Terumbu
karang merupakan salah satu potensi sumber daya laut yang sangat penting di
Indonesia. Sumber daya terumbu karang merupakan salah satu sumber pendapatan
utama dan bagian dari hidup nelayan. Terumbu karang juga mempunyai nilai
estetika sangat tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata yang dapat
meningkatkan devisa negara. Secara fisik karang melindungl pantal dari
degradasi dan abrasi.
Di
samping itu terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat
memijah, mencari makanan, daerah asuhan dari berbagai biota laut dan sebagai
sumber plasma nutfah serta merupakan sumber berbagai makanan dan bahan baku
substansi bioaktif yang berguna dalam bidang farmasi dan kedokteran.
Terumbu
karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk sampai ke
kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun.
Tergantung dari jenis, dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya
tumbuh beberapa mm saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saat ini
paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.
Terdapat
ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu karang. Namun hanya sebagian yang
menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu. Organisme pembentuk terumbu
yang terpenting adalah hewan karang.
Diperkirakan,
luas terumbu karang di dunia mencapai 284,300 km2. Terumbu karang dan ekosistem
lain yang terkait, seperti padang lamun, rumput laut dan mangove adalah
ekosistem laut terkaya di dunia. Indonesia mempunyai sekitar 18% terumbu karang
dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (dengan lebih dari 18%
terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis karang batu,
2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-udangan).
Terumbu
karang di Indonesia memberikan keuntungan pendapatan sebesar US$1,6
milyar/tahun. Nilai keseluruhan pelayanan dan sumber dayanya sendiri
diperkirakan mencapai setidaknya US$ 61,9 milyar/tahun.
Karang
adalah bentukan hewan kecil yang hidup dalam semacam cawan yang terbentuk dari
kalsium karbonat (lihat gambar) yang biasa disebut polip karang. Jutaan
polip-polip ini membentuk struktur dasar dari terumbu karang.
Hewan
karang hidup bersimbiosa dengan alga bersel satu yang disebut zooxanthellae.
Zooxanthellae merupakan jenis alga dinoflagelata berwana coklat dan kuning,
yang dinyatakan sebagai Symbiodinium microadriaticum. Alga ini juga hidup
bersimbiosis dengan hewan-hewan lain di terumbu karang, seperti, kima raksasa
(Tridacna spp), anemon laut dan coelentrata lainnya.
Hewan
karang mempunyai tentakel (tangan-tangan) untuk menangkap plankton sebagai
sumber makanannya, Namun, sumber nutrisi utama hewan karang sebenarnya berasal
dari proses fotosintesa zooxanthellae (hampir 98%). Selain itu, zooxanthellae
memberi warna pada hewan karang yang sebenarnya hampir transparan. Sebagai
timbal balik, karang menyediakan tempat tinggal dan berlindung bagi sang alga.
Terumbu
karang (Coral Reef) di Indonesia merupakan yang terkaya di dunia. Diperkirakan
dari total luas terumbu karang di dunia yang mencapai 284.300 km2, 18 % (85.200
km2) diantaranya berada di wilayah Indonesia. Hal ini juga berkaitan dengan
Indonesia yang sebagainegara maritim terbesar di dunia yang memiliki perairan
seluas 93 ribu km2.
Terumbu
karang Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan
lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2.500 jenis ikan, 590
jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis udang-udangan. Sejauh
ini telah tercatat lebih dari 750 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga
terdapat di Indonesia.
Terumbu
karang Indonesia juga termasuk dalam wilayah segitiga karang dunia (coral
triangel) yang merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. Segitiga karang
meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan
Kepulauan Salomon. Jika ditarik garis batas yang melingkupi wilayah terumbu
karang di ke-6 negara tersebut maka akan menyerupai segitiga. Itu sebabnya
wilayah tersebut disebut sebagai segitiga karang dunia (coral triangle). Total
luas terumbu karang di coral triangle sekitar 75.000 Km2.
