Thursday, July 2, 2015

GERAKAN PAKAN IKAN MANDIRI BERBASIS PADA BAHAN BAKU LOKAL DAN POKDAKAN

July 02, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Gerpari adalah gerakan pakan Ikan Mandiri program pemerintah dengan tujuan untuk membantu pembudidaya ikan bisa bangkit dan bersaing dalam pengembangan usahanya, yang penekananya pada budidaya ikan air tawa seperti budidaya Nila, ikan Mas, lele, patin dan lain-lainya. Karena itu, melalui GERPARI, DJPB berupaya mengurangi ketergantungan terhadap baku pakan impor, dengan lebih memanfaatkan bahan baku lokal. Di wilayah sekitar Ambarawa dan Boyolali, misalnya terdapat banyak tumbuhan enceng gondok, yang ternyata bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan. DJPB akan mendorong pembentukan Kelompok Pakan Mandiri yang terpisah dengan Kelompok
Pembudidaya Ikan. usaha budidaya perikanan, bahkan biaya pakan merupakan biaya yang terbesar. Pen canangan GERPARI, kata Slamet, bertujuan untuk menekan biaya pakan, sehingga keuntungan yang diperoleh pembudidaya akan lebih tinggi. Hal itu disampaikan Slamet di sela-sela kunjungan kerja di wilayah Jawa Tengah, yaitu di Kabupaten Kendal, Semarang dan Boyolali, pada pekan ketiga Januari lalu pakan ikan komoditas air tawar. Kegiatan gerakan pakan ikan mandiri ini berbasis pada kelompok pembudidaya ikan dan khususnya Pokdakan untuk budidaya air tawar. Melalui kelompok tersendiri maka pembinaan akan lebih fokus sehingga menghasilkan produk pakan yang berkualitas,” ujar Slamet Soebjakto. Kelompok Pakan Mandiri nantinya bisa dibagi dalam beberapa zona seperti Zona I untuk sentra sumber bahan baku pakan, Zona II untuk produksi pakan mandiri dan Zona III untuk penyimpanan
Menteri Susi dan para pengusaha setuju Menteri menyatakan bahwa ia juga budidaya. Karena itu, ia berharap para untuk menurunkan harga pakan ikan siap membantu memberikan insentif pembudidaya ikan bisa lebih mampu budidaya air tawar sebesar Rp 1.000 per dari kucuran dana anggaran bagi sektor menerapkan teknologi budidaya, bisa kg, atau 11% dari harga semula. Harga budidaya ikan sebesar Rp 400 miliar.   memproduksi benih ikan yang unggul, pakan yang semula Rp 9.000 turun jadi Untuk membantu produsen pakan, serta lebih efisien dalam penggunaan Rp 8.000 per kilogram. Penurunan harga Susi menjamin ketersediaan bahan pakan. Direktorat Jenderal Perikanan Budi daya (DJPB), KKP, terus me ningkatkan produksi perikan an budidaya dari tahun ke tahun. Target produksi tahun 2015 ini adalah sebesar 17,9 juta ton. Sedangkan empat tahun ke depan, yakni pada 2019, produksi perikanan budidaya ditargetkan mencapai 31,32 juta ton. Rinciannya: 9,15  juta ton (29,22 %) berasal dari ikan/udang dan 70,78 % berasal dari rumput laut.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si., mengatakan bahwa untuk mencapai target itu, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), akan mendorong penerapan Total Akuakultur yaitu penerapan teknologi di semua rantai nilai produksi budidaya mulai hulu sampai hilir, seperti benih, induk, pakan, sarana dan prasarana, dan lain-lain. Tujuannya
Melalui GERPARI biaya pakan akan ditekan hingga di bawah 60%. Para pengusaha pakan pun dihimbau lebih banyak memanfaatkan bahan baku lokal.untuk meningkatkan efisiensi dan mempertahankan keberlanjutan usaha perikanan budidaya.
Khusus di bidang pakan ikan, DJPB akan terus mendorong Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI), demi mengurangi ongkos produksi. “Melalui GERPARI para pembudidaya dituntut untuk memanfaatkan bahan baku lokal untuk memproduksi pakan ikan,” papar Slamet. Ia memberi contoh pemanfaat an belatung maggot. Dengan kandungan protein 45% dan kadar lemak 15%, maggot bisa digunakan sebagai peng ganti tepung ikan impor. Maggot bisa diternakan terutama di daerah yang banyak memiliki limbah bungkil kelapa. Selain maggot, juga bisa memanfaatkan tumbuhan eceng gondok dan limbah biogas untuk bahan baku pakan mandiri. Eceng gondok banyak terdapat di seluruh daerah di Indonesia.
