Ikan betutu pada
saat ini makin popular dan sudah banyak dihidangkan sebagai menu masakan di
rumah makan, restoran dan hotel-hotel mewah. Ikan betutu yang dihidangkan
sebagian besar masih merupakan hasil tangkapan dari alam bebas dan masih sangat
sedikit yang berasal dari hasil budidaya. Saat ini ikan betutu yang hidup di
alam semakin berkurang dan semakin sulit untuk didapatkan sehingga perlu adanya
kegiatan usaha untuk budidaya spesies ikan tersebut sebagai solusi untuk
mencegah kepunahan. Di beberapa daerah ikan betutu sudah mulai dibudidayakan
seperti jawa barat, jawa tengah, Kalimantan dan sumatera. Namun hasil
budidadaya diderah tersebut belum mencukupi kebutuhan pasar.
Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut diatas maka perlu diketahui ciri-ciri induk ikan betutu yang
ideal untuk calon induk, vekunditas telur serta tingkat kelangsungan hidup
(SR).
A. Klasifikasi
Dan Morfologi
Ikan betutu mempunyai kemiripan
dengan ikan gabus baik bentuk maupun sifatnya. Oleh karena itu ikan betutu
masuk dalam golongan goboidae (satu family dengan ikan gabus). Klasifikasi ikan
betutu menurut Axelrod (1951) adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Sub-Phylum : Craniata
Super-Class : Gnatostomata
Class : Osteichthyes
Super-Ordo : Teleostei
Ordo : Percomorphodei
Sub-Ordo : Gobiformes
Familia : Eleotridae
Genus : Oxyeleotris
Spesies : Oxyeleotris marmorata blkr.
Tanda-tanda atau
ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki oleh ikan betutu (Oxyeleotris
marmorata) adalah sebagai berikut:
bentuk badan bulat dan panjang seperti
torpedo
badan bagian depan bundar dan bagoian
belakang agak pipih
kepala rendah, mata besar ayng dapat
bergerak, dan mulut lebar
perut luas dan sirip punggung terdiri atas
dua bagian
sisik sangat kecil, halus dan lembut
sehingga tampak hampir tidak bersisik
warna badan kekunng-kuningan-kuningan
dengan bercak-bercak hitam keabu-abuhan seperti di batik
bagian ventral berwarna putih
panjang maksimum 50 cm dan dapat mencapai
berat 7 kg/ekor.
B. Habitat
Ikan betutu di alam aslinya hidup
di air tawar, seperti di sungai-sungai, rawa-rawa, telaga, danau dan waduk.
Ikan betutu yang masih kecil lebih senang pada perairan yang dangkal, sedangkan
yang sudah besar lebih senang tinggal di daerah yang arusnya tidak terlalu
deras dan banyak di tumbuhi tumbuh-tumbuhan air seperti Enceng Gondok, Kayu
Apu, Ganggeng dan Kangkung. Ikan betutu juga banyak dijumpai di
perairan-perairan yang memiliki derajat keasaman (pH) air yang agak rendah
(5,5-6,5). Meskipun ia tidak menolak tinggal
di air netral dengan pH 7-7,5. ikan betutu dapat hidup dengan baik pada
temperature air berkisar antara 190C-290C bahkan dapat beradaptasi dengan baik
sampai suhu 300C. berbeda dengan ikan-ikan lainnya ikan betutu ini sangat tahan
terhadap kadar amoniak H2S, dan kadar CO2 yang cukup tinggi. Hal ini sangat
menguntungkan dalam usaha budidaya terutama
pembesaran.
C. Kebiasaan
makan
Ikan betutu sangat menyukai jenis
pakan hidup carnivore dan dapat memburu mangsanya jika keadaan memaksanya. Ikan
betutu juga termasuk ikan yang kanibal apabila dalam keadaan lapar jenisnya
sendiri juga dimakan yang ukurannya lebih kecil.
Makanan ikan betutu terdiri atas
ikan-ikan rucah, udang liar air tawar, cacing, dan oranisme lain yang lebih
kecil. Ikan betutu juga dapat diberi pakan dari bahan ikan yang yangsudah mati,
namun jika masih ada pakan uyang hidup ikan betutu lebih menyulainya. Ikan
betutu tidak akan keluar untuk mencari makan jika jika belum lapar benar.
Makanan utama
larva ikan betutu adalah plankton seperti rotifera dan mikro plankton
lainnyasetelah berumur beberapa hari ikan betutu lebih menyukai pakan dari
zooplankton seperti Moina Sp Daphnia Dan Bosmina. setelah berukuran 3-7 cm ikan
betutu sudah mulai makan artemia, larva
chironomit dan cacing sutra.
D. Perawatan
induk
Induk ikan betutu yang akan
dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan induk ikan yang
berkualitas baik dan memiliki produktifitas yang tinggi, karena induk ikan yang
berkualitas akan menghasilkan keturunan tinggi pula.
