Pengeringan Dasar Tambak
Semua tingkat teknologi budidaya tambak menghendaki pengeringan tanah dasar yang sempurna, yang dapat dilakukan pada periode musim kemarau. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi senyawa – senyawa asam sulfide dan senyawa beracun yang terjadi selama tambak terendam air, memungkinkan terjadinya pertukaran udara dalam tambak sehingga proses mineralisasi bahan organic yang diperlukan untuk pertumbuhan kelekap dapat berlangsung, serta unutk membasmi hama penyakit dan benih- benih ikan liar yang bersifat predator ataupun kompetitor.
Agar lebih mempermudah pelaksanaan pengeringan tambak dapat dilakukan pada saat air laut surut. Pengeringan tambak berlangsung selama 1-2 minggu, sampai keadaan tanah retak- retak, namun tidak terlalu kering atau berdebu.(gambar 1). Tambak yang terlalu kering kurang baik untuk pertumbuhan klekap. Jadi yang dimaksud dengan tidak terlalu kering adalah bila tanah dasar tambak diinjak, kaki masih melesak sedalam 10-20 cm. sebaliknya bila pengeringan tambak kurrang sempurna, kelekap yang tumbuh didasar tambak kurang kuat melekat dan mudah lepas dari substratnya. Hal ini akan menyebabkan kelekap mengapung kepermukaan air tambak dan membusuk, keadaan ini mencemari tambak. Untuk mengetahui tingkat pengeringan tersebut yaitu dengan cara mengukur ketinggian lekukan yang terjadi dalam tanah dasar yang retak- retak tersebut, apabila lapisan telah mencapai 1-2 cm, maka pengeringan sudah dianggap cukup.
Kedok teplok
Pengangkatan Lumpur dasar sebaiknya dilakukan pada saat Lumpur dasar dapat diangkat (gambar 2). Kebanyakan petambak melakukan kedok teplok pada saat tergenang sehingga partikel- partikel Lumpur yang halus bercampur dengan air, sehingga kadar NH3 –N dan H2S tetap tinggi.
Pengolahan tanah dasar tambak
Pengolahan tanah dasar dilakukan menggunakan hand tractor atau dicangkul, dengan kedalaman tidak lebih dari 30 cm. hal ini dilakukan sehubungan dengan pengaruh unsur hara terhadap pertumbuhan plankton pada kedalaman tertentu, dan kemampuan unsur toksis berpengaruh terhadap kehidupan udang didasar tambak. Pengolahan tanah dasar dilakukn hanya pada tambak masam dan tambak yang sudah lama beroperasi, dan dilakukan pada musim tertentu, dimana unsur- unsur toksis dalam bongkahan tanah dapat teroksidasi dengan sempurna (musim kemarau). Setelah tanah dasar tambak ditraktor, kemudian dibalik dan Lumpur yang ada didalam caren harus diangkat sambil memperbaiki pematang. Selanjutnya direndam air (10 – 20) selama ± 7 hari, lalu dikeringkan kembali.
2. Pengapuran
Pengapuran adalah upaya peningkatan produktivitas tambak, utamanya tambak masam yang bertujuan :
Pengeringan tanah
Memperbaiki struktur tanah yaitu meningkatkan daya sanggah (buffer) tanah dan air sehingga tidak terjadi perubahan kemasaman (pH) yang ekstrim.
Menetralisasi unsur toksis yang disebabkan oleh aluminium dan zat besi dengan ketersediaan kalsium dalam jumlah yang cukup, sehingga ketersediaan unsur hara seperti posfat akan bertambah.
Menstimulir aktivitas organisme tanah sehingga dapat menghambat organisme yang membahayakan kehidupan udang (desinfectan)
Dapat merangsang kegiatan jasad renik dalam tanah sehingga dapat meningkatkan penguraian bahan organic dan nitrogen dalam tanah.
Pada tanah masam dengan pH < 5, pengapuran dilakukan sesudah diadakan reklamasi sehingga pH tanah tidak terjadi perubahan yang drastis. Sedangkan pada tanah dasar tambak yang pH>7 tidak dilakukan pengapuran atau pengapuran dalam jumlah yang sedikit sebgai desinfectan saja (poernomo 1992). Pengapuran dilakukan pada saat tanah dasar tambak dalam keadaan lembab dan juga dilakukan pada saat pengolahan atau pembalikan tanah dasar tambak. Setelah tanah dasar tambak dikapur dengan kaptan selanjutnya dibiarkan kering dan terjemur.
3. Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama (terutama trisipan, kepiting dan udang / ikan liar) yang paling efektif adalah melalui pengeringan tambak secara sempurna. Sedangkan pengapuran dengan menggunakan kapur hidrat dan kapur oksida pada suhu tinggi juga dapat berfungsi untuk memberantas hama udang liar (Mustafa 1991). Pemberantasan hama ikan dapat dilakukan dengan menggunakan saponin, dimana keampuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan salinitas air tambak. Pada salinitas rendah yaitu salinitas <20 20-30kg="" apabila="" dan="" diaplikasi="" dilakukan="" dosis="" ha="" hari="" pada="" ppm="" salinitas="" sebaiknya="" siang="">30 ppm, saponin diaplikasikan dengan dosis 10-15 kg/ha.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesudah pemberantasan hama, dan pada kondisi sekarang ini pemupukan dilakukan pada semua tingkat teknologi. Jenis dan dosis pupuk ditentukan oleh tingkat kesuburan dari masing- masing tanah dasar tambak. Kesuburan suatu perairan tergantung pada produktivitas tanaman berklorofil, dan ini merupakan interaksi dari berbagai faktor diantaranya tersedianya zat hara dalam perairan (andarias 1991). Kesuburan perairan juga ditandai dengan kelimpahan dan jenis nabati air baik berupa fitoplankton maupun yang berupa fitobentos, dimana kedua kelompok ini merupakan primer utama dalam budidaya udang dan ikan ditambak.