Penggunaan bahan baku lokal juga diharapkan mendorong perusahaan pakan ikan untuk mengurangi pemakaian bahan baku impor. “Bahan impor akan menyebabkan harga pakan mahal, sehingga memberatkan pembudidaya,” ujar Slamet Soebjakto. Menurut
Slamet, GERPARI muncul sebagai solusi. ”Nantinya pengelola pakan mandiri ini     adalah kelompok-kelompok pakan di luar pembudidaya, sehingga diharapkan akan muncul lapangan kerja baru di sentra-sentra perikanan budidaya. Ada yang mengurusi bahan baku, produksi pakan dan juga pemasaran. Efeknya bagi perekonomian daerah akan cukup besar,” papar Slamet.
Penggunaan bahan lokal untuk mem produksi pakan diharapkan akan meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan pembudidaya ikan. “Melalui GERPARI, biaya pakan akan kita tekan hingga di bawah 60 %, sehingga pembudidaya dapat melakukan usahanya dengan lebih optimal dan menguntungkan,” jelas Slamet.
Induk dan Benih Ikan
Di samping mandiri dalam hal pakan, kemandirian juga di dorong oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, dalam hal penyediaan induk dan benih unggul. “Beberapa komoditas budidaya air tawar saat ini sudah dapat menyediakan induk unggul, seperti ikan nila dan lele. Ke depan, kita akan dorong kemandirian induk dan benih unggul untuk komoditas lain seperti udang vaname, dan juga komoditas lainnya,” ujar Slamet Soebjakto.
Kemandirian yang dimaksud di sini adalah bahwa dalam satu wilayah atau kawasan dapat memenuhi kebutuhan benih dan induk unggul secara cukup dan berkelanjutan, sehingga tidak mendatangkan induk atau benih dari daerah lain. “Ketersediaan induk dan benih mandiri akan mendorong percepatan peningkatan produksi, karena induk dan benih dari daerah sendiri sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat dan penggunaan pakannya akan lebih efisien,” papar Slamet.
Slamet mengungkapkan bahwa ke man dirian akan menjadi kunci utama dalam peningkatan produksi perikanan budidaya dan peningkatan perekonomian suatu daerah. “Perikanan Budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, akan mendorong pembudidaya untuk lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumberdaya alam dan menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar bebas serta memperhatikan lingkungan dalam melakukan usaha perikanan budidaya,” papar Slamet.
Kemandirian di bidang perikanan budidaya  terasa makin penting ketika Indonesia menghadapi pasar bebas ASEAN akhir tahun ini. Dengan kemandirian, kegiatan usaha perikanan budidaya diharapkan makin efektif dan efisien, sehingga produk perikanan budidaya Indonesia akan mampu bersaing dengan produk sejenis dari negaranegara ASEAN lainya.
Syarat Mutu Pakan Buatan
Bahan baku pakan ikan dapat berasal dari nabati maupun hewani. Bahan nabati antara lain: jagung, dedak halus, bungkil kacang tanah, sawit dan jagung, dan eceng gondok. Bahan hewani antara lain: tepung ikan, tepung darah ternak.
etersediaan bahan baku lokal yang memenuhi kebutuhan industri pakan ikan komersial masih sangat terbatas. Hal inilah yang mendorong produsen pakan mengimpor bahan baku pakan. Total impor bahan baku pakan selama tahun 2014 mencapai 276.950 ton dengan nilai US$ 196.734.000. Akibatnya, harga pakan tinggi.
Faktor lain penyebab tingginya harga pakan adalah belum adanya industri pakan pada sentra-sentra perikanan budidaya. Sehingga pakan harus didatangkan dari daerah lain yang menyebabkan tingginya biaya transportasi. Yang sekarang sedang digalakkan adalah mendorong pembuatan pakan ikan secara mandiri. Pakan dapat diperoleh baik dari produsen pakan maupun diproduksi oleh pembudidaya secara mandiri.
Kebijakan untuk mendorong pembuatan pakan ikan secara mandiri mempunyai kelebihan juga kekurangan. Pembuatan pakan ikan secara mandiri mempunyai beberapa kelebihan, antara lain dengan kekayaan hasil alam dan limbah industri di Indonesia, banyak bahan yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan. Kelebihan lainnya kemandirian pembudidaya akan meningkat karena tidak lagi tergantung pada pakan pabrikan.
Keunggulan yang paling utama yaitu dapat menekan biaya produksi karena pembudidaya dapat mengatur bahan baku yang digunakan sesuai ketersediaan serta harga yang berlaku di daerahnya. Beberapa kelemahan dan tantangan yang sering ditemukan antara lain : terbatasnya pengetahuan pembudidaya mengenai teknologi produksi pakan mandiri, rendahnya kuantitas, kualitas serta kontinuitas bahan baku lokal alternatif yang digunakan, tidak tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan, serta efisiensi produksi yang berimplikasi pada efisiensi biaya produksi serta rendahnya kualitas pakan yang dihasilkan.
