I PENDAHULUAN
Dalam budidaya perikanan, pakan merupakan hal yang sangat penting bagi komoditas perikanan yang berguna dalam pertumbuhan. Pakan dapat berupa pakan buatan dan pakan alami. Pakan alami merupakan pakan ikan yang tumbuh dialam tanpa adanya campur tangan manusia secara langsung. Pakan alami sebagai makanan ikan disebut Plankton. Plankton dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu phytoplankton dan zooplankton. Phytoplankton yaitu jenis plankton yang dapat melakukan assimilasi seperti tumbuhan (plankton nabati) sedangkan zooplankton adalah jenis plankton yang dapat bergerak aktif seperti hewan pada umumnya (plankton hewani).
Plankton dapat kita temukan terapung dipermukaan air, didasar kolam, atau pun melayang-layang memenuhi areal perairan atau kolam. Pakan alami dapat hidup bebas diberbagai macam perairan , baik perairan tawar, payau atau laut dan mampu berkembang biak secara cepat. Pakan alami memiliki daya penyesuaian diri (toleransi) yang tinggi terhadap perubahan lingkungan serta memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Disamping itu juga pakan alami memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan lebar bukaan mulut larva (ikan), isi selnya padat tetapi dindingnya tipis serta tidak beracun. Larva merupakan masa yang paling kritis dalam siklus hidup ikan. Maka dari itu larva tersebut membutuhkan pakan yang dapat dimakan oleh larva tersebut sesuai dengan bukaan mulutnya.
Dalam budidaya ikan secara tradisional, sumber nutrisi bagi ikan berasal dari pakan alami serata pada tahap-tahap tertentu dalam budidaya ikan secara intensif masih sangat mutlak memerlukan pakan ikan alami sebagai sumber nutrisi untuk memenuhi kebutuhan setiap fase pertumbuhan. Contohnya pada larva, larva merupakan fase pertumbuhan ikan yang lebih cendrung menyukai pakan ikan alami. Pakan alami ikan dapat tumbuh subur pada perairan yang banyak mengandung bahan-bahan organic dan anorganik serta menerima sinar matahari secara langsung. Selain itu pakan alami juga dapat dikultur (ditumbuhkan) dalam media (tempat) yang sempit, tertutup serta didalam media yang terbatas asal memenuhui persyaratan tumbuh, sepert suhu, intensitas cahaya dan lain-lain.
Adapun cara untuk memisahkan golongan pakan alami dari semua jenis plankton untuk menentukan apakah jenis -jenis palankton ini termasuk kedalam kategori pakan alami adalah sebagai berikut:
Bentuk ukuran plankton sesuai dengan bukaan mulut ikan pemakannya.
Mudah diproduksi secara massal (mudah dibudidayakan).
Kandungan sumber nutrisinya tinggi.
Isi sel padat dan mempunyai dinding sel tipis sehingga mudah dicerna.
Cepat berkembang biak dan memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga lestari ketersediaannya.
Tidak mengeluarkan senyawa beracun.
Gerakannya menarik bagi ikan tetapi tidak terlalu aktif sehingga mudah ditangkap.
II PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Artemia
Artemia merupakan salah satu jenis crustacea tingkat rendah yang termasuk kedalam:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustecea
Sub kelas : Brachiopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artomellae
Genus : Artemia
Species : Artemia salina.
Dari genus Artemia dikenal beberapa species diantaranya Artemia salina, Leach, A.parthenogenetica, A.pranciscana Kellog, dan masih banyak species yang lain.
2.2 Morfologi Artemia
Artemia banyak ditemukan di pasaran dalam bentuk telur istirahat yang sering disebut kista. Kista ini berbentuk bulatan kecil berwarna coklat, berdiameter 200-300 mikron dan didalamnya terdapat embrio yang tidak aktif.
