Monday, July 17, 2017

FUNGSI MEDIA PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

July 17, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
Wilbur Schramm mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa informasi/pesan instruksional. Yusuf hadi Miarso memandang media secara luas/makro dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:
• memotivasi belajar peserta didik
• memperjelas informasi/pesan pengajaran
• memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
• memberi variasi pengajaran
• memperjelas struktur pengajaran.
Sedangkan Penyuluhan adalah proses penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi maupun seni. Lebih lengkapnya penyuluhan dapat diartikan sebagai proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “PERILAKU” (Behaviour)yang merupakan perwujudan dari Pengetahuan , Sikap dan Keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/ pihak lain , baik secara langsung atau tidak langsung. Secara   umum   dapat   dikatakan   bahwa   media   merupakan   suatu   perantara   yang digunakan   dalam   proses   belajar.   Tujuan   penggunaan   media   adalah   untuk   memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan sasaran. Dengan    demikian    media    berperan    penting   dalam    memberikan pengalaman kongkrit dan sesuai dengan tujuan belajar.
Media   memiliki   multi   makna,   baik   dilihat   secara   terbatas   maupun   secara   luas.   Munculnya berbagai     macam     definisi  disebabkan     adanya    perbedaan     dalam    sudut   pandang,    maksud,     dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National   Education   Association)   memaknai   media   sebagai   segala   benda yang   dapat   dimanipulasi, dilihat,  didengar,    dibaca,  atau   dibincangkan     beserta   instrumen    yang   digunakan    untuk   kegiatan tersebut.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”, yaitu perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada   penerima   pesan.  The   Association   for   Educational   Communications   Technology (AECT),   menyebutkan   media   sebagai   bentuk  dan   saluran   yang   digunakan   orang   untuk menyalurkan   pesan   atau   informasi.   Gagne   (1970),   mengatakan   bahwa   media   adalah berbagai     jenis  komponen      dalam   lingkungan    sasaran    yang   dapat   merangsang       untuk belajar. Sedangkan ”penyuluhan” berasal dari kata ”suluh” yaitu sesuatu yang digunakan untuk   memberi   penerang.   Jadi   media   penyuluhan   adalah   suatu   benda   yang   dikemas sedemikian rupa untuk memudahkan penyampaian materi kepada sasaran, agar sasaran dapat menyerap pesan dengan mudah dan jelas.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan pelatih/guru untuk:
Memotivasi belajar peserta didik
Memperjelas informasi/pesan pengajaran
Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
Memberi variasi pengajaran
Memperjelas struktur pengajaran.
Sedangkan Penyuluhan adalah proses penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi   maupun   seni.   Lebih   lengkapnya   penyuluhan   dapat   diartikan   sebagai     proses   aktif   yang memerlukan        interaksi  antara   penyuluh     dan   yang   disuluh   agar   terbangun     proses   perubahan “PERILAKU”   (Behaviour) yang   merupakan   perwujudan   dari   Pengetahuan, Sikap   dan   Keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/ pihak lain , baik secara langsung atau tidak langsung.  Sehingga media penyuluhan memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut :
Media Penyuluhan adalah semua sarana dan alat yang digunakan dalam proses penyampaian pesan.
Media Penyuluhan adalah wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian/minat.
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat  pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif  terhadap perikanan.
Peran Media Dalam Penyuluhan Perikanan
Sejalan dengan pandangan diatas, maka peranan media penyuluhan perikanan  sebagai peragaan dalam kegiatan penyuluhan perikanan sebagai berikut :
Media Penyuluhan Perikanan Mempertinggi Efektivitas belajar.
Meningkatkan Interaksi Pelaku utama dengan Lingkungannya
Memungkinkan Untuk Meningkatkan Keterampilan  Keterampilan
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan perikanan antara lain adalah :
Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
Media dapat memperjelas informasi.
Media dapat mempermudah pengertian
Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
Media dapat memperlancar komunikasi
Media   penyuluhan   perikanan   yang   baik   adalah     media   yang   mampu   memberikan informasi   atau    pesan-pesan    perikanan   yang   sesuai   dengan    tingkat   penerimaan     sasaran, sehingga   sasaran   mau   dan   mampu   untuk   mengubah   perilaku   sesuai   dengan   pesan   yang disampaikan.
Penyerapan Materi Dalam Kegiatan Penyuluhan
Seseorang    belajar  melalui panca  inderanya.  Setiap indera  ternyata berbeda   pengaruhnya   terhadap hasil belajar seseorang, Oleh  karena  itu seseorang  dapat  mempelajari sesuatu  dengan  baik  apabila  ia  menggunakan  lebih dari satu indera.
Apa yang bisa kita ingat :
10% dari yang kita baca
20% dari yang kita dengar
30% dari yang kita lihat
50% dari yang kita lihat dan dengar
80% dari yang kita ucapkan
90% dari yang kita ucapkan dan lakukan
Klasifikasi dan Perangkat Media Penyuluhan
Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3)  Allen, (4) Gerlach dan Ely, dan (5)Ibrahim.
Menurut Schramm,   media   digolongkan   menjadi   media   rumit,   mahal,   dan   media sederhana. Schramm juga  mengelompokkan media   menurut    kemampuan       daya  liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan facsimile; (2) liputan terbatas pada ruangan,   seperti   film,   video,   slide,   poster   audio   tape;   (3)   media   untuk   belajar   individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dam telpon.
Menurut Gerlach   dan   Ely,   media  dikelompokkan   berdasarkan   ciri-ciri   fisiknya   atas delapan   kelompok,   yaitu   benda   sebenarnya,   presentasi   verbal,   presentasi   grafis,   gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.
Menurut Ibrahim,     media     dikelompokkan        berdasarkan       ukuran     serta   kompleks tidaknya   alat   dan   perlengkapannya   atas   lima   kelompok,   yaitu   media   tanpa   proyeksi   dua dimensi;   media   tanpa   proyeksi   tiga   dimensi;   media   audio;   media   proyeksi;   televisi,   video, komputer.
Penentuan jenis   media   visual   yang   efektif   untuk   suatu   proses   belajar   mengajar merupakan langkah awal yang perlu dilakukan dalam perencanaan suatu pelatihan atau penyuluhan.
Paling tidak  ada   6  (enam)    pertanyaan    yang    perlu  diajukan   berkaitan   dengan penentuan jenis media yang digunakan, antara lain :    Siapa yang akan dilatih ?
Apa yang diharapkan dan mampu dilakukan oleh peserta didik ?
Dimana pelatihan akan diadakan dan berapa lama ?
Metode belajar apa yang digunakan ?
Media penyuluhan apa yang akan digunakan ?
Bagaimana mengetahui efektifitas pelatihan/penyuluhan ?
Berdasarkan  fungsinya  sebagai    penyaluran     pesan    perikanan,     media   penyuluhan  dibagi menjadi 3 yakni :
a. Media cetak
Media      ini  mengutamakan        pesan-pesan      visual,   biasanya    terdiri  dari   gambaran  sejumlah   kata,   gambar   atau      foto  dalam    tata   warna.   Yang   termasuk   dalam   media      ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran),flip chart  (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat  kabar   atau   majalah,   poster,   foto   yang   mengungkapkan   informasi   perikanan.