Kawasan
di Indonesia yang memiliki terumbu karang yang cukup baik diantaranya adalah
Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat. Berdasarkan sebuah kajian ekologi yang
dipimpin oleh The Nature Conservancy (TNC) dengan melibatkan para ahli terumbu
karang dan ikan dunia pada tahun 2002, ditemukan sekitar 537 jenis karang dan
1074 jenis ikan di kepulauan Raja Ampat. Ini berarti Kepulauan Raja Ampat
merupakan kepulauan dengan jumlah jenis terumbu karang tertinggi di dunia.
Jumlah
jenis terumbu karang di Raja Ampat tersebut merupakan 75% dari seluruh jenis
terumbu karang dunia yang pernah ditemukan. Walaupun kepulauan Carribean di
Amerika tengah dan Great Barrier Reef Marine Park di Australia sangat terkenal,
kedua kawasan tersebut hanya memiliki sekitar 400 jenis karang.
Beberapa
kepulauan di Indonesia yang lain juga memiliki jenis karang cukup tinggi. Seperti
di Kepulauan Derawan, Kaltim (444 jenis karang), Pulau Banda (330 jenis). Juga
di Nusa Penida (Bali) , Komodo (NTT), Bunaken (Sulut), Kepulauan Wakatobi
(Sultra), dan Teluk Cendrawasih (Papua).
Terumbu
karang sendiri mempunyai fungsi dan manfaat serta arti yang amat penting bagi
kehidupan manusia baik segi ekonomi maupun sebagai penunjang kegiatan
pariwisata. Manfaat tersebut antara lain:
1. Proses kehidupan yang memerlukan waktu yang
sangat lama untuk tumbuh dan berkembang biak untuk membentuk seperti kondisi
saat ini.
2. Tempat tinggal, berkembang biak dan mencari
makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita.
3. Sumberdaya laut yang mempunyai nilai
potensi ekonomi yang sangat tinggi.
4. Sebagai laboratorium alam untuk penunjang
pendidikan dan penelitian.
5. Terumbu karang merupakan habitat bagi
sejumlah spesies yang terancam punah seperti kima raksasa dan penyu laut.
6. Dari segi fisik terumbu karang berfungsi
sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras
dapat menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah
rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun danmagrove.
7. Terumbu karang merupakan sumber perikanan
yang tinggi. Dari 132 jenis ikan yang bernilai ekonomi di Indonesia, 32 jenis
diantaranya hidup di terumbu karang, berbagai jenis ikan karang menjadi
komoditi ekspor. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3 – 10 ton ikan per
kilometer persegi pertahun.
8. Keindahan terumbu karang sangat potensial
untk wisata bahari. Masyarakat disekitar terumbu karang dapat memanfaatkan hal
ini dengan mendirikan pusat-pusat penyelaman, restoran, penginapan sehingga
pendapatan mereka bertambah.
Namun
yang patut disayangkan, ternyata hanya sekitar 30% saja terumbu karang di
Indonesia yang masih bagus kondisinya. Menurut studi yang dilakukan oleh
COREMAP (2000), menyimpulkan bahwa kondisi terumbu karang Indonesia yang masih
“sangat bagus” hanya 6,1% dan yang berstatus “bagus” hanya 22,68%. Selebihnya
dalam kondisi Rusak (31,46%) dan rusak berat (39,76 %).
Senada
dengan hal tersebut, Wilkinson, ahli terumbu karang dunia, menyatakan bahwa
sekitar 40 % terumbu karang Indonesia berstatus “rusak berat” dan hanya 29 %
yang kondisinya “bagus” hingga “sangat bagus”. Suharsono yang juga menjabat
sebagai Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI juga berpendapat
demikian, dan iapun lalu mulai memantau kondisi terumbu karang di 73 daerah
dengan 841 stasiun dari Sabang hingga Kepulauan Padaido, Irian Jaya Barat sejak
1993 sampai 2007. Hasilnya menunjukkan kondisi terumbu karang di Tanah Air pada
akhir 2006, 5,2 persen dalam kondisi sangat baik, 24,2 persen dalam kondisi
baik, 37,3 persen dalam kondisi sedang dan 33,1 persen dalam kondisi buruk.