Pemupukan tambak dimaksudkan unutk merangsang pertumbuhan makanan alami yang diperlukan oleh udang dan ikan selama pemeliharaan.
Didalam pemupukan tambak sebaiknya dalam satu kali masa panen dilakukan dua kali pemupukan, yaitu :
Pemupukan Dasar
Pada pemupukan dasar yang ditumbuhkan terutama adalah klekap (lumut dasar). Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan dalam setiap hektar adalah : pupuk kandang dicampur dengan dedak halus dengan dosis 1-2 ton/ha, kemudian disebar merata ke dasar tambak. Selanjutnya campuran pupuk urea 100-150 kg/ha dan SP36 sebanyak 50-75 kg/ha, juga disebar merata keseluruh permukaan tambak. Masukkan air kedalam tambak sampai mencapai ketinggian 10-20 cm dengan menggunakan saringan dan biarkan menguap selama 2 minggu. Bila keadaan air dipermukaan telah menjadi jernih sedang dasar tambak telah tampak hijau ditumbuhi klekap, maka air didalam tambak ditambah secara bertahap sampai mencapai kedalaman 60-100 cm. Jika keadaan air sudah cukup stabil, maka petakan siap untuk ditebari.
Pemupukan Susulan
Jika diperkirakan makanan alami ditambak hamper habis (masa pemeliharaan + 1 bulan), maka perlu dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan pupuk urea dan SP36 dengan dosis urea 10-15 kg/ha dan SP36 5-10 kg/ha.
Pada pemupukan susulan ini yang ditumbuhkan adalah plankton, dan dilakukan setiap 10-14 hari sekali. Pupuk susulan ditebarkan pada pelataran tambak. Pemupukan tidak dianjurkan pada tambak-tambak yang mempunyai tanah dasar bersifat masam )pH < 6). Dapat juga dilakukan pemupukan apabila sudah dilakukan proses pengapuran (penebaran kapur tohor) atau menggantungkan batu kapur dimuka pintu-pintu air.
5. Persiapan Air untuk Penebaran
Air dimasukkan kedalam petakan tendon yang telah diendapkan selama + 4 hari. Persiapan tendon dilakukan sama dengan persiapan petak pembesaran, hanya tidak dilakukan pemupukan. Apabila tambak tidak memakai petakan tendon, maka tambak sebaiknya diberi kaporit 5 ppm sebelum ditebari udang dan tidak boleh ganti air sampai 1,5 bulan. Air yang telh ditampung dikapuri secara rutin dn dialirkn ke petak pembesaran dengan pergantian air dipetak pembesaran sebnyak 20-30 % pertiga hari.
6. Penebaran Tokolan
Tokolan PL 57-60 ditebar dipetak pembesaran dengan kepadatan disesuaikan dengan luas lahan. Dibandingkan dengan Pl 11-17 , tokolan udang lebih toleran terhadap fluktuasi salinitas yang lebar sehingga membutuhkan wktu yang singkat dalam proses aklimatisasi (gambar 3). Penebaran sebiknya dilakukan pada waktu suhu udara dingin, yaitu pada jam 06.00 – 08.00 pagi atau jam 17.00 sore-22.00 malam. Hindari penebaran benur yang terkumpul disatu tempat. Benur ditebar setelah air tidak berbau kaporit dan air sudah berwarna coklat muda. Padat tebar 5 ekor/m2 atau 50.000 ekor/ha. Berikan gilingan ikan segar/cumi-cumi 5 kg/ha dipinggirtambak atau disekitar benur ditebar. Jangan diberikan daging, udang/rebon atau rajungan, dan juda berikan 1 kg pellet halus/ha/hari selama 3 hari berturut-turut, dengan cara ini kehidupan udang biasa mencapai > 70 %.
Dalam penebaran benih pada budidaya campuran (udang dan banding) tidak boleh dilakukan secara bersamaa, tetapi tebarkanlah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan udng beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Penebaran banding dilakukan setelah udang berada dalam tambak lebih kurang dua atau tiga minggu.
7. Pemeliharaan
Keberhasilan usaha budidaya tambak tidak hanya ditentukan oleh konstruksi tambak, desai dan tata letak tambak, pengolahan tanah dan pengadan benih saja, tetapi juga ditentukan oleh proses pemeliharaan sejk penebaran smpi pemungutan hasil (panen). Kegiatan –kegiatan yang diperlu dilaksanakan selm periode pemelihran berlangsung adalah :
Pemberian Makanan Tambahan
Meskipun makanan alami yang berupa plankton, klekap dan lumut tersedia cukup, namun dalam usaha budidaya ini masih membutuhkan makanan tambahan berupa pellet atau dedak halus terutama pada petak pembesaran. Pemberian makanan tambahan ini diberikan setelah satu bulan sesudah penebaran sampai menjelang panen. Makanan tambahan yang diberikan mengandung protein 30 % dengan dosis pemberian, yaitu pada teknologi intensif (15-20 ekor/m2) dan semi intensif (6-14 ekor/m2) diberikan pakan dengan dosis 3-5 %/BB/hari. Budidaya udang tradisional dengan kepadatan 1-2 ekor/m2 memerlukan pertumbuhan pakan alami yang baik, tanpa pemberian pakan komersil, namun pada budidaya udang tradisional plus (3-5 ekor/m2) disamping pakan alami juga memerlukn pakan komersil pada pemelihraan 2 bulan terakhir. Pemberian makanan tamabahan ini menggunakan anco (gambar 4), caranya meletakkan makanan sesuai dosis dalam beberapa anco, kemudian tempatkan anco tersebut pada beberpa tempat secara merata sehingga makanan dapat dimanfatkan oleh udang dan banding. Pemberian dengan cara ini selalu menghemat makanan tambahan juga sebagai wadah pengamatan.