Ada  beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat   meningkatkan   gairah   belajar.   Media   cetak   memiliki   kelemahan   yaitu   tidak   dapat  menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar  dan   penyampaiannya   melalui   alat   bantu   elektronika.   Yang   termasuk   dalam   media  ini adalah   televisi, radio,   video   film,   cassette,  CD,   VCD.   Seperti   halnya   media  cetak,   media  elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, suda dikenal     masyarakat,      bertatap     muka,     mengikut     sertakan     seluruh     panca    indera,  penyajiannya      dapat    dikendalikan    dan   diulang-ulang     serta  jangkauannya  lebih  besar.
Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan alat  canggih   untuk   produksinya,   perlu  persiapan  matang,   peralatan   selalu   berkembang   dan  berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media   menyampaikan   pesannya   di   luar   ruang,   bisa   melalui   media   cetak   maupun  elektronik   misalnya   papan  reklame,   spanduk,   pameran, banner  dan   televisi   layar   lebar.
Kelebihan dari media ini adalah  lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi  umum   dan  hiburan,  bertatap  muka,  mengikut   sertakan  seluruh  panca   indera,  penyajian  dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya  lebih   tinggi,  sedikit   rumit,   perlu  alat canggih     untuk    produksinya,     persiapan    matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
Prinsip Umum Penggunaan Media
Prinsip Umum Dalam Penggunaan Media Adalah :
Tidak ada satu media pun yang sesuai untuk segala macam kegiatan pembelajaran
Media tertentu cenderung lebih tepat dipakai   untuk menyajikan suatu unit pelajaran  dari pada media lain.
Tidak ada satu media pun yang harus digunakan untuk meniadakan media yang lain
Penggunaan media yang terlalu banyak akan membingungkan media belajar
Untuk menggunakan media pembelajaran harus diadakan persiapan yang matang
Media harus merupakan bagian integral dari seluruh proses pembelajaran
Peserta harus dipersiapkan perpartisipasi aktif
Media jangan digunakan sebagai hiburan
PUSTAKA
-----------. 2001. Buku 2 Media Visual dalam Pelatihan dan Penyuluhan. Pusat Manajemen Pengembangan SDM Perikanan. Ciawi.
Garnadi,    A.  1997.  Penggunaan    Visual  Aid  dalam   Penyuluhan    Perikanan.  Direktorat Penyuluhan Perikanan. Jakarta
Sudjana, N. dan A. Rivai. 1990. Media Pengajaran. Sinar Baru. Bandung
Widodo,    S  dan  Nuraeni.  I.  2006.  Media  Penyuluhan   Perikanan.  Universitas  Terbuka. Jakarta
(Rika Putri, S.St.Pi, Widyaiswara BPPP Tegal)

Sunday, July 16, 2017

MENGENAL FUNGSI ORGAN IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

July 16, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Morfologi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)
Ikan bawal (Colossoma macropomum) memiliki warna tubuh abu-abu tua, pada tubuh bagian ventral berwarna merah pada bawal muda, dan akan memudar sejalan dengan pertambahan umur. Ikan bawal memilki gigi-gigi yang tajam (Djarijah, 2004).
Dari arah samping, tubuh bawal tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2:1. Bila dipotong secara vertical, bawal memiliki tubuh pipih (compressed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4:1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan lele atau grass cap, tetapi lambat seperti ikan gurame atau tambakan. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada bawal dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri khusus bawal sehingga oleh orang inggris dan amerika disebut red bally pacu (Arie, 2000).
Klasifikasi dan tatanama ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum          : Chordata   
Subfilum      : Craniata   
Kelas             : Pisces   
Subkelas     : Neopterigii   
Ordo             : Cypriniformes   
Subordo      : Cyprinoidea   
Famili      : Characidae   
Genus              : Colossoma   
Species      : Colossoma macropomum   
Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memiliki badan agak bulat, bentuk tubuh pipih, sisik kecil, kepala hampir bulat, lubang hidung agak besar, sirip dada di bawah tutup insang, sirip perut dan sirip dubur terpisah, punggung berwarna abu-abu tua, serta perut putih abu-abu dan merah (Saint-paul dalam Supriatna 1998). Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memilki dua buah sirip punggung yang letaknya agak bergeser ke belakang. Sirip perut dan sirip dubur terpisah, sedangkan sirip ekor berbentuk homocercal. Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memiliki bibir bawah menonjol dan memiliki gigi besar serta tajam untuk memecah bibi-bijian atau buah-buahan yang ditelannya. Lambung ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) berkembang baik dan memiliki 43-75 buah pyloric caeca. Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memiliki insang permukaan, sehingga permukaan pernapasannya lebih luas dari pada jenisikan lain. Permukaan pernapasan yang luas ini memungkinkan ikan bawal (Colossoma macropomum) air tawar mampu bertahan hidup pada perairan yang memiliki kandungan oksigen rendah. Pada kondisi perairan dengan kandungan  oksigen terlarut kurang dari 0,5 mg O2/l masih memungkinkan ikan ini dapat bertahan selama beberapa jam (Djarijah 2001).
Dari arah samping, tubuh ikan bawal tampak membulat (lonjong) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2:1. Bila dipotong secara vertikal, bawal memiliki bentuk tubuh pipih (compressed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4:1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan lele atau grass carp, tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk stenoid, di mana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada ikan bawal dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri khusus ikan bawal tawar (Colossoma macropomum) sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red bally pacu (Arie 2000). Kepala ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) berukuran kecil yang terletak di ujung kepala tetapi agak sedikit ke atas. Bawal memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan sebuah jari-jari tegak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainnya lemah. Sirip punggung pada ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) terletak agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah tetapi berbentuk cagak (Arie 2000).
Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) atau lebih dikenal dengan sebutan tambaqui adalah ikan introduksi yang berasal dari Amerika Latin, terutama dari Brazil. Ikan ini merupakan ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena berbagai kelebihannya. Ikan ini mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang tinggi (hingga 90%) dan dapat dipelihara dalam kolam dengan kepadatan yang tinggi. Ikan bawal air tawar hidup bergerombol di daerah yang aliran sungainya deras, tetapi ditemukan pula di daerah yang airnya tenang, terutama saat masih dalam kondisi benih. Di habitat asalnya, ikan ini ditemukan di sungai Orinoco di Venezuela dan sungai Amazon di Brazil (Arie 2000). Di dalam negeri sendiri ikan bawal tawar (Colossoma macropomum) mulai digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, terutama di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari keempat provinsi tersebut, Jawa Barat dapat dikatakan sebagai pelopor karena di provinsi inilah ikan bawal tawar pertama kali dikembangkan. Dalam satu musim tidak kurang 500 juta ekor benih dijual ke berbagai provinsi di Indonesia. Indonesia juga mengekspor ikan bawal dalam ukuran kecil atau sebagai ikan hias ke negara Hongkong dan Amerika. Sampai saat ini baru sekitar 10 % dari seluruh permintaan dapat dipenuhi (Arie 2000).
Ikan bawal bintang termasuk ikan predator perenang cepat. Pada saat juvenil ikan hidup bergerombol didaerah muara sungai dan berkarang namun setelah besar hidup soliter di daerah karang maupun laut lepas. Bawal bintang berbentuk sangat gepeng dan ramping (much compressed) dengan ekor bercagak (forked). Tubuh bagian lateral dan ventral berwarna putih keperakan sedangkan bagian dorsal abu-abu kehijauan. Mulut sub terminal dan bisa dikatup sembulkan, dengan dilengkapi gigi beludru halus (feliform teeth). Permukaan tubuh ditutupi sisik kecil bertipe sisir (stenoid), dan mempunyai gurat sisi (lateral fin) melengkung mengikuti profil punggung. Ikan dewasa (matang gonad) berukuran lebih dari 1 kg dengan panjang lebih dari 25 cm. Ukuran dewasa biasanya berumur sekitar 3 tahun. Ikan bawal bintang memilki nama asing yaitu Pompanoo Silver (Hartanto dkk., 2009).
