40. Difraksi sinar X (XRD) digunakan untuk memperoleh informasi tentang
struktur, komposisi, dan tingkat kristalinitas material. Beberapa aplikasi
adalah mengidentifikasi sampel didasarkan pada puncak kristalisasi, variabel
suhu, pengukuran kisi kristal, dengan menggunakan λ = 0,15046, radiasi Cu Kα
sebagai difraksi cahaya monokromatik. Pola difraksi dialurkan dalam
rentang 2θ = 5 – 50º.
Fungsi
utama SEM adalah untuk mengetahui morfologi permukaan dari suatu sampel padat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sintesis
zeolit ZSM-5 dilakukan dengan menggunakan metode hidrotermal dengan suhu 195°C
selama 24 jam (Vempati, et al., 2006). Perbandingan mol yang digunakan adalah
10 Na2O : 100 SiO2 : x Al2O3 : 1800 H2O dengan x divariasi seperti pada tabel 1
Tabel 1 Komposisi mol Campuran Sintesis
SAMPEL
SIO2 Al2O3 Na2O H2O
Si-75
100 1,3
10 1800
Si-50
100 2
10 1800
Si-25
100 4
10 1800
Pada
gambar 1 menunjukkan pola difraksi sinar-X sampel secara umum, semua sampel
menunjukkan adanya puncak spesifik dari
ZSM5, yaitu pada 2θ antara 22°-23° (Treacy, et al., 2001). Hanya sampel Si-50
dihasilkan fasa ZSM-5 yang murni. Sementara itu sampel Si-25 memberikan puncak
dengan intensitas yang sangat rendah. Hai ini menunjukkan bahwa hanya sedikit
kristal ZSM-5 yang terbentuk dan masih banyak silika yang tidak bereaksi.
Selanjutnya
pada sampel Si-25 terdapat fasa lain
selain ZSM-5 yaitu fasa analsim. Analsim yang muncul pada 2θ = 18,26; 25,66;
30,29; dan 48,11 dapat terbentuk dalam sintesis dengan kandungan SiO2/Al2O3
yang rendah (Barrer, 1982). Analsim dalam
sintesis ZSM-5 merupakan fasa metastabil dimana jika waktu sintesis di
perpanjang maka fasa analsim akan berubah menjadi fasa ZSM-5 (Weitkamp dan
Puppe.1999). Pada sampel Si-75 fasa kuarsa mendominasi hal ini di tunjukkan
dengan tingginya puncak kuarsa yaitu pada 2Ө = 26, sedangkan intensitas ZSM-5
Akta
Kimindo Vol. 3 No. 1 Oktober 2007: 33-36
dan
kristobalit berada dibawah kuarsa. Terbentuknya kuarsa dimungkinkan karena
tingginya perbandingan komposisi SiO2/Al2O3 (Kalipcilar dan Culfaz., 2000).
Selain kuarsa pada sampel ini juga di dapat kan fasa kristobalit.
Karakterisasi
SEM pada padatan ZSM-5 hasil sintesis bertujuan untuk mengetahui morfologi
permukaan dan keseragaman ukuran partikel dari suatu sampel (Stuart, 2005).
Gambar 2(b) menunjukkan morfologi dari abu sekam, dimana mempunyai penampakan
yang menyerupai lembaran dan kasar dengan ukuran yang tidak seragam (YalcË dan
Sevinc, 2000). Pada gambar 2(a) menunjukkan keseragaman bentuk dari kristal
ZSM-5, dari gambar kristal ZSM-5 yang didapat dari sintesis berbentuk balok
dengan perkiraan panjang antara
0.2-1.5 μm. Perbedaan ini juga menunjukkan hampir semua abu sekam telah
bereaksi menjadi ZSM-5.