Pengelolaan Air Tambak
Pemberian makanan tambahan dalam jumlah yang cukup banyak, kemungkinan akan meninggalkan sisa-sisa yang apabila membusuk akan berpengaruh terhadap kualitas air. Oleh karena itu pergantian air dengan frekuensi yang lebih banyak mutlak diperlukan (gambar 5). Pergantian air ditambak dilakukan secara rutin, yaitu setiap 2 minggu sekali sebanyak 25 %. Setelah pergantian air maka langsung diberi kapurkaptan sebanyak 50-100 kg/ha, dan pupuk kalau perlu yaitu maksimum urea 35 kg/ha dan SP36 10 kg/ha, dengan kecerahan air tetap terjaga yaitu 25-40 cm.
Apabila kondisi air tambak banyak kotoran/buih atau air jernih tidak ada plankton, maka air tambak wajib diganti. Dan apabila udang lumutan/air tambak menyala, maka segera diganti air tambak atau taburi kaporit 1,2 ppm (12 kg/ha/1m atau 7,2 kg/ha/60 cm kedalaman air tambak. Serta pada sat hujan lebat, sebaiknya pematang tambak ditaburi kapur 100 kg/ha, pada malam hari diberi kincir/mesin perahu (2 buah/ha) agar air tidak berlapis dan udang tidak mengambang.
LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN DASAR TAMBAK
Oleh masrozak Leave a Komentar
Kategori: LAIN-LAIN dan Langkah-langkah Persiapan Dasar Tambak
Tags: air, dosis, keasaman, kualitas, langkah, pengapuran, pengeringan, persiapan, pH, pupuk, tambak, tanah, udang
http://masrozak.files.wordpress.com/2011/05/2254351_fototambakok4.jpg?w=212&h=300
Faktor penentu panen udang adalah keadaan tanah dasar tambak dan kualitas air tambak. Tanah dan air akan baik bila dasar tambak dipersiapkan dengan baik pula.
Masalah yang timbul dalam budidaya udang memang tidak sedikit. Kerugian yang cukup besar di antaranya karena munculnya penyakit udang. Menurut hasil penelitian puslitbang perikanan, timbulnya penyakit udang disebabkan menurunnya kondisi lingkungan, akibat pengelolaan yang kurang baik. Kunci keberhasilan budidaya udang secara intesif adalah melakukan persiapan dasar tambak dengan baik.
Menurut Ir. Youke F Mumu, seorang ahli perikanan yang banyak memberikan konsultasi kepada petambak udang tentang manajemen budidaya udang berwawasan lingkungan, hal-hal yang sebaiknya dilakukan dalam mempersiapkan dasar tambak adalah sebagai berikut.
1. Pengeringan
Setelah udang dipanen semua air dalam tambak dikeluarkan, lalu dikeringkan/dijemur selama satu minggu. Bila sudah kelihatan tanda-tanda tanah dasar tambak mulai retak-retak, maka endapan lumpur hitam (black mud) dikupas dan dibuang. Sekaligus dikerjakan reklamasi tambak, seperti perbaikan konstruksi tambak, pematang, pintu air, dan sebagainya.
Dasar tambak kembali dijemur 2 atau 3 hari. Lalu dibajak untuk membongkar tanah dasar tambak agar udara masuk ke tanah dan terjadi proses oksidasi. Sisa-sisa akar yang ada dibuang untuk menghindari terjadinya pembusukan yang mengeluarkan gas-gas beracun dan berbahaya bagi udang. Setelah dibajak tanah dibiarkan beberapa hari agar bakteri anaerob yang sifatnya pathogen dan bibit penyakit mati, serta gas-gas beracun menguap.
2. Pengapuran
Tujuan pengapuran adalah menaikkan pH tanah dasar tambak, menjadi 6,5 – 7 (pH normal). Sebab, bila pH-nya di bawah normal, kurang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan udang. Kapur ditabur ke permukaan tanah dasar tambak, lalu dibajak agar tercampur dengan tanah. Pengapuran ini lebih baik dilakukan dua kali. Dosis kaplur yang digunakan sesuai tingat keasaman tanah. Pertama, dengan menggunakan setengah dosis kapur yang direncanakan. Setelah dicampur dan dibiarkan beberapa hari, barulah setengah dosis sisanya ditabur. Lalu dibajak lagi dan dibiarkan beberapa hari lagi. Selanjutnya, dilakukan tes pH. Kalau pH sudah sesuai, masukkan air kira-kira sedalam 30 cm dan biarkan semalam. Tujuan perendaman ini adalah agar sisa-sisa reaksi pada dasar tambak larut dalam air. Kemudian air dibuang, dan dasar tambak diratakan.
3. Diberi pupuk OST
Dalam keadaan basah atau ada air sedikit (maksimum 1 cm) pupuk OST ditabur secara merata. Pupuk OST langsung menyatu dengan tanah sehingga tidak kelihatan lagi perbedaannya. Biarkan selama satu minggu, dan dasar tambak dijaga tetap lembab.
Tujuan penggunaan pupuk OST ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah di permukaan dasar tambak, sehingga tanah menjadi suatu koloid yang lebih stabil. Di dalam aktivitasnya, pupuk OST akan menciptakan keseimbangan unsur hara (mineral balance). Bakteri-bakteri yang terkandung di dalam OST akan menguraikan sisa-sisa bahan organic mentah yang masih tertinggal di dasar tambak, dan sementara itu fuaga akan berlangsung proses mineralisasi. Selama satu minggu diharapkan tanah dasar tambak menjadi mantap sehingga makanan alami berupa plankton yang disukai udang mulai tumbuh.