Bawal bintang merupakan ikan  introduksi dari Taiwan dan  memiliki prospek baik di kawasan Asia Pasifik dengan harga yang cukup tinggi. Pembenihan dan budidaya bawal bintang di Taiwan sudah berkembang baik sedangkan di Indonesia komoditas hanya dibudidayakan di karamba jaring apung (KJA) dengan benih yang diperoleh dari usaha pembenihan di Taiwan.
Bawal bintang termasuk ke dalam kelompok ikan pemakan segala (Omnivora), tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa ikan ini cenderung menjadi karnivora (pemakan daging). Hal tersebut terlihat dari bentuk giginya yang tajam. Pada ukuran larva bawal bintang, ikan ini menyukai zooplankton dari jenis rotifera (Brachionus dan Artemia) untuk jenis phytoplankton adalah Tetraselmis sp. (Balai Budidaya Laut Batam, 1999). Pada ukuran benih menyukai makanan sejenis plankton (Fitoplankton dan zooplankton) serta tumbuhan air atau dedaunan (herbivora).
Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya bawal bintang, agar dapat tumbuh dan berkembangbiak. Kualitas pakan dapat dipenuhi dengan pemberian ikan rucah segar, pellet, pencampuran vitamin dan multivitamin. Sedangkan untuk kuantitas pakan yang baik diberikan 3-5 % dari berat total induk yang akan dipijahkan (Warta Budidaya, 2007).
Pencernaan Ikan Bawal Air Tawar dan Ikan Bawal Bintang
Sistem Pencernaan
Ditinjau dari karakteristik saluran pencernaannya, ikan bawal mempunyai potensi tumbuh yang cukup tinggi, karena bagian organ pencernaannya cukup lengkap. Ikan ini mempunyai gigi yang berfungsi memotong dan menghancurkan pakan, seperti halnya ikan piranha sehingga ikan ini mampu beradaptasi terhadap segala jenis makanan, termasuk hijauan kasar seperti daun-daunan. Lambung ikan ini berbentuk U dengan kapasitas cukup besar. Ususnya panjang, dan pada bagian anteriornya dilengkapi dengan piloric caeca yang didalamnya terjadi proses pencernaan enzimatis seperti halnya pada usus dan lambung. Bagian akhir dari usus terjadi diferensiasi usus yang lebih lebar yang disebut rectum. Pada bagian ini tidak lagi terjadi pencernaan, fungsinya selain sebagai alat ekskresi, juga membantu proses osmoregulasi (Hoar 2006). Berdasarkan kebiasaan makanan terlihat perbedaan struktur anatomis alat pencernaan ikan. Perbedaan yang mencolok ditemukan pada struktur tapis insang, struktur gigi pada rongga mulut, keberadaan dan bentuk lambung, serta panjang usus. Tapis insang pada ikan herbivora banyak, panjang, dan rapat, sementara pada ikan omnivora sedang dan pada ikan karnivora sedikit, pendek, dan kaku. Rongga mulut pada ikan herbivora sering tidak bergigi, sementara pada ikan omnivora bergigi kecil dan pada ikan karnivora umumnya bergigi kuat dan panjang. Ikan herbivora berlambung palsu atau tidak berlambung, sementara ikan omnivora berlambung dengan bentuk kantong dan ikan karnivora berlambung dengan bentuk bervariasi.
 Usus ikan herbivora sangat panjang beberapa kali panjang tubuhnya, sementara pada ikan omnivora sedang 2 sampai 3 kali panjang tubuh dan pada ikan karnivora pendek, kadang lebih pendek dari panjang tubuhnya. Organ hati dan pankreas adalah kelenjar pencernaan yang mensekresikan bahan yang kemudian digunakan dalam proses pencernaan makanan. Bahan hasil sekresi kedua organ tersebut akan masuk ke usus melalui ductus choledochus dan ductus pankreaticus. Adanya hubungan antara kelenjar pencernaan dan usus depan maka letak kelenjar tersebut berada di sekitar usus depan dan lambung. Keasaman (pH) lambung pada saat lambung kosong (tidak ada makanan) berkisar antara 4 - 7,4 sedangkan pada saat penuh berkisar antara 2,2 - 2,8. Keasaman (pH) usus adalah netral atau hampir alkalis, yaitu antara 6 sampai 8. Pada ikan grass carp pH berkisar antara 7,4 - 8,5 pada usus bagian anterior, pada bagian pertengahan berkisar antara 7,2 - 7,6 dan di bagian posterior sekitar 6,8 (Hickling 1960 dalam Opusynski dan Shireman 1994). Spesies lain dari ikan laut dengan pH usus berkisar antara 6,1 - 8,6 (Horn 1989 dalam Opuszynski dan Shireman 1994).
Berdasarkan kebiasaan makannya, Ikan bawal air tawar termasuk jenis ikan omnivor (Saint-paul dalam Supriatna 1998). Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) bersifat kanibal pada saat stadium larva. Jadi pada saat fase tersebut larva tidak boleh kekurangan makanan karena sifat kanibalnya akan muncul (Arie 2000) dan untuk Ikan bawal bintang merupakan ikan karnivora yang cenderung bersifat omnivora, dengan pakan utama plankton dan menyukai udang ataupun ikan-ikan kecil dan hewan lainnya. (Tatang 1981). Panjang usus berkisar 2 - 2,5 kali panjang badan.
Usus ikan bawal dilengkapi dengan pyloric caeca pada bagian anterior, yang merupakan modifikasi dari usus ikan fungsinya sebagai organ pencernaan dan bentuknya agak membesar dari pada sehingga menurut Suhartono 1991 banyak terdapat enzim yang diproduksi oleh bakteri. Ikan yang memiliki pyloric caeca (Gambar 3) biasanya ikan yang memiliki pencernaan yang berbeda dengan ikan secara umum. Pyloric caeca berfungsi sebagai organ tambahan dalam proses pencernaan, sehingga proses pencernaan dapat berlangsung dengan cepat dan maksimal (Souza et al 2005). Selain itu pyloric caeca diketahui merupakan tempat utama dalam pengabsorbsi nutrien dan alat pembantu osmoregulasi tubuh pada beberapa jenis ikan (Veillette 2007).
Struktur dan Fungsi Saluran Pencernaan
Menurut Weichert (1959), kelenjar pencernaan pada ikan terdiri hati dan pankreas. Kedua organ tersebut megekskresikan bahan yang kemudian digunakan dalam proses pencernaan makanan. Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut. Di dalam saluran rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, bukan sebagai kelenjar ludah (penghasil enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umumnya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berliku-liku dan sama besarnya. Hal yang mencolok pada segmen ini adalah adanya penebalan lapisan otot melingkar yang mengakibatkan terjadinya penyempitan saluran. Dengan menyempitnya saluran pencernaan pada segmen ini bahwa segmen pyloric caeca berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan dari lambung ke segmen usus. Pada pyloric caeca terdapat enzim tripsin dan kimotripsin (Poernomo 1992). Selanjutnya dari usus akan bermuara pada anus.