Kerusakan
terumbu karang ini sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia diantaranya
adalah penangkapan ikan dengan racun dan bom, pengambilan karang, sendimentasi
yang diakibatkan oleh penebangan hutan dan pembangunan kota serta over fishing.
Selain
itu, kerusakan terumbu karang juga diakibatkan oleh pemanasan global yang
berakibat pada peningkatan keasaman kondisi samudra dan pemanasan temperatur.Fungsi
terumbu karang yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai sarana pendidikan dan
penelitian, karena itu dilihat dari nilai pentingnya terumbu karang tersebut,
maka perlu adanya konservasi dan pengelolaan untuk menjaga dan memelihara
ekosistem tersebut dan habitat yang berasosiasi di sekitarnya agar berada dalam
kondisi yang baik.
Pengelolaan
terumbu karang secara lestari dan berkembang sangat penting, artinya ekosistem
terumbu karang yang sangat produktif dapat mendukung kehidupan nelayan
setempat.
Jika
habitat terumbu karang tidak diusik maka fungsinya akan optimal dan produksi
ikan karang akan dapat dipanen secara berkesinambungan dan memberi keuntungan
secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat di seluruh Indonesia untuk
masa kini dan masa yang akan datang sejalan pembangunan nasional.
Terumbu
karang merupakan ekosistem yang sangat kompleks dan produktif dengan tujuan
dengan keanekaragaman jenis biota sangat tinggi. Indonesia merupakan pusat
sebaran dari jenis karang yang ada di dunia. Variasi bentuk pertumbuhan karang
di Indonesia sangat kompleks dan luas, sehingga dapat dipakai sebagai tempat
tumbuh bagi biota yang lain. Karang membentuk kerangka kapur yang terdiri dari
CaC03 dan di dalam polyp karang terdapat zooxanthella yang merupakan symbion
karang. Zooxanthelia ini berupa algae bersel satu yang membantu dalam
pembentukan kerangka kapur.
Pembentukan
kapur ini sangat penting artinya dalam mengurangi jumlah karbon yang ada di
udara. Karbon yang ada di udara akan diubah menjadi CaC03. Para pakar telah
menghitung kemampuan karang mengambil karbon yaitu 111 juta ton/tahun yang
ekivalen dengan 2 % dari seluruh karbon yang ada.
Diramalkan
bahwa pada 50-100 tahun yang akan datang karang dapat menyerap 4 % dari jumlah
karbon (C02) yang dilepas di udara, itu jika kondisi terumbu karang
di dunia tidak mengalami kerusakan.
Secara
umum terumbu karang hanya tumbuh di daerah tropis dan subtropis, oleh karena
itu karang memerlukan kondisi tertentu untuk dapat tumbuh dengan baik seperti
air yang jernih, dengan suhu antara 23-32 derajat celcius, dengan kedalaman
karang dari 40 m. Salinitas yang optimum untuk pertumbuhan karang antara 32 –
36 % dengan pH 7,5 – 8,5.
Terumbu
karang di Indonesia yang umum dijumpai adalah karang tepi (Fringing Reef),
karang penghalang (Barrier Reef) dan karang cincin (Atoll). Karang tepi
merupakan tipe karang yang paling umum dijumpai dan merupakan terumbu karang
yang tumbuh di tepi pantai. Karang penghalang tumbuh sejajar dengan garis
pantai dan dipisahkan oleh laut yang cukup dalam. Karang cincin merupakan tipe
karang yang menyerupai cincin dengan goa di tengahnya.