4. Air dimasukkan
Setelah satu minggu diberi pupuk OST, air dimasukkan, langsung dengan kedalaman minimal 60 cm. setelah pemberian OST ini air jangan dibuang dan dilakukan pembasmian ikan-ikan liar dengan saponin. Beberapa hari kemudian plankton akan muncul. Bila cuaca baik, dalam waktu 5 hari plankton akan naik, air sudah stabil untuk beberapa minggu.
Salah satu factor yang perlu diperhatikan, setelah air masuk dan plankton sudah jadi adalah kecerahan air yang diukur dengan seicchi disk. Maka pada kecerahan 30 – 40 benur boleh dimasukkan. Kecerahan air lebih atau kurang dari 30 – 40 kurang baik untuk pertumbuhan benur.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami, yaitu: kelekap, lumut, plankton, dan bentos. Cara pemupukan:
Untuk pertumbuhan kelekap
Tanah yang sudah rata dan dikeringkan ditaburi dengan dedak kasar sebanyak 500 kg/ha.
Kemudian ditaburi pupuk kandang (kotoran ayam, kerbau, kuda, dll), atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
Tambak diairi sampai 5-10 cm, dibiarkan tergenang dan menguap sampai kering.
Setelah itu tambak diairi lagi sampai 5-10 cm, dan ditaburi pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
Pada saat itu ditambahkan pula pupuk anorganik, yaitu urea 75 kg/ha dan TSP (Triple Super Phosphate) 75 kg/ha.
Sesudah 5 hari kemudian, kelekap mulai tumbuh. Air dapat ditinggikan lagi secara berangsur-angsur, hingga dalamnya 40 cm di atas pelataran. Dan benih udang dapat dilepaskan.
Selama pemeliharaan, diadakan pemupukan susulan sebanyak 1-2 kali sebulan dengan menggunakan urea 10-25 kg/ha dan TSP 5-15 kg/ha.
Untuk pertumbuhan lumut
Tanah yang telah dikeringkan, diisi air untuk melembabkannya, kemudian ditanami bibit lumut yang ditancapkan ke dalam lumpur.
Air dimasukkan hingga setinggi 20 cm, kemudian dipupuk dengan urea 14 kg/ha dan TSP 8 kg/ha.
Air ditinggikan sampai 40 cm setelah satu minggu.
Mulai minggu kedua, setiap seminggu dipupuk lagi dengan urea dan TSP, masing-masing 10 takaran sebelumnya.
Lumut yang kurang pupuk akan berwarna kekuningan, sedangkan yang dipupuk akan berwarna hijau rumput yang segar. Lumut yang terlalu lebat akan berbahaya bagi udang, oleh karena itu lumut hanya digunakan untuk pemeliharaan udang yang dicampur dengan ikan yang lain.
Untuk pertumbuhan Diatomae
Jumlah pupuk nitrogen (N) dan pupuk fosfor (P) menghendaki perbandingan sekitar 30:1. Apabila perbandingannya mendekati 1:1, yang tumbuh adalah Dinoflagellata.
Sebagai sumber N, pupuk yang mengandung nitrat lebih baik daripada pupuk yang mengandung amonium, karena dapat terlarut lebih lama dalam air.
Contoh pupuk:
Urea-CO(NH2)2: prosentase N=46,6.
Amonium sulfat-ZA-(NH4)2SO4: prosentase N=21.
Amonium chlorida-NH4Cl: prosentase N=25
Amonium nitrat-NH4NO3: prosentase N=37
Kalsium nitrat-Ca(NO3)2: prosentase N=17
Double superphosphate-Ca(H2PO4): prosentase P=26
Triple superphosphate-P2O5: prosentase P=39
Pemupukan diulangi sebanyak beberapa kali, sedikit demi sedikit setiap 7-10 hari sekali.
Pemupukan pertama, digunakan 0,95 ppm N dan 0,11 ppm P. Apabila luas tambak 1 ha dan tinggi air rata-rata 60 cm, membutuhkan 75-150 kg pupuk urea dan 25-50 kg TSP.
Pertumbuhan plankton diamati dengan secci disc. Pertumbuhan cukup bila pada kedalaman 30 cm, secci disc sudah kelihatan.
Takaran pupuk dikurangi bila secci disc tidak terlihat pada kedalaman 25 cm. Sedangkan apabila secci disc tidak kelihatan pada kedalaman 35 cm, maka takaran pupuk perlu ditambah.
Konstruksi tambak udang windu diupayakan mampu menahan air, mampu membuang air limbah, mampu memelihara kualitas air, dan tambak dapat dikeringkan dengan mudah dan sempurna. Tanah dasar tambak harus dalam kondisi yang sesuai untuk kehidupan
dan pertumbuhan udang. Hal ini karena sebagian besar waktu hidup dan mencari makan udang berada di tanah dasar tambak. Untuk mengupayakan hal tersebut persiapan lahan untuk menebar udang windu meliputi kegiatan:
- Pengeringan Lahan, bertujuan agar gas-gas sisa metabolit dapat menguap.
- Pembalikan tanah pada Tambak, ini dilakukan untuk menyempurnakan proses oksidasi pada tanah.
