A. Bandeng
Bandeng (Chanos
chanos Forkskal ) dikenal juga dengan nama MilkFish karena dagingnya yang
berwarna putih, bandeng bersifat Euryhalien yaitu jenis ikan yang
mempunyai daya tahan terhadap goncangan kadar garam (salinitas) dalam waktu
yang relatif singkat dari 00/00 sampai 400/00
dan mempunyai sifat tahan terhadap temperatur yang tinggi + 400C,
tetapi bandeng tidak tahan dengan temperatur yang rendah dan dapat menyebabkan
kematian (Mujiman,2001).
Dengan
sifatnya yang Euryhalien ini maka kehidupan Bandeng dapat
berpindah-pindah pada waktu kecil di tepi pantai dan dewasa ditengah laut serta
bertelur di tepi pantai, maka dapat ditemukan Nener ditepi pantai. Dengan sifat
tersebut yang dapat beradaptasi pada kadar garam yang berbeda-beda maka Bandeng
dapat di budidayakan ditambak (Mujiman,1991).
Ada
beberapa sistem budidaya bandeng yang dikenal pembudidaya antara lain budidaya
Bandeng sistem sederhana, madya dan maju. Budidaya Bandeng sistem sederhana
padat tebar rendah antara 2.500 ekor sampai dengan 5.000 ekor Nener per Hektar,
pakan hanya mengandalkan pakan alami Klekap yang ditumbuhkan dengan
pemupukan yang mepergunakan pupuk organik dan anorganik.Pada sistem madya padat
tebar 6.500 sampai dengan 7.500 ekor Gelondong , pemberian pakan secara
alami dengan penumbuhan Klekap dan
pemberian pakan tambahan. Pada usahatani Bandeng sistem maju padat tebar
tinggi + 1.000 ekor Gelondong per
Hektar, pakan dari penumbuhan Klekap dan memberikan suplai makanan tambahan jadi
cukup tinggi (Kordi,2000). Sistem maju mempunyai
kelemahan dalam penggunaan pakan yang berlebihan yang dapat memacu timbulnya
gas beracun karena proses Dekomposisi pakan yang tidak sempurna.
Pemilihan
penelitian sistem madya ini dengan melihat kondisi dilapangan, banyak petani
yang usahatani Bandengnya menerpkan sistem madya, dengan menerapkan sistem
madya maka disamping produksi cukup tinggi kurang lebihnya 1,5 ton per hektar
dicapai juga untuk mempertahankan daya dukung tambak dan menjaga kesuburan tambak.
B. Usahatani.
Usahatani
mempunyai 4 unsur pokok yang disebut faktor produksi yaitu : alam, tenaga
kerja, modal dan manajemen. Pengertian usahatani adalah organisasi dari alam,
kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian yang
dikelola petani dan keluarganya (Nuraeni dan Hidayat, 2001).
Tanah sebagai unsur pokok usahatani merupakan faktor
produksi yang relatif langka dibanding faktor lainnya, dan distribusi dan
penguasaannya di masyarakat tidak merata. Perbedaan golongan petani berdasar
pada luas tanah dan berpengaruh terhadap sumber dan distribusi pendapatan
(Nuraeni dan Hidayat, 2001).
Tanah sebagai faktor produksi dipengaruhi faktor
pembatas antara lain kesuburan, ketersediaan air, kemiringan atau topografi,
curah hujan dan iklim. Agar tercapai peningkatan produksi dengan keterbatasan
pada penggunaan sumber daya alam maka perlu ditambahkan input lainnya yaitu
penggunaan bibit, pupuk, pakan,
obat-obatan, tenaga kerja yang dapat berupa alat dan mesin pertanian (Mosher,
1991).
Faktor – faktor yang lainnya di dalam usahatani :
Tanah dan alam adalah faktor yang tidak dapat
diubah-ubah petani hanya memanfaatkan dan dikelola untuk kepentengan manusia.
Modal adalah berupa uang untuk pembelian sarana produksi
misal bibit, pupuk, pakan dan pembelian peralatan.
Tenaga kerja diperoleh dari tenaga kerja petani dan
keluarga tani, biasanya tidak diperhitungkan.
C. Teknik Pemeliharaan Bandeng
1. Persiapan
Sebelum tambak
ditebari benih bandeng harus dipersiapkan dengan baik, antara lain :
pengeringan plataran, perbaikan pematang dan pengerukan caren.
Pengeringan bertujuan
untuk memperbaiki kondisi tanah yang merupakan tempat tumbuhnya makanan
alami, mineralisasi bahan organik dan
menetralisir gas-gas beracun seperti asam sulfada (H2S), amoniak (NH3)
dan Metana (NH4) dapat membahayakan kehidupan ikan. Pengeringan dilakukan
selama 1-2 minggu sampai tanah retak-retak (kadar air 18 – 20%) bila diinjak
akan turun 1-2 cm. Pengeringan yang kurang sempurna berdampak klekap mudah
lepas dan mengapung ke permukaan ( Arsyad dan Samsi,1991).
b. Penebaran Nener
Padat tebar sekitar
10.000 ekor tiap hektar dengan lama pemeliharaan dipetak ini 1 – 2 bulan
sehingga mencapai ukuran glondong masih sekitar 7.000 ekor. Padat tebar nener
menurut sebanyak 2.500 – 5.000 ekor glondong per hektar. Sedangkan untuk
mendapatkan produksi bandeng 1 – 2 ton/ha/musim ditebar nener 5.000 – 10.000
ekor tiap hektar (Anonim,1998).