KESIMPULAN
Pada
sintesis ZSM-5 menggunakan bibit perbandingan mol yang digunakan adalah : 10
Na2O : 100 SiO2 : x Al2O3 : 1800 H2O dengan x divariasi 1.3, 2 dan 4. Dari
difraktogram sinar-X didapatkan fasa ZSM-5. ZSM-5 terbentuk secara maksimal
pada perbandingan SiO2/Al2O3 = 50, sedangkan untuk perbandingan SiO2/Al2O3 = 75
didapatkan fasa selain ZSM-5 yaitu kuarsa dan kristobalit. Untuk perbandingan
SiO2/Al2O3 = 25 didapatkan fasa analsim dan fasa amorfus. Pengamatan morfologi
menggunakan SEM kristal ZSM-5 hasil sintesis mempunyai keseragaman bentuk yaitu
berbentuk balok dengan perkiraan panjang 0.2 - 1.5 μm
DAFTAR
PUSTAKA.
Barrer,
R. M., (1982), Hydrotermal Chemistry of Zeolites, Academic Press, London.
Cheng,
Y. Lian-Jun Wang, Jiang-Sheng Li, YuChuan Yang, Xiu-Yun Sun , (2005),
“Preparation and Characterization of nanosized ZSM-5 zeolites in the
absence of organic template”, Materials
Letters, 59, 3427 – 3430.
Gates,
B. C., (1992) , Catalytic Chemistry, John Willey & Sons, Inc. New York.
Hamdan
H., et al, (1997), Si MAS NMR, XRD and FESEM studies of rice husk silica of the
synthesis of zeolites, Elsevier, 211, 126 – 131.
Hara,
(1986), Utilization of Agrowaste for Building Material, International
Research and
Development
Cooperation Division, AIST, MITI, Japan
© Kimia ITS – HKI Jatim 35 Andhi dan Prasetyoko - Abu Sekam Padi
Sebagai Sumber Silika Pada Sintesis Zeolit ZSM-5
Houston, D.F., (1972), Rice Chemistry and
Technology, American Association of Cereal Chemist, Inc. Minnesota.
Kim,
S.D., Si Hyun Noh, Jun Woo Park, Wha Jung Kim, (2006), Organic-free synthesis
of ZSM-5 with narrow crystal size distribution using two-step temperature
process, Microporous Mesoporous Matter,
181 – 188.
Krishnarao
R. V., Subrahmanyam J., Kumar, T. J., (2000), “Studies on the formation of
black in rice husk silica ash”, J. Ceramic Society, 21 , 99 – 104.
Kalipcilar
H., dan Culfas A., (2001), Influence of Nature of Silica Sourse on Tempelate-
free Synthesis of ZSM-5, Cryst. Res . Technol., 36, 1197-1207.
Prasad
C.S., Maiti K,N., Venugopal R., (2001), “Effect of rice husk ash in whiteware
compositions”, Ceramic International, 27, 629-635.
Prasetyoko,
D., (2001), Pengoptimuman Sintesis Zeolit Beta dari pada Silika abu sekam padi
Pencirian dan Tindak Balas Pemangkinan Friedel Crafts, Universiti Teknologi
Malaysia ( TESIS ).
Hazlisa
,B. Ramli Z.,, (2003), “Synthesis of ZSM-5 type Zeolite using Crystalline
silica of rice husk ash”, Malay, J. Chem. 5, 48 – 55.
Smart
L., dan Moore E., (1993), Solid State Chemistry, Chapman & Hall, New York.
Treacy,
M.M.J. dan Higgin, J.B., (2001), Collection of Simulated XRD Powder Patterns
for
Zeolites,
Amsterdam, Elsevier.
Vempati
R. K., Borade R., Hegde R. S., Komarneni S., (2006), “Template free ZSM-5 from siliceous rice hull ash with varying C
contents”, Microporous and Mesoporous Materials, 134-140.
Weitkamp,
J., dan Puppe, L., (1999), Catalylis and Zeolites Fundamental and Application,
Berlin, Germany.
Yalçin,
N., Sevinç, V., (2001) , “Studies on
silica obtained from rice husk”,
CeramicInternational
,27, 219 – 224.
Karya ini disusun: Andhi
Laksono Putro1 dan Didik Prasetyoko1
0 comments:
Post a Comment