- Pengapuran dilakukan bila PH tanah kurang dari 6.0
- Pemupukan dengan pupuk organik, untuk menjamin ketersediaan pakan alami bagi udang windu.20>
Semua tingkat teknologi budidaya tambak menghendaki pengeringan tanah dasar yang sempurna, yang dapat dilakukan pada periode musim kemarau. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi senyawa – senyawa asam sulfide dan senyawa beracun yang terjadi selama tambak terendam air, memungkinkan terjadinya pertukaran udara dalam tambak sehingga proses mineralisasi bahan organic yang diperlukan untuk pertumbuhan kelekap dapat berlangsung, serta unutk membasmi hama penyakit dan benih- benih ikan liar yang bersifat predator ataupun kompetitor.
Agar lebih mempermudah pelaksanaan pengeringan tambak dapat dilakukan pada saat air laut surut. Pengeringan tambak berlangsung selama 1-2 minggu, sampai keadaan tanah retak- retak, namun tidak terlalu kering atau berdebu.(gambar 1). Tambak yang terlalu kering kurang baik untuk pertumbuhan klekap. Jadi yang dimaksud dengan tidak terlalu kering adalah bila tanah dasar tambak diinjak, kaki masih melesak sedalam 10-20 cm. sebaliknya bila pengeringan tambak kurrang sempurna, kelekap yang tumbuh didasar tambak kurang kuat melekat dan mudah lepas dari substratnya. Hal ini akan menyebabkan kelekap mengapung kepermukaan air tambak dan membusuk, keadaan ini mencemari tambak. Untuk mengetahui tingkat pengeringan tersebut yaitu dengan cara mengukur ketinggian lekukan yang terjadi dalam tanah dasar yang retak- retak tersebut, apabila lapisan telah mencapai 1-2 cm, maka pengeringan sudah dianggap cukup.
Kedok teplok
Pengangkatan Lumpur dasar sebaiknya dilakukan pada saat Lumpur dasar dapat diangkat (gambar 2). Kebanyakan petambak melakukan kedok teplok pada saat tergenang sehingga partikel- partikel Lumpur yang halus bercampur dengan air, sehingga kadar NH3 –N dan H2S tetap tinggi.
Pengolahan tanah dasar tambak
Pengolahan tanah dasar dilakukan menggunakan hand tractor atau dicangkul, dengan kedalaman tidak lebih dari 30 cm. hal ini dilakukan sehubungan dengan pengaruh unsur hara terhadap pertumbuhan plankton pada kedalaman tertentu, dan kemampuan unsur toksis berpengaruh terhadap kehidupan udang didasar tambak. Pengolahan tanah dasar dilakukn hanya pada tambak masam dan tambak yang sudah lama beroperasi, dan dilakukan pada musim tertentu, dimana unsur- unsur toksis dalam bongkahan tanah dapat teroksidasi dengan sempurna (musim kemarau). Setelah tanah dasar tambak ditraktor, kemudian dibalik dan Lumpur yang ada didalam caren harus diangkat sambil memperbaiki pematang. Selanjutnya direndam air (10 – 20) selama ± 7 hari, lalu dikeringkan kembali.
2. Pengapuran
Pengapuran adalah upaya peningkatan produktivitas tambak, utamanya tambak masam yang bertujuan :
Pengeringan tanah
Memperbaiki struktur tanah yaitu meningkatkan daya sanggah (buffer) tanah dan air sehingga tidak terjadi perubahan kemasaman (pH) yang ekstrim.
Menetralisasi unsur toksis yang disebabkan oleh aluminium dan zat besi dengan ketersediaan kalsium dalam jumlah yang cukup, sehingga ketersediaan unsur hara seperti posfat akan bertambah.
Menstimulir aktivitas organisme tanah sehingga dapat menghambat organisme yang membahayakan kehidupan udang (desinfectan)
Dapat merangsang kegiatan jasad renik dalam tanah sehingga dapat meningkatkan penguraian bahan organic dan nitrogen dalam tanah.
Pada tanah masam dengan pH < 5, pengapuran dilakukan sesudah diadakan reklamasi sehingga pH tanah tidak terjadi perubahan yang drastis. Sedangkan pada tanah dasar tambak yang pH>7 tidak dilakukan pengapuran atau pengapuran dalam jumlah yang sedikit sebgai desinfectan saja (poernomo 1992). Pengapuran dilakukan pada saat tanah dasar tambak dalam keadaan lembab dan juga dilakukan pada saat pengolahan atau pembalikan tanah dasar tambak. Setelah tanah dasar tambak dikapur dengan kaptan selanjutnya dibiarkan kering dan terjemur.
3. Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama (terutama trisipan, kepiting dan udang / ikan liar) yang paling efektif adalah melalui pengeringan tambak secara sempurna. Sedangkan pengapuran dengan menggunakan kapur hidrat dan kapur oksida pada suhu tinggi juga dapat berfungsi untuk memberantas hama udang liar (Mustafa 1991). Pemberantasan hama ikan dapat dilakukan dengan menggunakan saponin, dimana keampuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan salinitas air tambak. Pada salinitas rendah yaitu salinitas <20 20-30kg="" apabila="" dan="" diaplikasi="" dilakukan="" dosis="" ha="" hari="" pada="" ppm="" salinitas="" sebaiknya="" siang="">30 ppm, saponin diaplikasikan dengan dosis 10-15 kg/ha.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesudah pemberantasan hama, dan pada kondisi sekarang ini pemupukan dilakukan pada semua tingkat teknologi. Jenis dan dosis pupuk ditentukan oleh tingkat kesuburan dari masing- masing tanah dasar tambak. Kesuburan suatu perairan tergantung pada produktivitas tanaman berklorofil, dan ini merupakan interaksi dari berbagai faktor diantaranya tersedianya zat hara dalam perairan (andarias 1991). Kesuburan perairan juga ditandai dengan kelimpahan dan jenis nabati air baik berupa fitoplankton maupun yang berupa fitobentos, dimana kedua kelompok ini merupakan primer utama dalam budidaya udang dan ikan ditambak.