Setelah dipelihara
di petak pendederan kurang lebih 1 – 2 bulan nener mencapai glondong, kemudian
ditebar ke dalam petak pembesaran yaitu lahan tambak sampai ikan dapat dipanen
dan mencapai berat 200 – 300 gram tiap ekor. Agar pertumbuhan bandeng dapat
lebih sempurna, ketersediaan makanan alami berupa klekap perlu dijaga yaitu
dengan memberikan pemupukan susulan berupa Urea dan SP-36 disesuaikan warna air
dan kondisi ketersediaan pakan alami.
c. Penggunaan pupuk
Pemupukan dimaksud untuk
merangsang pertumbuhan makanan alami di tambak yaitu klekap dan untuk
meningkatkan kesuburan dasar tambak. Pemupukan dengan pupuk anorganik dan
organik. Menurut Mujiman (1991) pada waktu tanah dasar tambak sudah dikeringkan
kemudian diberi pupuk organik 1.000 kg tiap hektar, kemudian ditebari dedak 200
kg/ha dan ditambah pupuk organik berupa urea dan SP-36 sebanyak 30 – 40 Kg/Ha.
Kemudian ditambah air sekitar 40 cm dan dibiarkan bila air berubah menjadi
hijau berarti klekap sudah tumbuh dan nener siap ditebar.
d.
Penggunaan pakan
Bandeng membutuhkan pakan
alami berupa klekap, untuk memenuhi kebutuhan pakan alami diperlukan kondisi
lahan yang baik agar ketersediaan pakan alami cukup. Untuk mendapatkan kondisi
pakan yang cukup maka dapat ditambahkan pemberian pakan tambahan.
e. Penggunaan obat-obatan
Hama ikan bandeng, sebagai
pemangsa dan penyaing seperti belanak, bronang, mujahir, sedang
pemberantasannya dengan menggunakan biji teh (saponin) dan Diazinon. Dosis
penggunaan saponin adalah 10 – 20 ppm dengan cara biji teh (saponin) direndam
dalam air selama 12 jam. Selanjutnya dipercikkan kedalam tambak yang masih ada
airnya macak-macak secara merata. Untuk penggunaan Diazinon tidak dianjurkan
Dinas Kelautan dan Perikanan, karena residu bahan aktif pestida tersebut sulit
terurai tetapi banyak petani yang menggunakan dengan alasan praktis dan
ekonomis.
D. Analisis Usahatani.
Usahatani adalah kegiatan cara-cara
memperoleh dan memadukan sumber daya (lahan, kerja, modal, waktu, pengelolaan)
yang terbatas untuk mencapai tujuan (Sukartawi,et al, 1986).
1.
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah korbanan yang
tidak tak terbatas yang dipergunakan untuk mendapatkan hasil, berdasarkan
sifatnya digolongkan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed Cost), biaya
tidak tetap (variable Cost).
a. Biaya
Tetap
Biaya tetap (fixed Cost) adalah biaya rpoduksi
yang relatif tetap menjadi beban dalam proses produksi maupun sedang tidak
berproduksi, yang tidak ada kaitannya secara langsung dengan jumlah barang yang
diproduksi, serta harus dibayar berapapun jumlah produksi yang dihasilkan,
misalnya; biaya penyusutan, sewa lahan, peralatan, iuran air, gubuk, pajak
sawah.
b. Biaya
Tidak Tetap
Biaya tidak tetap (variable Cost) adalah biaya
yang harus dibayar sebanding dengan produksi yang dihasilkan atau bersifat
proporsional dengan produksi, misalnya ; bibit, pupuk, pakan, obat-obatan, dan
tenaga kerja.
2.
Penerimaan dan pendapatan usahatani.
a. Penerimaan
Penerimaan usahatani adalah merupakan hasil penjualan
produksi bandeng dalam satu musim, atau perkalian harga per satuan unit ikan
bandeng dengan total produksi ikan bandeng dalam satu musim tanam.
b. Pendapatan
Pendapatan rata-rata usahatani per musim tanam adalah
selisih antara penerimaan (revenue) dengan pengeluaran keseluruhan (totally
cost) hasil bersih usahatani dalam satu musim. Penerimaan (revenue)
adalah hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual (price).
Pengeluaran keseluruhan (totally cost) adalah biaya tetap (fixed cost)
ditambah dengan biaya tidak tetap (variable cost). Pendapatan usahatani
merupakan hasil selisih total penerimaan dengan total biaya produksi
(Soekartawi,1995).
3. Kelayakan
Usahatani
Kelayakan usahatani adalah kegiatan
pemeriksaan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai dan
dapat dipertimbangkan untuk menentukan tindakan serta memperbaiki kegiatan
usahatani selanjutnya.
Beberapa kriteria kelayakan
usahatani dan teknik analisis kelayakan
usahatani antara lain :
a. Analisis
Break Event Point (BEP)
Break Event Point atau titik impas
adalah nilai hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi atau total
penerimaan pada kondisi yang sama seimbang dengan total biaya. (Nuraeni,dan
Herman,2001)
Perhitungan BEP dalam rupiah.
BEP harga (Rp) =
Keterangan :
P = Price (harga
jual produk Rp/Kg )
Q = Quantity
(jumlah produk yang dihasilkan)
TR = Totally Revenue (jumlah
penerimaan)
TC = Totally cost (Jumlah
biaya)
b. Analisis
R/C
Analisis R/C mempunyai fungsi untuk
mengetahui seberapa besar hasil penjualan bila dibandingkan dengan total biaya
produksi, serta dapat dipergunakan sebagai tolok ukur usahatani mengalami
keuntungan, impas atau mengalami rugi (Sukartawi,et all,1986).
Pendapatan Kotor
R/C =
Total Biaya
Kriteria ekonomi:
R/C > 1 Artinya usahatani untung
R/C = 1 Artinya usahatani impas
R/C < 1 Artinya usahatani rugi
0 comments:
Post a Comment