Ikan betutu yang belum matang
kelamin sangat sulit untuk dibedakan jenis kelaminnya. Perbedaan jantan dan
betina ikan betutu hanya dapat dibedakan ketika ikan tersebut telah matang
gonad dengan melihat ciri-cirinya.
Induk betina ikan betutu yang
matang gonad memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1. badan berwarna lebih gelap dan
bercak-bercak hitamnya pekat.
2. perut membesar kearah anus dan bila
dirabah akan terasah lunak.
3. Papilla urogenitalnya berwarna merah
cerah berupa tonjolan memanjang dan lebih melebar serta membulat.
4. Gerakannya menjadi lebih lamban
5. Sehat dan tidak cacat.
Sedangkan induk jantan yang matang
gonad adalah sebagai berikut.
1. Badannya berwarna lebih terang dan
bercak-bercak hitamnya lebih terang bila dibandingkan dengan yang betina.
2. Badan dan peru ramping
3. Papilla urogenitalnyanya berbentuk
segitiga pipih dan kecil serta berwarna kemerah-merahan.
4. Sehat, tidak cacat.
Induk ikan betutu yang siap
dipijahkan berukuran 250-500g dan panjang badan antara 30-40 cm. calon induk
ikan betutu dapatr dipilih dari kolam pembesaran, kemudian dipelihara secara
tersendiri selama 30 hari dan diberi pakan yang cukup dengan kandungan protein
menimal 47%.
Induk ikan betutu yang akan
dipijahkan harus diberokkan terlebih dahulu (induk jantan dan betina dipelihara
secara berpisah). Setiap hari induk-induk tersebut diberi pakan alami berupa
ikan-ikan kecil, udang air tawar dan cacing. Air didalam bak pemeliharaan induk
harus diganti sesering mungkin atau dialiri secara terus-menerus. Dosis
pemberian pakan 10% dari berat badan /hari.
E. Pemijahan
Pemijahan pada ikan betutu dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu pemijahan alami dan pemijahan buatan.
1. pemijahan alami
Kolam yang akan digunakan untuk pemijahan alami
harus dibersihkan dan dikeringkan dibawah sinar matahari hingga benar-benar
kering. Biasanya pengeringan dasar kolam tanah memerluhkan waktu 5-7 hari,
sedangkan kolam beton 2-3 hari. Setelah kering asar kolam diberi tempat
(substrak untuk menempelnya telur). Substrak penempelan telur bisa terbuat dari
asbes dengan ukuran 40 x 40 cm yang dibentuk prisma ataupun potongan paralon
dengan diameter 5 inci atau tempayan yang besar.
Perbandingan induk jantan dan betina
(sex ratio) 1:1. setiap kolam 1 m2 idealnya dipakai untuk memijahkan 1-2 pasang
induk. Penambahan oksigen pada kolam pemijahan dapat dialakukan dengan
pemberian aerasi dengan menggunakan blower. Induk-induk ikan betutu yang telah
matang gonad biasanya akan memijah setelah 1-3 hari.
2. Pemijahan buatan
Bahan yang digunakan untuk
prmijahan buatan adalah ekstrak hipifisa dari ikan donor yang biasanya
menggunakan ikan mas atau ikan karper. cara yang lebih praktis untuk pemijahan
adalah dengan menggunakan hormone hcg (human chorionic gonadotrophi).
pelaksanaan pemijahan buatan pada ikan betutu sama seperti kawin suntik yang
dialakukan pada ikan lele dan ikan-ikan lainnya. perbandingan ikan donor dengan
resipien untuk induk betutu betina adalah 1:2 artinya setiap bagian berat induk
ikan betutu membutuhkan 2 bagian berat ikan donor. sedangkan perbandingan donor dan rsipien
untuk ikan jantan adalah 1:1. penyuntikan ekstrayt hipofisa dilakukan pada
indra muscular pada bagioan antara giurat sisi dengan sirip punggung kearah
pangkal ekor. untuk induk betina penyunyikan dilakukan 2 kali dengan selang
waktu antara penyuntikan pertam dan kedua adalah 3-5 jam. disis penynutikan
pertama dan penyuntikan kedua masing-masing 50 % dari ekstrak hipofisa.
Pada pemijahan buatan dentan hormone hcg dosis penyuntikan pertam untuk
induk betina adalah 4-5 iu per gram berat badan. Jika menggunakan Ovaprim dosis penyuntikan pertam untuk induk betina
0,5 cc untuk tiap kg berat tubuh. Penyuntikan kedua dilakukan setelah 3-5 jam
dari penyuntikan pertama dengan dosis ½ dari penyuntikan pertama.
Pemijahan ikan betutu dengan kawin
suntik sangat sulit untuk dilakukan tindakan stripping karena sifat telurnya
disemprotkan oleh induk betina dan dilekatkan pada substrak. Pengambilan sperma
induk jantan juga sulit untuk dilakukan stripping karena harus dialkukan
pembedahan. Oleh karena itu setelah
dilakukan penyuntikan induk betina dan induk jantan sebaiknya langsung
dimasukkan ke dalam kolam atau bak pemijahan yang telah dilengakapi dengan alat
untuk penempelan telur dan dibiarkan memijah sendiri.