Pemupukan tambak dimaksudkan unutk merangsang pertumbuhan makanan alami yang diperlukan oleh udang dan ikan selama pemeliharaan.
Didalam pemupukan tambak sebaiknya dalam satu kali masa panen dilakukan dua kali pemupukan, yaitu :
Pemupukan Dasar
Pada pemupukan dasar yang ditumbuhkan terutama adalah klekap (lumut dasar). Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan dalam setiap hektar adalah : pupuk kandang dicampur dengan dedak halus dengan dosis 1-2 ton/ha, kemudian disebar merata ke dasar tambak. Selanjutnya campuran pupuk urea 100-150 kg/ha dan SP36 sebanyak 50-75 kg/ha, juga disebar merata keseluruh permukaan tambak. Masukkan air kedalam tambak sampai mencapai ketinggian 10-20 cm dengan menggunakan saringan dan biarkan menguap selama 2 minggu. Bila keadaan air dipermukaan telah menjadi jernih sedang dasar tambak telah tampak hijau ditumbuhi klekap, maka air didalam tambak ditambah secara bertahap sampai mencapai kedalaman 60-100 cm. Jika keadaan air sudah cukup stabil, maka petakan siap untuk ditebari.
Pemupukan Susulan
Jika diperkirakan makanan alami ditambak hamper habis (masa pemeliharaan + 1 bulan), maka perlu dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan pupuk urea dan SP36 dengan dosis urea 10-15 kg/ha dan SP36 5-10 kg/ha.
Pada pemupukan susulan ini yang ditumbuhkan adalah plankton, dan dilakukan setiap 10-14 hari sekali. Pupuk susulan ditebarkan pada pelataran tambak. Pemupukan tidak dianjurkan pada tambak-tambak yang mempunyai tanah dasar bersifat masam )pH < 6). Dapat juga dilakukan pemupukan apabila sudah dilakukan proses pengapuran (penebaran kapur tohor) atau menggantungkan batu kapur dimuka pintu-pintu air.
5. Persiapan Air untuk Penebaran
Air dimasukkan kedalam petakan tendon yang telah diendapkan selama + 4 hari. Persiapan tendon dilakukan sama dengan persiapan petak pembesaran, hanya tidak dilakukan pemupukan. Apabila tambak tidak memakai petakan tendon, maka tambak sebaiknya diberi kaporit 5 ppm sebelum ditebari udang dan tidak boleh ganti air sampai 1,5 bulan. Air yang telh ditampung dikapuri secara rutin dn dialirkn ke petak pembesaran dengan pergantian air dipetak pembesaran sebnyak 20-30 % pertiga hari.
6. Penebaran Tokolan
Tokolan PL 57-60 ditebar dipetak pembesaran dengan kepadatan disesuaikan dengan luas lahan. Dibandingkan dengan Pl 11-17 , tokolan udang lebih toleran terhadap fluktuasi salinitas yang lebar sehingga membutuhkan wktu yang singkat dalam proses aklimatisasi (gambar 3). Penebaran sebiknya dilakukan pada waktu suhu udara dingin, yaitu pada jam 06.00 – 08.00 pagi atau jam 17.00 sore-22.00 malam. Hindari penebaran benur yang terkumpul disatu tempat. Benur ditebar setelah air tidak berbau kaporit dan air sudah berwarna coklat muda. Padat tebar 5 ekor/m2 atau 50.000 ekor/ha. Berikan gilingan ikan segar/cumi-cumi 5 kg/ha dipinggirtambak atau disekitar benur ditebar. Jangan diberikan daging, udang/rebon atau rajungan, dan juda berikan 1 kg pellet halus/ha/hari selama 3 hari berturut-turut, dengan cara ini kehidupan udang biasa mencapai > 70 %.
Dalam penebaran benih pada budidaya campuran (udang dan banding) tidak boleh dilakukan secara bersamaa, tetapi tebarkanlah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan udng beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Penebaran banding dilakukan setelah udang berada dalam tambak lebih kurang dua atau tiga minggu.
7. Pemeliharaan
Keberhasilan usaha budidaya tambak tidak hanya ditentukan oleh konstruksi tambak, desai dan tata letak tambak, pengolahan tanah dan pengadan benih saja, tetapi juga ditentukan oleh proses pemeliharaan sejk penebaran smpi pemungutan hasil (panen). Kegiatan –kegiatan yang diperlu dilaksanakan selm periode pemelihran berlangsung adalah :
Pemberian Makanan Tambahan
Meskipun makanan alami yang berupa plankton, klekap dan lumut tersedia cukup, namun dalam usaha budidaya ini masih membutuhkan makanan tambahan berupa pellet atau dedak halus terutama pada petak pembesaran. Pemberian makanan tambahan ini diberikan setelah satu bulan sesudah penebaran sampai menjelang panen. Makanan tambahan yang diberikan mengandung protein 30 % dengan dosis pemberian, yaitu pada teknologi intensif (15-20 ekor/m2) dan semi intensif (6-14 ekor/m2) diberikan pakan dengan dosis 3-5 %/BB/hari. Budidaya udang tradisional dengan kepadatan 1-2 ekor/m2 memerlukan pertumbuhan pakan alami yang baik, tanpa pemberian pakan komersil, namun pada budidaya udang tradisional plus (3-5 ekor/m2) disamping pakan alami juga memerlukn pakan komersil pada pemelihraan 2 bulan terakhir. Pemberian makanan tamabahan ini menggunakan anco (gambar 4), caranya meletakkan makanan sesuai dosis dalam beberapa anco, kemudian tempatkan anco tersebut pada beberpa tempat secara merata sehingga makanan dapat dimanfatkan oleh udang dan banding. Pemberian dengan cara ini selalu menghemat makanan tambahan juga sebagai wadah pengamatan.