Organ  Pencernaan Ikan Bawal Sumber :http://konservasi-laut.blogspot.com.anatomi-ikan-bawaldorang.html
Proses pencernaan hewan laut khususnya ikan, sebenarnya tidak berbeda dengan pencernaan pada hewan-hewan lain, kecuali pada ikan yang tidak mempunyai lambung. Sebab, enzim pencernaan berasal dari lambung, usus kecil dan pankreas. Protein mulai dicerna di lambung oleh hasil pengaktifan pepsinogen menjadi pepsin (pH 1,5-2,5). Di dalam lambung merupakan suatu persiapan untuk pencernaan di dalam usus. Di dalam usus peptid akan mengalami hidrolisis dimana prosesnya dilakukan oleh enzim karboksipeptidase, tripsin, khimotripsin, elastase sebagai katalisatornya menjadi polipeptida, tripeptida dan dipeptida. Selanjutnya oligopeptid tersebut akan dihidrolisis oleh enzim peptidase menjadi bentuk tritida dan dipeptid hingga akhirnya menjadi asam amino. Pencernaan protein ikan yang tidak berlambung terjadi di usus depan dan diperankan oleh enzim protease yang bersala dari pankreas.
Menurut Isnaeni (2006), proses pencernaan secara lebih sempurna dan penyerapan sari makanan berlangsung di dalam usus. Di usus, bahan makanan (karbohidrat, lipid dan protein) dicerna lebih lanjut dengan bantuan enzim dan diubah menjadi berbagai komponen penyusunnya agar dapat diserap dan digunakan secara optimal oleh hewan. Berikut proses pencernaan karbohidrat, lipid dan protein.
Pencernaan Karbohidrat
Di dalam mulut, karbohidrat dalam makanan dicerna secara mekanik dengan bantuan gigi.
•    Pencernaan Protein
Apabila dalam lambung terdapat protein, sel dinding lambung akan menghasilkan gastrin, yaitu senyawa kimia yang merangsang lambung untuk mengeluarkan asam dari sel parietal dan pepsinogen dari sel kepala (chief cells). Selanjutnya, enzim pemecah protein (proteolitik) akan menguraikan protein dengan cara memutuskan ikatan peptide pada protein sehingga dihasilkan asam amino.
•    Pencernaan Lipid
Pencernaan lipid baru dimulai pada saat bahan makanan sampai di usus.Pencernaan ini terjadi dengan bantuan enzim lipase usus, lipase lambung dan lipase pankreas. Lipase akan menghidrolisis lipid dan trigliserida menjadi digliserida, monogliserida, gliserida dan asam lemak bebas. Lipase dalam bentuk zimogen (prolipase) akan diaktifkan oleh protein khusus dari sel epitel usus (disebut kolipase) sehingga dapat memecah lipid menjadi asam lemak.
2.2.3 Enzim Pencernaan
Enzim adalah katalisator biologis dalam reaksi kimia yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Enzim adalah protein yang disintesis di dalam sel dan dikeluarkan dari sel penghasilnya melalui proses eksositosis. Enzim yang disekresikan ke luar digunakan untuk pencernaan di luar sel (di dalam rongga pencernaan) atau disebut extracelluler digestion, sedangkan enzim yang dipertahankan di dalam sel digunakan untuk pencernaan di dalam sel itu sendiri atau disebut intracelluler digestion (Affandi et al 2005). Enzim pencernaan yang disekresikan dalam rongga pencernaan berasal dari sel-sel mukosa lambung, pyloric caeca, pankreas dan mukosa usus. Oleh karena itu, perkembangan sistem pencernaan erat kaitannya dengan perkembangan aktivitas enzim di dalam rongga saluran pencernaan (Walford dan Lam 1993).
Enzim berperan sebagai katalisator dalam hidrolisis protein, lemak dan karbohidrat menjadi bahan-bahan yang sederhana. Sel-sel mukosa lambung menghasilkan enzim protease dengan suatu aktivitas proteolitik optimal pada pH rendah. Pyloric caeca yang merupakan perpanjangan usus terutama mensekresikan enzim yang sama seperti yang dihasilkan pada bagian usus, yaitu enzim pencernaan protein, lemak dan karbohidrat yang aktif pada pH netral dan sedikit basa. Cairan pankreas banyak mengandung tripsin, yaitu suatu protease yang aktivitasnya optimal sedikit di bawah alkalis, di samping itu cairan ini juga mengandung amilase, maltase dan lipase. Pada ikan yang tidak memiliki lambung dan pyloric caeca, aktivitas proteolitik terutama berasal dari cairan pankreas. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa komposisi cairan pencernaan berhubungan dengan makanan yang dimakan oleh suatu spesies ikan. Hasil dari studi tertentu memberikan dukungan yang jelas bahwa komposisi cairan digestif berhubungan dengan makanan yang dimakan oleh suatu spesies ikan (Handayani 2008).
Enzim berperan dalam mengubah laju reaksi sehingga kecepatan reaksi yang diperlihatkan dapat dijadikan ukuran keaktifan enzim. Satu unit enzim adalah jumlah enzim yang mengkatalisis transformasi 1 mikromol substrat dalam waktu 1 menit pada suhu 25°C dan pada keadaan pH optimal. Aktivitas enzim bergantung pada konsentrasi enzim, substrat, suhu, pH, dan inhibitor. Huisman (1976) menyatakan bahwa enzim pencernaan yang dihasilkan oleh lambung ikan aktif pada pH 2-4. Aktivitas enzim pencernaan adalah suatu indikator yang baik untuk menentukan kapasitas pencernaan.
Aktivitas enzim yang tinggi secara fisiologis mengindikasikan bahwa larva siap untuk memproses pakan dari luar (Gawlicka etal 2000). Aktivitas enzim pencernaan meningkat dengan meningkatnya umur larva. Peningkatan ini disebabkan oleh semakin sempurnanya organ penghasil enzim. Akan tetapi, untuk beberapa jenis enzim akan menurun sesuai dengan kebiasaan makanan dari ikan (Infante dan Cahu 2001). Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Haryati (2002) ada keterkaitan antara aktivitas enzim pencernaan dan perkembangan struktur organ pencernaan dan kebiasaan makanan dari ikan bandeng. Pada saat struktur anatomis dan histologis alat pencernaan belum sempurna, enzim endogen yang disekresikan sangat sedikit. Hal ini dicerminkan oleh aktivitas enzim pepsin, tripsin, a-amilase dan lipase yang sangat rendah. Dengan bertambahnya umur larva, struktur anatomis organ pencernaan semakin sempurna hingga mencapai fase definitif. Setelah mencapai bentuk definitif, produksi enzim pencernaan sudah cukup tinggi sehingga ikan mampu mencerna pakan yang tidak mengandung enzim.
Aktivitas enzim amilase terus meningkat dengan meningkatnya umur, sedangkan aktivitas enzim lipase dan tripsin menurun pada saat larva umur 35 hari. Penurunan aktivitas enzim protease diduga karena adanya perubahan dalam kebiasaan makanan, yaitu dari karnivora menjadi  omnivora. Aktivitas enzim amilase pada ikan karnivora lebih rendah dibandingkan dengan pada ikan omnivora dan herbivora (Furuichi 1988). Dengan demikian, kemampuan ikan mencerna karbohidrat sangat rendah terutama pada ikan karnivora. Kecernaan suatu makanan bervariasi menurut spesies ikan. Secara umum kecernaan protein mulai dari 70 sampai 90%, karbohidrat bervariasi dari 15 sampai 40% dan untuk selulosa sekitar 1% (Zonneveld et al. 1991).