Ada beberapa tahap penetasan artemia yaitu tahap hidrasi, tahap pecah cangkang dan tahap payung (pengeluaran). Artemia yang baru menetas disebut nauplius, berwarna orange, berbentuk bulat lonjong dengan panjang 400 mikron, lebar 170 mikron dan berat 0,002 mg. Ukuran-ukuran tersebut bervariasi tergantung strainnya. Nauplius mempunyai sepasang antenulla dan sepasang antenna. Selain itu diantara antenulla terdapat bintik mata yang disebut dengan ocellus. Sepasang andibula rudimeter terdapat dibelakang antenna. Sedang labrum (semacam mulut) terdapat dibagian ventral.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai dewasa memerlukan waktu 2-3 minggu.Perubahan morfologis yang mencolok terjadi setelah masuk instar x. Antena mengalami perubahan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Artemia bersifat pemakan segala atau omnivore. Makanan berupa plankton, detritus, partikelk halus dan jasad renik. Partikel pakan yang dapat ditelan artemia paling besar 50 mikron. Artemia menggambil pakan dimedia hidupnya terus menerus sambil berenang.
Dalam lingkungan alam di saat-saat tertentu dalam setahun Artemia memproduksi cysts yang hanyut di permukaan air. Dan artemia yang berada di daratan, biasanya disebabkan oleh angin dan ombak. Cysts ini adalah metabolically tidak aktif dan tidak mengembangkan lebih lanjut selama mereka tetap kering. Setelah pencelupan dalam laut, yang cekung dua buah badam cysts hidrat, menjadi bulat, dan di dalam tempurung yang embrio resumenya terputus oleh metabolisme.
Setelah sekitar 20 hari di luar selaput dari semburan cyst dan embrio muncul, dikelilingi oleh penggarisan selaput. Sedangkan embrio yang kosong di bawah tempurung (=tahap “payung”) pembangunan nauplius selesai dan dalam waktu yang singkat penggarisan selaput dan nauplius pun terlahir.
Embrio muncul
Embrio di dalam payung
(1) mata
(2) antennula
(3) antena
(4) rahang bawah
Larva tahap pertama (instar I; 400-500 μm panjang) memiliki warna coklat-orange, nauplius mata merah di kepala daerah dan tiga pasang appendages.Antena pertama (berfungsi sebagai sensor), antena kedua (Berfungsi sebagai penyaring makanan dan locomotory) dan mandibles (berfungsi mengambil makanan). Kemudian artemia akan berkembang lagi selama beberapa tahapan hingga dewasa.
Artemia jantan dewasa Artemia betina dewasa
2.3 Habitat
Artemia, satu-satunya genus dalam keluarga Artemiidae . Pertama ditemukan di Lymington, Inggris pada 1755. Artemia ditemukan di seluruh dunia di pedalaman saltwater danau, tetapi tidak di lautan. Artemia memiliki sistem asmorgulasi sehingga mampu beradaptasi dengan kisaran salinitas yang tinggi, selain mempunayai toleransi terhadap salinitas artemia juga mampu mensintesa haemoglobin untuk mengatasi kandungan oksigen yang rendah pada salinitas yang tinggi.. Adapun kisaran parameter kualitas air untuk pertumbuhan artemia yang optimal adalah sebagai berikut : Suhu 25 – 30 ºC, pH 7,5 – 8,5, Do 4,0 – 6,5
2.4 Reproduksi
Perkembangbiakan artemia ada 2 cara yaitu parthenogenesis dan biseksual. Pada artemia yang termasuk jenis parthogenesis populasi terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang tidak terbuahi. Sedangkan artemia dari jenis bisexual yaitu populasi terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan dan embrio berkembang dari telur yang dibuahi. Artemia mengalami beberapa fase dalam daur hidupnya yaitu :dari Kista menjadi nauplius kemudian menjadi artemia dewasa.
2.5 Prospek pakan artemia
Pakan alami artemia dalam dunia perikanan sangat berperan dan memiliki prospek usaha kedepan yang cukup bagus. Budidaya yang dapat dilakukan secara murni ataupun massal. Selain itu, harga jual pakan artemia pun dipasaran terbilang mahal sehingga dapat menghasilkan perekonomian yang tinggi bagi petani yang dapat melakukan budidaya pakan artemia dengan sukses. Pakan artemia yang lebih sering digunakan bagi budidaya perikanan yaitu pada saat menjadi larva. Karena nutrisi yang terkandung dalam pakan artemia terbilang tinggi sehingga dapat membantu pertumbuhan larva menjadi cepat.