Pemanfaatan
terumbu karang yang kurang bijaksana dapat berakibat menurunnya kualitas
terumbu karang. Kegiatan yang bersifat merusak antara lain penambangan karang
untuk batu gamping dan bahan bangunan, penangkapan ikan dengan muroami, dan penggunaan
bahan peledak, serta koleksi biota laut untuk hiasan dan penangkapan illo “hib”
dengan kalium sianida (KCN).
Terumbu
karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat fisik
maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat
perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang pada
dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi dan karena aktivitas
manusia. Faktor fisik umumnya bersifat alami seperti perubahan suhu, dan adanya
badai.
Faktor
biologis seperti adanya pemangsaan oleh biota yang berasosiasi dengan terumbu
karang seperti Bulu Seribu (Acanthaster olanci), sedangkan aktivitas manusia
dapat berupa sedimentasi yang berasal dari penebangan hutan, penambangan
karang, penangkapan berlebihan, pembangunan fasilitas, limbah industri, buangan
kota dan rumah tangga, dan buangan minyak.
Mengkhawatirkan
Kondisi
karang di Indonesia pada saat ini adalah 4% dalam kondisi kritis, 46% telah
mengalami kerusakan, 33% kondisinya masih bagus dan kira-kira hanya 7 % yang
kondisinya sangat bagus. Bertambahnya berbagai aktivitas manusia yarng
berorientasi di daerah terumbu karang akan menambah tekanan dan sebagai
dampaknya adalah turunnya kualitas terumbu karang. Jika kegiatan yang berhubungan
dengan terumbu karang tidak segera dilakukan dengan baik maka persentase
terumbu karang dengan kriteria kritis akan bertambah dengan cepat.
Pada
saat ini pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah dan pihak swasta serta
masyarakat masih sedikit sekali perhatiannya terhadap ekosistem terumbu karang
dan habitat sekitar yang berasosiasi dengannya. Oleh karena itu pada saat ini
dari segi pendidikan yang berwawasan lingkungan pada umumnya dan ekosistem
terumbu karang pada khususnya perlu ditingkatkan. Program latihan dan
pendidikan baik formal dan non formal perlu dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan kemampuan pemanfaatan masyarakat dalam pemanfaatan
dan pengelolaan sumber daya terumbu karang.
Konservasi
dan pengelolaan ekosistem terumbu karang perlu segera dilakukan karena pada
dewasa ini tekanan semakin bertambah besar dengan meningkatnya aktivitas
pembangunan di wilayah pesisir. Terumbu karang di wilayah Timur Indonesia
menjanjikan kesempatan untuk pengembangan wisata bahari. Tetapi perlu diingat
bahwa sukses masa sekarang dalam memanfaatkan sumber daya karang dan
kelangsungan hidup komunitas daerah pesisir dan usaha komersial yang
berhubungan dengan terumbu karang akan tergantung dari kelangsungan hidup
terumbu karang itu sendiri.
Melihat
hal-hal tersebut serta besarnya peran terumbu karang, sebagai penyokong bagi
biodiversity kelautan, maka membuat beberapa negara di dunia ini telah sepakat
untuk berupaya terus melestarikan keseimbangan ekosistem karang. Sehingga
ekosistem terumbu karang sebagai bagian penting dalam pengelolaan lingkungan
hidup melalui pengembangan paradigma, etika dan perilaku kehidupan individu,
keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara, memiliki spirit yang handal
untuk berkerjasama dengan berbagai pihak dalam mengelola ekosistem terumbu
karang secara sistemik dan holistik, melampaui batas negara, suku, kelompok,
agama, ras, dan sektor pembangunan memiliki kehandalan dalam penetapan hukum
dan sosialisasi penaatan hukum di bidang lingkungan.