Organ pencernaan utama yang mensekresikan lipase adalah usus, pankreas dan pyloric caeca. Secara umum, ikan yang mendapatkan pakan berupa uniseluler dan diatom (kandungan lemak kasar 1,98%) mempunyai aktivitas lipase yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pakan alga hijau berfilamen (kandungan lemak kasar 0,98%). Enzim yang disekresikan ke dalam lumen (rongga) saluran pencernaan berasal dari mukose larinl, piyloric caeca, pankreas dan mukosa usus. Enzim-enzim  karbohidrase, protease dan lipase mempengaruhi pencernaan makanan di usus anterior.
2.2.4  Proteinase
Protein adalah bahan organik dengan berat yang tinggi, tersusun dari sejumlah asam amina yang disatukan dalam ikatan peptid.  Pada hidrolisis protein sederhaha hanya menghasilkan asam amino, sedangkan hidrolisis protein yang berikatan dengan senyawa lain menghasilkan tambahan grup nonprotein (gugusprostetik). Selama pencernaan, rantai peptida dihidrolisis satu per satu menjadi asam amino atau gugus asam amino.  Enzim-enzim pencernaan protein yang dikenal secara umum dapat dilihat pada tabel 1.
Menurut Handajani (2006) enzim protease dibagi menjadi endopeptidase dan eksopeptidase.  Endopeptidase berperan sebagai katalisator dalam menghidrolisis rantai peptid bagian tengah dan rantai peptid yang sangat spesifik. Sedangkan eksopeptidase mengkatalisis dalam melepaskan ujung asam amino. Endopeptidase dan eksopeptidase dapat ditemukan sebagai enzim intra selular maupun ekstra selular.
1. Pepsin
Enzim endopeptidase yang berperan penting dalam pencernaan protein antara lain adalah pepsin. Pepsin merupakan enzim yang disekresikan oleh mukosa lambung. Enzim ini memiliki aktivitas proteolitik optimal pada pH 2. Pepsin ditemukan pada seluruh hewan vertebtata kecuali pada ikan yang tidak memiliki lambung. Aktivitas pepsin tergantung pada pH, suhu dan jenis substrat. Kekuatan mencerna dari cairan gastrik bergantung pada jumlah pepsin pH. Konsentrasi enzim tertentu, aktivitas proteolitik dari cairan digestif akan mencapai maksimal pada pH lebih rendah dari 4.
Cairan gastrik cukup mengandung HCl untuk mencapai pH asam. Di dalam lambung, hanya lapisan luar dari makanan yang mempunyai nilai pH yang cocok untuk aktivitas pepsin, sedangkan bagian dalam mempunyai nilai pH yang lebih tinggi. Konsekuensinya adalah pencernaannya terjadi secara bertahap, sehingga ketika lapisan luar telah menjadi cair baru kemudian lapisan berikutnya mengalami pengasaman dan selanjutnya akan dicerna hingga menjadi cair. Selain dipengaruhi pH, pencernaan di lambung juga disokong oleh konsentrasi pepsin yang tinggi, suhu yang tinggi dan gerakan lambung yang intensif. Sebagai hasil akhir dari hidrolisis enzim pepsin ini adalah protease, pepton dan peptida. Untuk dapat diserap, hasil hidrolisis enzim dihirolisis lagi oleh enzim eksopeptidase.
2. Tripsin
Enzim ini disekresikan oleh pankreas eksokrin. Aktivitas tripsin dapat ditemukan dalam segmen usus, diserap oleh mukosa usus. Tripsin aktif secara maksimal pada media basa karena pada pH 7-11, tergantung substrat. Hasil akhir hidrolisis tripsin adalah Protease, pepton, peptida dan asam amino. Aktivitas proteolitik pada segmen usus umumnya menurun dari bagian depan ke arah bagian belakang dan enzim ini resisten terhadap autolisis di dalam usus. Walaupun demikian enzim yang ada pada hormon tersebut akan diserap kembali oleh dinding usus di bagian belakang (Handajani, 2006).
Aktivitas enzim sangat mempengaruhi kecernaan dapat ditentukan dengan umur ikan, keadaan fisiologis dan musim, serta berkorelasi positif dengan kebiasaan makanan ikan (Kuzmina 1996). Menurut Souza et al. (2007) pada ikan di daerah tropis memiliki enzim alkali protease diperoleh dari  pyloric caeca dan berfungsi dalam menjaga kestabilan suhu yang baik dan mempunyai aktivitas yang tinggi pada rentang pH yang luas. Ada macam-macam jenis ikan air tawar salah satunya adalah ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memiliki pyloric caeca yang dapat menghasilkan enzim alkali protease. Enzim alkaliprotease merupakan salahsatu turunan dari enzim serin. Alkali protease ditemukan aktif pada pH antara 8-13 dan banyak yang termasuk kedalam golongan protese serin subtisilin. Asam amino serin, histidin dan aspartat pada sisi aktif protease kelompok ini ditemukan bersifat consevered (Neurath 1989 dalam Suhartono 2000). Protease alkali tersebar luas pada virus, bakteri dan golongan eukariot, sehingga menunjukkan peranannya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Berdasarkan kemiripan strukturnya, alkali protease dibedakan menjadi 20 famili yang diperkirakan berakar pada 6 molekul enzim pemula (ancestor )     (Rao et al.1998). 
Alkali protease diproduksi oleh berbagai spesies bakteri, kapang dan khamir. Enzim alkali protease spesifik terhadap residu asam amino aromatik atau hidrofobik fenilalanin atau leusin pada sisi karboksil dari titik pemutusan, mempunyai spesifitas yang mirip, tapi sedikit lebih kuat dibandingkan dengan akhimotripsin (Suhartono 2000).
Enzim alkali protease banyak dihasilkan dari golongan Bacillus. Alkali protease yang banyak dikenal adalah substilin, yang meliputi substilin Carlsberg dan subtisilin BPN. Subtisilin Carlsberg  pertama sekali dikenali dalam keseluruhan asam amino yang telah disekuen. Subtisilin clasberg dihasilkan oleh Bacillus licheniformis bersifat tahan panas, pH optimumnya kira-kira 10, oleh sebab itu banyak  bermanfaat dalam berbagai industri deterjen dan industri pangan khususnya pembuatan protein hidrolisat (Aunstrup 1979). Subtisilin Novo atau subtisilin BPN yang dihasilkan oleh Bacillus amiloliquefacien, sangat mirip dengan substisilin Carlsberg dalam hal stabilitas dan aktivitasnya. Kisaran temperatur pH dan subtisilin BPN sedikit lebih sempit untuk subtisilin BPN. Kedua jenis enzim tersebut tidak memiliki residu sistein, aktif pada pH 8-9 serta dihambat senyawa yang bereaksi dengan serin (Raoet al.1998). Menurut Primanita Sukma (2003) usus ikan bawal hitam memiliki isolat proteolitik juga ditemukan di daerah usus sepanjang 3-6 cm dari lambung namun protease ekstraseluler yang diekresikan bersifat tidak stabil.
Bakteri Saluran Pencernaan Ikan
 Bakteri merupakan mikroorganisme bersel satu, tidak berklorofil, berkembang biak dengan membelah diri, dan ukurannya sangat kecil. Bakteri termasuk ke dalam golongan prokariot dengan dinding sel yang kompleks. Di sebelah luar dinding sel terdapat selubung atau kapsul. Di dalam bakteri tidak terdapat membran dalam (endomembran) dan organel bermembran seperti kloroplas dan mitokondria (Dwidjoseputro, 2005).