BUDIDAYA ARTEMIA SECARA MURNI DAN MASAL KULTUR MURNI SKALA LABORATORIUM
Kegiatan kultur murni meliputi penetasan kista, pemisahan nauplius dari sisa penetasan /cangkang dan dekapsulasi.
Tahapan Penetasan kista artemia :
Kista artemia ditimbang sebanyak 5 gr untuk 1 liter air
Lalu ditempatkan pada wadah yang transparan berbentuk kerucut yang telah diisi air laut seteril dengan salinitas 30 permil
Tambahkan NaHCO3 sebanyak 2 gr/lt
Media diaerasi kuat dan suhu 25-30 0C dan p H 8,0-9,0
Medium disinari kurang lebih 2 jam pertama atau secara kontinyu dengan intensitas cahaya 1000 lux. Lama waktu penetasan 18-36 jam.
Pemisahan kista dengan Nauplius
Nauplius harus dipisahkan dari kista yang tidak menetas dan dari cangkang karena dapat sebagai pembawa bakteri pathogen dan media tumbuhnya parasit menempel. Prinsip pemisahan dengan memanfaatkan sifat fototaksis positif.
Tahapannya :
Kista artemia yang menetas disaring dengan saringan 120 µm
Kemudian dicuci dengan air laut dan dimasukkan kedalam wadah yang transparan yang disisi air laut
Di aerasi dasar selama 15 menit
Matikan aerasi dan beri sinar pada bagian dasar wadah sehingga nauplius akan menggumpul didasar dan kotoran akan mengapung
Setelah 10 menit nauplius disiphon dan disaring serta dicuci bersih.
Dekapsulasi
Penetasan juga dapat dilakukan setelah kista didekapsulasi. Dekapsulasi adalah proses penghilangan lapisan luar kista nengan menggunakan larutan hipoklorit tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup embrio.
Proses dekapsulasi adalah :
Kista yang telah disiapkan untuk poenetasan dihidrasi dengan air tawar selama 1-2 jam
Kista disaring dengan saringan 120 µm dan dicuci bersih
Kista siap untuk didekapsulasi
Kista dicampur dengan larutan hipoklorit dan diaduk secara manual serta diaerasi kuat
Suhu dipertahankan dibawah 40 0C, jika perlu ditambah es
Lama proses dekapsulasi 5-15 menit dengan ditandai perubahan warna kista dari coklat gelap menjadi abu-abu kemudian orange
Kista disaring dengan saringan 120 µm
Cuci bersih dengan air laut hingga bau klorin hilang dan tidak ada sisa busa pada kista
Kista diclup 2 kali dalam larutan HCL 0,1 N dan cuci bersih
Kista hasil dekapsul;asi dapat langsung diberikan ke larva atau disimpan dalam larutan garam jenuh pada suhu 0-4 0C selama 1-6 bulan atau ditetaskan menjadi nauplius
KULTUR MASSAL ARTEMIA
Budidaya Biomassa Artemia meliputi penetasan kista Artemia, pemisahan nauplius dari sisa penetasan, dekapsulasi, dan budidaya secara intensif.
Kontruksi bak untuk budidaya
Dapat dibuat dari berbagai bahan : fiber glass, papan kayu yang dilapisi plastik, bak semen dan lainya Bak dibuat dengan sudut-sudut lengkung untuk menjamin kelancaran sirkulasi air. Tinggi air efektif tidak lebih dari 100 cm.
Sistem pemeliharaan
Pemeliharaan dapat menggunakan sistem air berputar atau air mengalir. Sistem air berputar lebih efisien dalam pemanfaatan air sehingga keperluan penerapannya lebih luas. Untuk mendapatkan biomasa Artemia maka nauplius artemia dikultur beberapa hari. Lama pemeliharaan tergantung dari ukuran yang dikehendaki.