Belum
Sadar
Berbagai
praktek pemanfaatan sumber daya alam yang hanya memperhatikan keuntungan jangka
pendek, seperti penangkapan ikan dengan bahan peledak dan beracun, penangkapan
yang berlebihan, kegiatan wisata yang merusak, kegiatan pembangunan baik di
darat maupun di laut yang tidak memperhatikan kelestarian ekosistem ini, serta
terjadinya konflik penggunaan di dalam pemanfaatannya memperlihatkan masih
rendahnya kesadaran masyarakat mengenai manfaat ekosistem ini.
Rendahnya
kesadaran masyarakat akan berakibat rendahnya peran serta dari masyarakat dalam
upaya pengelolaannya hal ini tercermin tidak adanya swakarsa masyarakat
setempat, misalnya untuk menentukan daerah reservat perikanan yang dilindungi
agar menjadi sumber bibit bagi lingkungan sekitarnya.
Terjadinya
konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya terumbu karang selain
mencerminkan pemikiran yang bersifat sektoral, juga kurangnya kesadaran dan
pengetahuan mengenai manfaat dan fungsi terumbu karang dari para pengambil
keputusan.
Kegiatan
di darat dan di laut yang tidak memperhatikan kelestarian ekosistem ini
mencerminkan juga kekurangtahuan masyarakat (pengambil keputusan dan pengusaha)
akan hubungan kait mengait antar ekosistem. Pengusaha pariwisata dan wisatawan
juga karang menyadari manfaat dan fungsi terumbu karang.
Pembangunan
fisik fasilitas wisata bahari serta kegiatan wisatawan seringkali jarang
memperhatikan kelestarian terumbu karang yang justru merupakan aset utama
kegiatan tersebut.
Harus
Tegas
Masyarakat
setempat memegang peran penting di dalam kegiatan konservasi dan pengelolaan
kawasan terumbu karang. Mereka hidup di atau dekat dengan kawasan terumbu
karang dan mata pencahariannya sebagian besar tergantung pada sumber daya di
sekitarnya. Pemanfaatan sumber daya terumbu karang dengan cara yang dapat
membahayakan ekosistem terumbu karang akan merugikan masyarakat setempat.
Penegakan
hukum secara tegas harus diterapkan terhadap perusak terumbu karang.
Dengan
memperhatikan hal-hal di atas jelas diperlukan usaha penangkapan kesadaran dan
peran serta masyarakat penguna dan pemanfaat ekosistem terumbu karang. Hal
serupa tidak kalah pentingnya dilakukan terhadap para pengambil keputusan.
Kawasan
Konservasi Terumbu Karang
Secara
umum, konservasi ekosistem terumbu karang di Indonesia telah dijalankan melalui
upayaupaya pengembangan kawasan konservasi laut, antara lain melalui penunjukan
penetapan kawasan suaka alam (Cagar Alam Laut dan Suaka Margasatwa Laut) dan
kawasan pelestarian alam (Taman Nasional Laut dan Taman Wisata Alam Laut).
Kawasan
Suaka Alam mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
jenis karang dan satwa beserta ekosistemnya, serta sebagai wilayah perlindungan
sistem penyangga kehidupan. Di dalam Kawasan Suaka Alam ini dapat dilakukan
kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan yang menunjang, khusus untuk
Suaka Margasatwa dan dapat pula dilakukan kegiatan wisata terbatas.
Kawasan
Pelestarian Alam mempunyai fungsi sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Di dalam
Kawasan Pelestarian Alam ini dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata alam dan kegiatan lain yang
menunjang budidaya.
Melalui
program pengembangan kawasan konservasi laut di Indonesia, pemerintah telah
mencanangkan seluas 30 juta hektar perairan laut Indonesia sebagai kawasan
konservasi laut yang kemudian dikelola sesuai dengan masing-masing fungsi
kawasan yang telah ditetapkan tersebut!
Dengan
adanya penetapan seluas tersebut, diharapkan telah dapat mewakili semua sumber
daya alam laut dan tipe ekosistem yang ada di seluruh Indonesia.
0 comments:
Post a Comment