Selama proses pemijahan,
pengontrolan alat penempelan telur harus dilakukan setiap hari. Biasanya dua
hari setelah penyuntikan induk-induk akan memijah dan telur-telurnya akan
terlihat memenuhi permukaan substrak. Warna telur ikan betutu yang adalah
keabu-abuan. Seekor induk ikan betutu dengan ukuran 300-500 gram dapat
menghasilkan telur 20.000- 40.000 butir.
F. Vekunditas
ikan betutu
Ikan betutu yang hidup di alam
bebas memiliki periode pemijahan yang relatif pendek dengan frekuensi lebih
dari satu kali dalam setahun, yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Ikan
betutu tidak melakukan pemijahan sendiri-sendiri, tetapi secara berkelompok. Ikan
jantan dan betina ynag sudah matang kelamin bersama-sama bermigrasi ke
daerah-daerah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan airberdaun atau berbatang
halus sebagai persiapan untuk meletakkan telur-telurnya. Di tempat tempat
tersebut, ikan betutu melakukan pemijahan dan bertelur.
Telur ikan betutu bersifat menempel
pada substrak yang ada di dalam air, seperti batu, kayu, asbes dan benda-benda lain. Telur ikan betutu akan
menetas dalam waktu 7 hari pada suhu 240C, 5 hari pada suhu 26,50C dan pada
suhu 280C akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pemijahan ikan betutu dengan
system hipofisasi dapat menetas 90% pada suhu 260C-280C.
Seekor ikan betutu dengan berat
Menurut Tavarutmanegul (1988) ikan betutu produktif pada ukuran 250-500 gram/ekor
dengan fekunditas 24.000 butir telur. Sedangkan Widiyati (1992) melakukan uji
coba memijahkan ikan betutu dan memperoleh hasil ikan betutu dengan ukuran 400g
yang diberi pakan buatan dengan kandungan protein 47% selama 3 bulan akan
memiliki fekunditas 40.000 butir telur.
G. Penetasan dan
perawatan telur
Telur yang telah dibuahi dapat
ditetaskan didalam akuarium dengan kap[asitas 40 liter. Akuarium yang digunakan
untuk penetasan telur diberi aerasi yang tidak terlalu besar. Penetasan tekur
dapat juga dilakukan didalam bak beton dengan ukuran 1,5 x 1,5 x 1 m. penetasan
dilakukan dengan cara memindahkan substrak tempat telur-telur menempel kedalam
akuarium atau bak penetasan yang telah dibersihkan terlebih dahulu. Selama
proses penetasan telur sesering mungkin dilakukan sirkulasi air dalam bak
penetasan. Jika memungkinkan air dapat dialirkan secara terus-menerus. Selama
proses penetasan usahakan suhu air stabil pada suhu 260C-280C. larva ikan
betutu yang baru menetas berukuran rata-rata 3mm dengan berat 0,2 mg.
H. Perawatan dan
pemeliharaan larva
Larva ikan betutu yang baru menetas
dapat dipindahkan kedalam bak pemeliharaan atau dapat juga dibiarekan didalam
bak penetasan selama beberapa waktu sdamp[ai kuat untuk dipindahkan. Jika di
biarkan didalam bak penetasan sisa-sisa telur ysngtidak menetas dan
kotoran-kotoran lain dibuang dengan cara disifon dengan menggunakan selang
sifon. Larva ikan betutu yang bartu menetas belum memerlukan pakan tambahan
karena masih memiliki kandungan kuning telur (yolk shell). Persediaan makanan
tersebut akan habis setelah 3-4 hari sejak penetasan. Oleh karena itu pada hari
ke 4 larva ikan betutu sudah mulai
diberi pakan tambahan berupa kenung telur ayam yamg telah direbus
kemudian dicampurkan dengan air hingga larut semua.
Penyiponan bak atau akuarium
pemeliharaan dilakukan 4 kali sehari pergantian air sebanyak 35 % dilakukan
setiap hari. Dosis pakan yang diberikan (kuning telur) sebanyak 1 butir
perhari/bak atau akuarium. Selain pakan tambahan ikan betutu juga dapat diberi
pakan alami seperti Clorella, Moina, Rotifera dan Sufosutoria sp. Setelah larva
berumur 15 - 20 hari baru diberi kultur Daphnia san Artemia. Pada saat ikan
mencapai ukuran 3 - 5 cm dapat diberi cacing sutra atau tepung ikan. Selama
pemeliharaan larva suhu harus dipertahankan antara 270C - 280C, keasaman (pH)
air antara 7 - 7,2 dan pergantian air dilakukan setiap hari.
0 comments:
Post a Comment