Sistem penyaring
Untuk sistem menggunakan air berputar jarang dilakukan pergantian air bahkan tidak diganti sama sekali, dengan demikian akan terjadi akumulasi metabolit Artemia, sisa pakan dan sisa dari aktivitas ganti kulit. Sistem penyaringan pada budidaya air berputar menggunakan tiga sistem penyaringan yaitu : plat pemisah, tabung penyaring, kisi-kisi penyaring.
Pakan dan sistem pemberian pakan
Bekatul merupakan pakan utama dalam bio0masa Artemia. Ukuran bekatul yang diberikan harus sesuai dengan mulutnya. Untuk meningkatkan kualitas pakan agar dihasilkan biomassa artemia yang mempunyai nutrisi tinggi dapat digunakan beberapa konbinasi pakan antara lain : tepung beras, tepung maizena. Tepung kedelai dan lain-lain.
Pemeliharaan
Penetasan artemia : Menggunakan wadah berbentuk corong atau bila sedikat bisa dengan ember corong. Penetasan dapat dilakukan secara langsung maupun dengan dekapsulasi terlebih dahulu dengan chlorin. Agar daya tetasnya baik kepadatan kista tidak lebih dari 2gr/lt, salinitas 15-35 ppt, suhu air 25-28 0C. Untuk penetasan langsung, sebelum kista dimasukkan ke bak penetasan, kista direndam dengan air tawar untuk mempercepat hidrasi.
Penebaran dan pemeliharaan
Kista akan menetas kurang lebih setelah 24 jam, selanjutnya nauplius hasil penetasan dipanen untuk ditebar di bak pemeliharaan, dengan menggunakan saringan 125 mikron berbentuk kantong. Pemberian pakan dilakukan setelah mulut dan saluran pencernaan nauplius terbuka yaitu instar II. Pemberian pakan dimulai mulai esok harinya. Pakan yang diberikan pakan hidup maupun pakan tambahan. Pakan hidup yang dapat diberikan golongan Diatom, Chlorophyta, dan Chryshophyseae. Pakan tambahan antara lain : Tepung spirulina, tepung roti, ragi bir, ragi laut, bekatul, terigu mezina, tepung kedelai dan tepung ikan.
Pemanenan
Artemia akan mencapai ukuran dewasa setelah mencapai umur sekitar 15 hari. Pada umur tersebut Artemia mencapai ukuran maksimal. Akan tetapi pemanenan dapat dilakukan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pemanenan dapat dilakukan secara total atau sebagian.
Cara pemanenan : Pemanenan dengan mematikan aerasi
Tunggu sampai Artemia naik kepermukaan
Panen dengan menggunakan scopnet
Cuci dengan air laut bersih
Selanjutnya dapat langsung digunakan atau di bekukan, dikeringkan ditepung.
Hasil panen dengan menggunakan sistem air berputar dapat mencapai 2-5 kg/m3 media budidaya, sedangkan pakan yang digunakan berkisar 4-6 kg/m3 media budidaya.
2.6 Pemanfaatan pakan artemia
Artemia digunakan dalam dunia perikanan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pakan larva ikan dan udang. Artemia sp adalah jasad renik berupa cc. Hingga sekarang, Indonesia masih mengimpor Artemia sp untuk memenuhi kebutuhan panti-panti pembenihan ikan dan udang. Masalah utama mengganggu dalam hal penggunaan Artemia sp adalah persediaannya yang masih terbatas di pasaran, sedangkan permintaan terus meningkat. Salah satu faktor ketersediaan Artemia sp adalah keberhasilan penetasan Artemia sp, dimana tergantung dari proses pelepasan cangkang melalui teknik dekapsulasi.
KESIMPULAN
Artemia banyak ditemukan di pasaran dalam bentuk telur istirahat yang sering disebut kista. Kista ini berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna coklat, berdiameter 200-300 mikron dan didalamnya terdapat embrio yang tidak aktif.
Adapun kisaran parameter kualitas air untuk pertumbuhan artemia yang optimal adalah sebagai berikut : Suhu 25 – 30 ºC, pH 7,5 – 8,5, Do 4,0 – 6,5
Perkembangbiakan artemia ada 2 cara yaitu parthenogenesis dan bisexual. Kegiatan kultur murni meliputi penetasan kista, pemisahan nauplius dari sisa penetasan /cangkang dan dekapsulasi.