Pengelolaan Air Tambak
Pemberian makanan tambahan dalam jumlah yang cukup banyak, kemungkinan akan meninggalkan sisa-sisa yang apabila membusuk akan berpengaruh terhadap kualitas air. Oleh karena itu pergantian air dengan frekuensi yang lebih banyak mutlak diperlukan (gambar 5). Pergantian air ditambak dilakukan secara rutin, yaitu setiap 2 minggu sekali sebanyak 25 %. Setelah pergantian air maka langsung diberi kapurkaptan sebanyak 50-100 kg/ha, dan pupuk kalau perlu yaitu maksimum urea 35 kg/ha dan SP36 10 kg/ha, dengan kecerahan air tetap terjaga yaitu 25-40 cm.
Apabila kondisi air tambak banyak kotoran/buih atau air jernih tidak ada plankton, maka air tambak wajib diganti. Dan apabila udang lumutan/air tambak menyala, maka segera diganti air tambak atau taburi kaporit 1,2 ppm (12 kg/ha/1m atau 7,2 kg/ha/60 cm kedalaman air tambak. Serta pada sat hujan lebat, sebaiknya pematang tambak ditaburi kapur 100 kg/ha, pada malam hari diberi kincir/mesin perahu (2 buah/ha) agar air tidak berlapis dan udang tidak mengambang.
LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN DASAR TAMBAK
Oleh masrozak Leave a Komentar
Kategori: LAIN-LAIN dan Langkah-langkah Persiapan Dasar Tambak
Tags: air, dosis, keasaman, kualitas, langkah, pengapuran, pengeringan, persiapan, pH, pupuk, tambak, tanah, udang
http://masrozak.files.wordpress.com/2011/05/2254351_fototambakok4.jpg?w=212&h=300
Faktor penentu panen udang adalah keadaan tanah dasar tambak dan kualitas air tambak. Tanah dan air akan baik bila dasar tambak dipersiapkan dengan baik pula.
Masalah yang timbul dalam budidaya udang memang tidak sedikit. Kerugian yang cukup besar di antaranya karena munculnya penyakit udang. Menurut hasil penelitian puslitbang perikanan, timbulnya penyakit udang disebabkan menurunnya kondisi lingkungan, akibat pengelolaan yang kurang baik. Kunci keberhasilan budidaya udang secara intesif adalah melakukan persiapan dasar tambak dengan baik.
Menurut Ir. Youke F Mumu, seorang ahli perikanan yang banyak memberikan konsultasi kepada petambak udang tentang manajemen budidaya udang berwawasan lingkungan, hal-hal yang sebaiknya dilakukan dalam mempersiapkan dasar tambak adalah sebagai berikut.
1. Pengeringan
Setelah udang dipanen semua air dalam tambak dikeluarkan, lalu dikeringkan/dijemur selama satu minggu. Bila sudah kelihatan tanda-tanda tanah dasar tambak mulai retak-retak, maka endapan lumpur hitam (black mud) dikupas dan dibuang. Sekaligus dikerjakan reklamasi tambak, seperti perbaikan konstruksi tambak, pematang, pintu air, dan sebagainya.
Dasar tambak kembali dijemur 2 atau 3 hari. Lalu dibajak untuk membongkar tanah dasar tambak agar udara masuk ke tanah dan terjadi proses oksidasi. Sisa-sisa akar yang ada dibuang untuk menghindari terjadinya pembusukan yang mengeluarkan gas-gas beracun dan berbahaya bagi udang. Setelah dibajak tanah dibiarkan beberapa hari agar bakteri anaerob yang sifatnya pathogen dan bibit penyakit mati, serta gas-gas beracun menguap.
2. Pengapuran
Tujuan pengapuran adalah menaikkan pH tanah dasar tambak, menjadi 6,5 – 7 (pH normal). Sebab, bila pH-nya di bawah normal, kurang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan udang. Kapur ditabur ke permukaan tanah dasar tambak, lalu dibajak agar tercampur dengan tanah. Pengapuran ini lebih baik dilakukan dua kali. Dosis kaplur yang digunakan sesuai tingat keasaman tanah. Pertama, dengan menggunakan setengah dosis kapur yang direncanakan. Setelah dicampur dan dibiarkan beberapa hari, barulah setengah dosis sisanya ditabur. Lalu dibajak lagi dan dibiarkan beberapa hari lagi. Selanjutnya, dilakukan tes pH. Kalau pH sudah sesuai, masukkan air kira-kira sedalam 30 cm dan biarkan semalam. Tujuan perendaman ini adalah agar sisa-sisa reaksi pada dasar tambak larut dalam air. Kemudian air dibuang, dan dasar tambak diratakan.
3. Diberi pupuk OST
Dalam keadaan basah atau ada air sedikit (maksimum 1 cm) pupuk OST ditabur secara merata. Pupuk OST langsung menyatu dengan tanah sehingga tidak kelihatan lagi perbedaannya. Biarkan selama satu minggu, dan dasar tambak dijaga tetap lembab.
Tujuan penggunaan pupuk OST ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah di permukaan dasar tambak, sehingga tanah menjadi suatu koloid yang lebih stabil. Di dalam aktivitasnya, pupuk OST akan menciptakan keseimbangan unsur hara (mineral balance). Bakteri-bakteri yang terkandung di dalam OST akan menguraikan sisa-sisa bahan organic mentah yang masih tertinggal di dasar tambak, dan sementara itu fuaga akan berlangsung proses mineralisasi. Selama satu minggu diharapkan tanah dasar tambak menjadi mantap sehingga makanan alami berupa plankton yang disukai udang mulai tumbuh.