Untuk itu pembuatan pakan ikan mandiri diarahkan untuk memanfaatkan berbagai alternatif bahan baku lokal yang tersedia di sekitar pembudidaya. Bahan baku yang tersedia melimpah sepanjang waktu akan mampu menjaga stabilitas pasokan dan harga murah, sehingga menekan biaya. Pertimbangan lainnya adalah tidak bersaing dengan bahan pangan bagi manusia sehingga membahayakan ketahanan pangan masyarakat sekitar, serta bukan bahan baku atau dimanfaatkan industri atau sektor lain, misalnya bahan baku pakan ternak.
Bahan baku lokal dapat berasal dari nabati maupun hewani. Bahan baku nabati antara lain : jagung, dedak halus, bungkil kacang tanah, minyak nabati (kelapa sawit dan jagung), hijauan ( azola, turi, lamtoro, talas, singkong, kacang dan eceng gondok. Sedangkan bahan baku hewani antara lain tepung ikan (berasal dari ikan rucah atau limbah industri pengolahan ikan), tepung darah (berasal dari limbah pemotongan hewan dengan kandungan protein kasar yang tinggi, namun miskin isoleusin, kalsium dan fosfor; pemakaian maksimum 5%), tepung keong mas, kadar protein sekitar 57,58% dengan kandungan asam amino tinggi dan merupakan laternatif terbaik pengganti tepung ikan, protein sel tunggal (algae) mempunyai kandungan protein 30-80% sehingga dapat dijadikan alternatif pengganti sumber protein tepung ikan.
Saat ini beberapa alternatif bahan baku lokal masih dalam taraf pengembangan antara lain : magot atau larva dari serangga yang dapat diproduksi alternatif yang digunakan, tidak tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan, serta efisiensi produksi yang berimplikasi pada efisiensi biaya produksi serta rendahnya kualitas pakan yang dihasilkan.
Untuk itu pembuatan pakan ikan mandiri diarahkan untuk memanfaatkan berbagai alternatif bahan baku lokal yang tersedia di sekitar pembudidaya. Bahan baku yang tersedia melimpah sepanjang waktu akan mampu menjaga stabilitas pasokan dan harga murah, sehingga menekan biaya. Pertimbangan lainnya adalah tidak bersaing dengan bahan pangan bagi manusia sehingga membahayakan ketahanan pangan masyarakat sekitar, serta bukan bahan baku atau dimanfaatkan industri atau sektor lain, misalnya bahan baku pakan ternak.
Bahan baku lokal dapat berasal dari nabati maupun hewani. Bahan baku nabati antara lain : jagung, dedak halus, bungkil kacang tanah, minyak nabati (kelapa sawit dan jagung), hijauan ( azola, turi, lamtoro, talas, singkong, kacang dan eceng gondok. Sedangkan bahan baku hewani antara lain tepung ikan (berasal dari ikan rucah atau limbah industri pengolahan ikan), tepung darah (berasal dari limbah pemotongan hewan dengan kandungan protein kasar yang tinggi, namun miskin isoleusin, kalsium dan fosfor; pemakaian maksimum 5%), tepung keong mas, kadar protein sekitar 57,58% dengan kandungan asam amino tinggi dan merupakan laternatif terbaik pengganti tepung ikan, protein sel tunggal (algae) mempunyai kandungan protein 30-80% sehingga dapat dijadikan alternatif pengganti sumber protein tepung ikan.
Saat ini beberapa alternatif bahan baku lokal masih dalam taraf pengembangan antara lain : magot atau larva dari serangga yang dapat diproduksi memperhatikan aspek keamanan pangan yakni tidak mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan manusia seperti hormon dan antibiotik. Pemilihan bahan baku juga perlu mempertimbangkan kualitas serta efisiensi biaya produksi sehingga pembudidaya dapat menghasilkan pakan yang murah dan bermutu, sehingga produksi ikan lebih maksimal serta margin keuntungan pembudidaya meningkat.
Melihat besarnya kebutuhan pakan ikan dan mahalnya harga pakan ikan pabrikan membuat usaha pembuatan pakan ikan mandiri skala industri rumahan (home industry) dinilai cukup menjanjikan dan dijadikan sebagai solusi para pembudidaya untuk mengurangi biaya pakan yang sangat tinggi. Pembudidaya ikan dapat mengembangkan pembuatan pakan ikan mandiri menjadi usaha kelompok maupun komersial, dengan memperhatikan peraturan Peredaran Pakan Ikan dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Usaha pakan skala industri rumahan cukup prospektif, selama mampu menjamin ketersediaan

0 comments:

Post a Comment