Lingkungan mengandung beranekaragam bakteri dalam jumlah yang berbeda-beda. Keadaan lingkungan menentukan jumlah dan spesies bakteri yang dominan di lingkungan tersebut (Gandjar et al. 1992). Salah satu lingkungan yang menjadi habitat bakteri adalah saluran pencernaan ikan. Saluran pencernaan adalah tabung khusus yang terbagi menjadi beberapa bagian yang memanjang dari bibir hingga anus yang meliputi lambung, usus kecil dan usus besar. Fungsi utama saluran pencernaan adalah mengubah makanan menjadi komponen yang dapat dicerna dan diserap oleh tubuh, dan dalam proses metabolismenya bersimbiosis dengan bakteri (Zoetendal et al. 2004).
Menurut Leano et al. (2005), jumlah bakteri yang ditemukan dalam saluran pencernaan ikan lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan perairan sekitarnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa saluran pencernaan ikan menyediakan habitat yang menguntungkan bagi bakteri. Fatimah (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan metode kultur konvensional didapatkan beberapa genus bakteri yang memiliki potensi sebagai bakteri proteolitik, diantaranya adalah dari genus Aeromonas dan Enterobacter. Al-Harbi et al (2005) menyebutkan pada penelitiannya bahwa terdapat 19 spesies bakteri yang berhasil diidentifikasi dari perairan payau di Arab Saudi menggunakan kultur konvensional, dimana sebagian besar ditemukan di usus. Bakteri tersebut di antaranya adalah berasal dari genus Vibrio, Streptococcus dan Chryseomonas.
Usus beberapa spesies ikan laut banyak mengandung bakteri halofilik (Clarke dan Bauchop 1977). Bakteri halofilik telah diisolasi dari usus ikan laut dalam, dengan metode Dorayaki yang menggunakan agar laut di bawah tekanan in situ (Nakayama et al, 1994). Aeromonas salmocida dideteksi dalam mukus ikanikan salmon (Cipriano et al 1992). Berdasarkan kriteria fisiologisnya, telah diindentifikasi 504 jenis total bakteri saluran pencernaan ikan rainbow trout. Dari jumlah tersebut, 153 strain telah ditentukan urutan gen 16S rRNA. Mikroba yang dominan adalah dari subklas Gamma-Proteobacteria (genera Citrobacter, Aeromonas dan Pseudomonas), bakteri gram positif dengan G + C rendah (genus Carnobacterium) dan subklas Beta-Proteobacteria (Spanggaard et al 2000). Umumnya makanan yang pertama kali didapatkan dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya adalah plankton yang bersel tunggal dan berukuran kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan akan dapat hidup. Tetapi apabila dalam waktu yang relative singkat ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan terjadi kelaparan dan kehabisan tenaga yang menyebabakan kematian. Setelah dewasa ikan itu akan mengikuti pola kebiasaan induknya (Effendi, 2002).

Thursday, July 13, 2017

MENGENAL KARYA TULIS ILMIAH

July 13, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
KARYA TULIS ILMIAH
Ada beberapa pengertian dari karangan ilmiah, yakni :
ü  Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
ü  Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
ü  Karya ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan menyajikan fakta umum serta ditulis menurut metodologi penulisan yang benar. Karya ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya
ü  Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Dari berbagai macam pengertian karya ilmiah di atas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud karya ilmiah dalam makalah ini adalah, suatu karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah.
Ciri-Ciri Karangan Ilmiah
1. Struktur Sajian (pendahuluan,  pokok bahasan, dan bagian penutup)
Pendahuluan merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin di sampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab, subtopik dan beberapa paragraph yang dimana bagian penutupnya adalah kesimpulan pokok bahasan serta rekomendasi penulis dengan tindak lanjut gagasan tersebut.
2. Komponen dan substansi
Komponen dan substansi karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung dari seluruh struktur sajian dan daftar pustaka.
3. Sikap Penulis
Sikap penulis yang objektif yang dimana disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal dengan banyak menggunakan betuk pasif dan tanpa menggunakan kata pengganti orang pertama dan kedua.
4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata dan kalimat-kalimat efektif yang tersetruktur dan baku.
Hal-hal yang harus ada dalam karya ilmiah antara lain:
1. Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
3. Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4. Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
6. Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).
Sifat Karangan Ilmiah
Setiap karangan memiliki sifat yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut :
o    Abstrak normal yaitu informatif, umum, non teknis, tidak untuk kepentingan pribadi menyertakan pendapat orang lain tanpa bukti, tidak ada ajakan emosional, popular,
o    Spesifik historis yaitu informatif, sumber sejarah, tanpa ajakan emosional, tidak untuk kepentingan pribadi, tidak memuat penilaian, kongkret, spesifik, semi teknis, bahasa dan susunan normal,
o    Non teknis kongkrit yaitu informatif, bernada populer, spesifik dan kongkrit, tanpa ajakan, emosional atau imaginatif, sistematis dan ditujukan kepada pembaca dengan pengetahuan ilmiah dasar,
o    Teknis umum yaitu informatif, teknis, tidak untuk keberuntungan pribadi, masalah secara umum, kongkrit, tidak ada ajakan emosional, ditujukan kepada pembaca berpengetahuan teknis.
Macam Karangan Ilmiah
Pada prinsipnya semua karya ilmiah yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan , tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut,. Secara garis besar, karya ilmiah di klasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian.
1. Karya Ilmiah Pendidikan
Karya ilmiah pendidikan digunakan tugas untuk meresume pelajaran, serta sebagai persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan. Karya ilmiah pendidikan terdiri dari:
•  Paper (Karya Tulis).
Paper atau lebih populer dengan sebutan karya tulis, adalah karya ilmiah berisi ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya.
Tujuan pembuatan paper ini adalah melatih mahasiswa untuk mengambil intisari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan oleh dosen, penulisan paper ini agak di perdalam dengan beberapa sebab antara lain, Bab I Pendahuluan , Bab II Pemaparan Data, Bab III Pembahasan atau Analisisdan Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
•  Pra Skripsi
Pra Skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan mendapatka gelar sarjana muda. Karya ilmiah ini disyaratkan bagi mahasiswa pada jenja0ng akademik atau setingkat diploma 3 ( D-3).
Format tulisannya terdiri dari Bab I Pendahuluan (latar belakang pemikiran, permasalahan, tujuan penelitian atau manfaat penelitian dan metode penelitian). Bab II gambaran umum (menceritakan keadaan di lokasi penelitian yang dikaitkan dengan permasalahan penelitian), Bab III deskripsi data (memaparkan data yang diperoleh dari lokasi penelitian). Bab IV analisis (pembahasan data untuk menjawab masalah penelitian). Bab V penutup (kesimpulan penelitian dan saran)
•  Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta- fakta empiris-objektif baik berdasarkan peneliian langsung (observasi lapangan ) maupun penelitian tidak langsung (study kepustakaan)skripsi ditulis sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana S1. Pembahasan dalam skripsi harus dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah yaitu logis dan emperis.
•  Thesis
Thesis adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dari pada skripsi, thesis merupakan syarat untuk mendapatkan gelar magister (S-2).
Penulisan thesis bertujuan mensinthesikan ilmu yng diperoleh dari perguruan tinggi guna mempeluas khazanah ilmu yang telah didapatkan dari bangku kuliah master, khazanah ini terutama berupa temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian secara mendalam tentang suatu hal yangmenjadi tema thesis tersebut.
•  Disertasi
Disertasi adalah suatu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta akurat dengan analisis terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji pada sutu perguruan tinggi, desertasi berisi tentang hasil penemuan-penemuan penulis dengan menggunakan penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu hal yang dijadikan tema dari desertasi tersebut, penemuan tersebut bersifat orisinil dari penulis sendiri, penulis desertasi berhak menyandang gelar Doktor.