4. Air dimasukkan
Setelah satu minggu diberi pupuk OST, air dimasukkan, langsung dengan kedalaman minimal 60 cm. setelah pemberian OST ini air jangan dibuang dan dilakukan pembasmian ikan-ikan liar dengan saponin. Beberapa hari kemudian plankton akan muncul. Bila cuaca baik, dalam waktu 5 hari plankton akan naik, air sudah stabil untuk beberapa minggu.
Salah satu factor yang perlu diperhatikan, setelah air masuk dan plankton sudah jadi adalah kecerahan air yang diukur dengan seicchi disk. Maka pada kecerahan 30 – 40 benur boleh dimasukkan. Kecerahan air lebih atau kurang dari 30 – 40 kurang baik untuk pertumbuhan benur.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami, yaitu: kelekap, lumut, plankton, dan bentos. Cara pemupukan:
Untuk pertumbuhan kelekap
Tanah yang sudah rata dan dikeringkan ditaburi dengan dedak kasar sebanyak 500 kg/ha.
Kemudian ditaburi pupuk kandang (kotoran ayam, kerbau, kuda, dll), atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
Tambak diairi sampai 5-10 cm, dibiarkan tergenang dan menguap sampai kering.
Setelah itu tambak diairi lagi sampai 5-10 cm, dan ditaburi pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
Pada saat itu ditambahkan pula pupuk anorganik, yaitu urea 75 kg/ha dan TSP (Triple Super Phosphate) 75 kg/ha.
Sesudah 5 hari kemudian, kelekap mulai tumbuh. Air dapat ditinggikan lagi secara berangsur-angsur, hingga dalamnya 40 cm di atas pelataran. Dan benih udang dapat dilepaskan.
Selama pemeliharaan, diadakan pemupukan susulan sebanyak 1-2 kali sebulan dengan menggunakan urea 10-25 kg/ha dan TSP 5-15 kg/ha.
Untuk pertumbuhan lumut
Tanah yang telah dikeringkan, diisi air untuk melembabkannya, kemudian ditanami bibit lumut yang ditancapkan ke dalam lumpur.
Air dimasukkan hingga setinggi 20 cm, kemudian dipupuk dengan urea 14 kg/ha dan TSP 8 kg/ha.
Air ditinggikan sampai 40 cm setelah satu minggu.
Mulai minggu kedua, setiap seminggu dipupuk lagi dengan urea dan TSP, masing-masing 10 takaran sebelumnya.
Lumut yang kurang pupuk akan berwarna kekuningan, sedangkan yang dipupuk akan berwarna hijau rumput yang segar. Lumut yang terlalu lebat akan berbahaya bagi udang, oleh karena itu lumut hanya digunakan untuk pemeliharaan udang yang dicampur dengan ikan yang lain.
Untuk pertumbuhan Diatomae
Jumlah pupuk nitrogen (N) dan pupuk fosfor (P) menghendaki perbandingan sekitar 30:1. Apabila perbandingannya mendekati 1:1, yang tumbuh adalah Dinoflagellata.
Sebagai sumber N, pupuk yang mengandung nitrat lebih baik daripada pupuk yang mengandung amonium, karena dapat terlarut lebih lama dalam air.
Contoh pupuk:
Urea-CO(NH2)2: prosentase N=46,6.
Amonium sulfat-ZA-(NH4)2SO4: prosentase N=21.
Amonium chlorida-NH4Cl: prosentase N=25
Amonium nitrat-NH4NO3: prosentase N=37
Kalsium nitrat-Ca(NO3)2: prosentase N=17
Double superphosphate-Ca(H2PO4): prosentase P=26
Triple superphosphate-P2O5: prosentase P=39
Pemupukan diulangi sebanyak beberapa kali, sedikit demi sedikit setiap 7-10 hari sekali.
Pemupukan pertama, digunakan 0,95 ppm N dan 0,11 ppm P. Apabila luas tambak 1 ha dan tinggi air rata-rata 60 cm, membutuhkan 75-150 kg pupuk urea dan 25-50 kg TSP.
Pertumbuhan plankton diamati dengan secci disc. Pertumbuhan cukup bila pada kedalaman 30 cm, secci disc sudah kelihatan.
Takaran pupuk dikurangi bila secci disc tidak terlihat pada kedalaman 25 cm. Sedangkan apabila secci disc tidak kelihatan pada kedalaman 35 cm, maka takaran pupuk perlu ditambah.
Konstruksi tambak udang windu diupayakan mampu menahan air, mampu membuang air limbah, mampu memelihara kualitas air, dan tambak dapat dikeringkan dengan mudah dan sempurna. Tanah dasar tambak harus dalam kondisi yang sesuai untuk kehidupan
dan pertumbuhan udang. Hal ini karena sebagian besar waktu hidup dan mencari makan udang berada di tanah dasar tambak. Untuk mengupayakan hal tersebut persiapan lahan untuk menebar udang windu meliputi kegiatan:
- Pengeringan Lahan, bertujuan agar gas-gas sisa metabolit dapat menguap.
- Pembalikan tanah pada Tambak, ini dilakukan untuk menyempurnakan proses oksidasi pada tanah.
- Pengapuran dilakukan bila PH tanah kurang dari 6.0
- Pemupukan dengan pupuk organik, untuk menjamin ketersediaan pakan alami bagi udang windu.20>
kami memiliki 500 ha lahan tambak (kondisi masih berupa hutan mangrove) dan 2 petak tambak jadi (7 ha & 17 ha) lokasi di liu tallu tarakan kalimantan utara jika berminat membeli/bekerjasama hub anto_bunyu@yahoo.com/ 085222440659
ReplyDelete