2. Karya ilmiah Penelitian.
a. Makalah seminar.
•  Naskah Seminar
Naskah Seminar adalah karya ilmiah tang barisi uraian dari topik yang membahas suatu permasalahan yang akan disampaikan dalam forum seminar. Naskah ini bisa berdasarkan hasil penelitian pemikiran murni dari penulisan dalam membahas atau memecahkan permasalahan yang dijadikan topik atau dibicarakan dalam seminar.
•  Naskah Bersambung
Naskah Bersambung sebatas masih berdasarkan ciri-ciri karya ilmiah, bisa disebut karya tulis ilmiah. Bentuk tulisan bersambung ini juga mempunyai judul atau title dengan pokok bahasan (topik) yang sama, hanya penyajiannya saja yang dilakukan secara bersambung, atau bisa juga pada saat pengumpulan data penelitian dalam waktu yang berbeda
b. Laporan hasil penelitian
Laporan adalah bagian dari bentuk karya tulis ilmiah yang cara penulisannya dilakukan secara relatif singkat. Laporan ini bisa dikelompokkan sebagai karya tulis ilmiah karena berisikan hasil dari suatu kegiatan penelitian meskipun masih dalam tahap awal
c. Jurnal penelitian
Jurnal penelitian adalah buku yang terdiri karya ilmiah terdiri dari asal penilitian dan resensi buku. Penelitian jurnal ini harus teratur continue dan mendapatkan nomor dari perpustakaan nasional berupa ISSN (international standard serial number).
KARANGAN SEMI ILMIAH/POPULER
Sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen. Karakteristiknya : berada diantara ilmiah.
Ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu :
1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi;
2. Fakta yang disimpulkan subjektif;
3. Gaya bahasa formal dan popular;
4. Mementingkan diri penulis;
5. Melebih-lebihkan sesuatu;
6. Usulan-usulan bersifat argumentative; dan Bersifat persuasive.
Sifat Karangan Semi Ilmiah, antara lain :
1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi
2. Fakta yang disimpulkan subjektif
3. Gaya bahasa formal, sederhana, dan popular
4. Tidak memuat hipotesis
5. Penyajian fakta dibarengi dengan sejarah
6. Bersifat imajinatif
7. Situasi didramatisir, dan
8. Bersifat persuatif
Bentuk Karangan Semi Ilmiah, antara lain :
1. Artikel
2. Editorial
3. Opini
4. Feuture
5. Reportase
KARANGAN NON ILMIAH
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:
   Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
   Fakta yang disimpulkan subyektif,
   Gaya bahasa konotatif dan populer,
   Tidak memuat hipotesis,
   Penyajian dibarengi dengan sejarah,
   Bersifat imajinatif,
   Situasi didramatisir,
   Bersifat persuasif.
   Tanpa dukungan bukti
Jenis - Jenis Karya Non Ilmiah
1. Dongeng, suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.
2. Cerpen, suatu bentuk naratif fiktif, cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya - karya fiksi yang lebih panjang.
3. Novel, karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif.
4. Drama, suatu karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
5. Roman, sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing - masing.
SIKAP ILMIAH
Sikap Ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar yang tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga keterbukaan.  Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula.
Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah:
1. Jujur
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu degan sesungguhnya  dan apa adanya, tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi. Sifat jujur ini harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang.
2. Terbuka
Seseorang mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas dari praduga. Ia menyakini bahwa prasangka, kebencian baik pribadi maupun golongan Ia tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral, politik, ekonomi, dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak, jadi ia terbuka akan pendapat orang lain.
3. Toleran
Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup.
4. Skeptis
Skeptis adalah sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi, tidak sinis tetapi meragukan kebenaran informasi sebelum teruji yang didukung oleh data fakta yang kuat sehingga dalam membuat pernyataan, keputusan atau kesimpulan tidak keliru.
5. Optimis
Optimis adalah berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus asa, dan ia selalu berkata“ Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba mengerjakannya” .
6. Pemberani
Seseorang harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi ketidak benaran, kepura-puraan, penipuan, kemunafikan, dan kebathilan yang akan menghambat kemajuan.
7. Kreatif
Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus menpunyai sikap kreatif yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan berkemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru.
Referensi :
https://yuniyulia50.wordpress.com/2015/10/22/karangan-ilmiah-semi-ilmiah-non-ilmiah-dan-metode-ilmiah-2/
http://gatotbukankaca.weebly.com/bahasa-indonesia-2-karangan-ilmiah-non-ilmiah-dan-ilmiah-populer.html
http://kelompok1iad.blogspot.co.id/2014/11/sikap-ilmiah_15.html

Wednesday, July 12, 2017

Chitosan pada Sisik Ikan Bandeng (Chanos chanos) sebagai Alternatif Pengawet Alami pada Bakso

July 12, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


LATAR BELAKANG
Manusia dalam hidupnya pasti membutuhkan makanan. Makanan yang baik adalah makanan yang alami tanpa campuran zat aditif. Manusia harus mengonsumsi makanan yang sehat untuk menjaga kesehatannya. Indonesia memiliki beragam jajanan kuliner yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, salah satunya adalah bakso. Dalam pengolahan bakso diperlukan suatu zat pengenyal agar bakso menjadi kenyal dan bertahan lebih lama. Sayangnya, banyak produsen bakso yang kemudian menggunakan zat aditif berbahaya untuk mendapatkan hasil bakso yang bagus, yakni dengan menggunakan boraks.
Boraks merupakan zat aditif berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh. Boraks adalah senyawa kimia yang mempunyai sifat dapat mengembangkan, memberi efek kenyal, serta dapat membunuh mikroba. Pengaruh boraks dalam kesehatan: jika terhirup muncul rasa terbakar pada hidung serta tenggorokan, susah bernafas, nafas pendek, pusing, kanker paruparu. Jika terkena kulit timbul warna merah, terbakar serta gatal. Jika terkena mata akan menimbulakan mata merah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan kabur bahkan kebutaan. Jika tertelan akan menimbulkan perut mual, muntah, perih, dapat pula menyebabkan kurang darah, muntah darah, serta kematian (Githa, 2010).
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Berdasarkan wawasan nusantara, segi sosial dan ekonomi, perikanan Indonesia memiliki peran yang penting karena wilayah negaranya terdiri dari lautan yang memiliki kekayaan potensial berupa sumber daya alam hayati terutama hasil perikanan (Suharjo dan Noor Harini, 2005).
Salah satu hasil melimpahnya laut adalah ikan. Ikan bandeng merupakan salah satu ikan laut yang memiliki sisik cukup banyak. Keberadaannya di Indonesia pun sudah dikenal luas serta mudah didapat. Selain dagingnya enak dikonsumsi, ternyata sisiknya mempunyai manfaat sebagai bahan pengenyal. Pada umumnya ikan memiliki sisik yang mengandung chitosan. Chitosan adalah produk alami dari chitin, polysaccharide pada exoskeleton ikan, seperti udang dan rajungan. Bahan dasar chitosan antara lain dari sisik ikan. Sisik ikan dihilangkan mineralnya (de-mineralisai) dengan cara dijemur di bawah sinar matahari karena organisme laut kaya mineral. Chitosan mempunyai kelebihan dan tingkat keamanan lebih dibandingkan dengan boraks karena mempunyai gugus aktif yang akan berikatan dengan mikroba maka chitosan mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Dan sangat menyerap bahan anorganik dan komponen logam. Melihat melimpahnya ketersediaan sumber daya yang ada, maka penelitian ini mencoba mengekstrak dan menguji potensi chitosan yang ada dalam sisik ikan sebagai bahan pengawet yang aman pada bakso.
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Pengawet Buatan Bahan pengawet merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk menghambat kerusakan pada makanan baik yang disebabkan oleh mikroba pembusuk, ragi, maupun jamur dengan cara menghambat, mencegah, menghentikan proses pembusukan fermentasi dari bahan makanan (Norman, 1988). G.2 Boraks Boraks adalah senyawa kimia yang mempunyai sifat dapat mengembangkan, memberi efek kenyal, serta dapat membunuh mikroba. Boraks sering diguanakan oleh produsen untuk dijadikan zat tambahan makanan (ZTM) pada bakso, tahu, mie basah, bihun, krupuk maupun lontong.
Ciri-ciri bakso yang mengandung boraks: tekstur kenyal susah dihancurkan, warna tidak kecoklatan namun keputihan. Pengaruh boraks dalam kesehatan: jika terhirup muncul rasa terbakar pada hidung serta tenggorokan, susah bernafas, nafas pendek, pusing, kanker paru-paru. Jika terkena kulit timbul warna merah, terbakar serta gatal. Jika terkena mata akan menimbulakan mata merah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan kabur bahkan kebutaan. Jika tertelan akan menimbulkan perut mual, muntah, perih, dapat pula menyebabkan kurang darah, muntah darah, serta kematian (Remajagaptek, 2011).
Ikan Bandeng Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan penghasil protein hewani tinggi, memiliki bentuk tubuh memanjang, padat, pipih, dan oval. Kepala tidak bersisik, mulut terletak diujung dan berukuran kecil dan rahangnya tanpa gigi. Ikan bandeng memiliki nama latin Chanos chanos, merupakan ikan campuran antara air asin dan air tawar atau payau.
Morfologi Ikan bandeng menurut Djuhanda (1981) mempunyai tubuh yang ramping dan ditutupi oleh sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak. Mulut sedang dan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata dan tidak memiliki sungut. Ikan ini memiliki tubuh langsing dengan sirip ekornya bercabang sehingga mampu berenang dengan cepat. Warna tubuhnya putih keperak – perakan. mulut tidak bergerigi sehingga menyukai makanan ganggang biru yang tumbuh di dasar perairan (Adelaide, dkk, 2011).
Sisik ikan Badan ikan pada umumnya mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala , badan (tubuh) ,dan ekor. Seluruh badan ikan di tertutup oleh kulit , terkadang di lengkapi dengan sisik yaitu lempengan-lempengan tulang yang tersusun rapidi permukaan badan ikan . Sisik ikan terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar tipis merupakan epidermisnya di bentuk oleh sel-sel ephiteal. Pada lendir. Lapisan di bawahnya adalah dermis , kutin dan korium . Di bawah dermis terdapat lapisan sel-sel yang mengandung kitin . Sisik ikan terbentuk dari lempeng-lempeng tulang rawan yang lentur dan saling tumpang tindih.
Sisik ikan bersifat impermiabel terhadap mikroorganisme dan senyawa-senyawa yang larut dalam air. Ada empat tipe sisik, yaitu plakoid, ganoid, sikloid, dan stenoid (Suwedo, 1993). G.5 Chitosan Chitosan adalah poli 2-amino-2deoksi-β-D-glukosa, merupakan kitin yang terdeasetilasi, dimana gugus asetil pada kitin disubstitusikan oleh hidrogen menjadi gugus amino dengan penambahan larutan basa kuat berkonsentrasi tinggi (Fernandez,dkk, 2008).
Chitosan adalah produk alami dari chitin, polysaccharide pada exoskeleton ikan, seperti udang dan rajungan. Bahan dasar Chitosan antara lain dari sisik ikan. Sisik ikan dihilangkan mineralnya (demineralisai) dengan cara dijemur di bawah sinar matahari karena organisme laut kaya mineral. Chitosan mempunyai kelebihan dan tingkat keamanan lebih dibandingkan dengan boraks karena mempunyai gugus aktif yang akan berikatan dengan mikroba maka chitosan mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Dan sangat menyerap bahan anorganik dan komponen logam. Keunikan bahan ini hingga berfungsi sebagai pengawet karena mempunyai gugus amoni yang bermuatan positif yang dapat mengikat muatan negatif dari senyawa lain (Roberts, 1992).
Karena sifat kimianya tersebut, khitosan dapat berfungsi sebagai anti mikrobial, pelapis (coating), pengikat protein dan lemak. Pelapis dari polisakarida merupakan penghalang yang baik, sebab pelapis jenis ini bisa membentuk matrik yang kuat dan kompak yang bersifat permiabel terhadap CO2 dan O2. Sebagai pelapis, khitosan mampu melindungi dan melapisi bahan makanan sehingga dapat mempertahankan rasa asli dan menjadi penghalang masuknya mikroba (Suseno, 2006 ; Hardjito, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Adelaide, dkk. 2011. Identifikasi Parasit pada Bandeng (Chanos chanos). Jurnal Identifikasi Parasit pada Bandeng. http://adelaidearsenal.blogspot.com/2011/12/jurnal-identifikasi-parasit-padaikan.html. Diakses tanggal 24 Oktober 2012. Fernandez,dkk. 2008. Characterization of Antimikrobial Properties on The Growth of S.aureus of Novel Renewable Blends of Gliadins and Chitosan of Interest in Food Packaging and Coating Aplications, dalam Studi Analisis Antibakteri dari Film Gelatin-Chitosan Menggunakan Staphylococcus aureus oleh Mardian Darmanto, dkk, Prosiding Skripsi Semester Genap 2010/2012 ITS Surabaya. Githa, 2010. Dampak Formalin Terhadap Kesehatan, dampak Penggunaan Formalin dan Borax. http://githa.student.umm.ac.id/2010/07/02/dampakformalin-terhadap-kesehatan. Diakses tanggal 29 September 2012. Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press. Mardian Darmanto, dkk, 2011. Studi Analisis Antibakteri dari Film GelatinChitosan Menggunakan Staphylococcus aureus. Prosiding Skripsi Semester Genap 2010/2012 ITS Surabaya. Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan, Edsisi III, di terjemahkan oleh Muschji Muljoharjo. Jakarta : Penerbit UI. Remajagaptek. 2011. http://www.remajagaptek.com/2011/10bahayaborax.html?m=1. Diakses tanggal 1 Oktober 2012. Roberts. 2006. Dalam Pengaruh Konsentrasi Khitosan Terhadap Mutu Ikan Teri (Stolephorus heterolubus) Asin Kering Selama Pentimpanan Suhu Kamar. Tesis oleh sri Sedjati, 2006. Semarang : Universitas Diponegoro. Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Suharjo dan Noor Harini. 2005. Ekstrak Chitosan dari Cangkang Udang Windu (Penaeus Monodon Sp.) Secara Fisik-Kimia (Kajian Berdasarkan Ukuran Partikel Tepung Chitin dan Konsentrasi NaOH). GAMMA volume 1 No.1, September 2005 : 7-15. Suseno, 2006 ; Hardjito, 2006. Dalam Pengaruh Konsentrasi Khitosan Terhadap Mutu Ikan Teri (Stolephorus heterolubus) Asin Kering Selama Pentimpanan Suhu Kamar. Tesis oleh sri Sedjati, 2006. Semarang : Universitas Diponegoro.
           10 Suwedo Hadiwiyoto. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.