Budidaya Biomassa Artemia meliputi penetasan kista Artemia, pemisahan nauplius dari sisa penetasan, dekapsulasi, dan budidaya secara intensif.
Artemia digunakan dalam dunia perikanan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pakan larva ikan dan udang.
Dalam budidaya perikanan, pakan merupakan hal yang sangat penting bagi komoditas perikanan yang berguna dalam pertumbuhan. Pakan dapat berupa pakan buatan dan pakan alami. Pakan alami merupakan pakan ikan yang tumbuh dialam tanpa adanya campur tangan manusia secara langsung. Pakan alami sebagai makanan ikan disebut Plankton. Plankton dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu phytoplankton dan zooplankton. Phytoplankton yaitu jenis plankton yang dapat melakukan assimilasi seperti tumbuhan (plankton nabati) sedangkan zooplankton adalah jenis plankton yang dapat bergerak aktif seperti hewan pada umumnya (plankton hewani).
Plankton dapat kita temukan terapung dipermukaan air, didasar kolam, atau pun melayang-layang memenuhi areal perairan atau kolam. Pakan alami dapat hidup bebas diberbagai macam perairan , baik perairan tawar, payau atau laut dan mampu berkembang biak secara cepat. Pakan alami memiliki daya penyesuaian diri (toleransi) yang tinggi terhadap perubahan lingkungan serta memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Disamping itu juga pakan alami memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan lebar bukaan mulut larva (ikan), isi selnya padat tetapi dindingnya tipis serta tidak beracun. Larva merupakan masa yang paling kritis dalam siklus hidup ikan. Maka dari itu larva tersebut membutuhkan pakan yang dapat dimakan oleh larva tersebut sesuai dengan bukaan mulutnya.
Dalam budidaya ikan secara tradisional, sumber nutrisi bagi ikan berasal dari pakan alami serata pada tahap-tahap tertentu dalam budidaya ikan secara intensif masih sangat mutlak memerlukan pakan ikan alami sebagai sumber nutrisi untuk memenuhi kebutuhan setiap fase pertumbuhan. Contohnya pada larva, larva merupakan fase pertumbuhan ikan yang lebih cendrung menyukai pakan ikan alami. Pakan alami ikan dapat tumbuh subur pada perairan yang banyak mengandung bahan-bahan organic dan anorganik serta menerima sinar matahari secara langsung. Selain itu pakan alami juga dapat dikultur (ditumbuhkan) dalam media (tempat) yang sempit, tertutup serta didalam media yang terbatas asal memenuhui persyaratan tumbuh, sepert suhu, intensitas cahaya dan lain-lain.
Adapun cara untuk memisahkan golongan pakan alami dari semua jenis plankton untuk menentukan apakah jenis -jenis palankton ini termasuk kedalam kategori pakan alami adalah sebagai berikut:
Bentuk ukuran plankton sesuai dengan bukaan mulut ikan pemakannya.
Mudah diproduksi secara massal (mudah dibudidayakan).
Kandungan sumber nutrisinya tinggi.
Isi sel padat dan mempunyai dinding sel tipis sehingga mudah dicerna.
Cepat berkembang biak dan memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga lestari ketersediaannya.
Tidak mengeluarkan senyawa beracun.
Gerakannya menarik bagi ikan tetapi tidak terlalu aktif sehingga mudah ditangkap.
II PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Artemia
Artemia merupakan salah satu jenis crustacea tingkat rendah yang termasuk kedalam:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustecea
Sub kelas : Brachiopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artomellae
Genus : Artemia
Species : Artemia salina.
Dari genus Artemia dikenal beberapa species diantaranya Artemia salina, Leach, A.parthenogenetica, A.pranciscana Kellog, dan masih banyak species yang lain.
2.2 Morfologi Artemia
Artemia banyak ditemukan di pasaran dalam bentuk telur istirahat yang sering disebut kista. Kista ini berbentuk bulatan kecil berwarna coklat, berdiameter 200-300 mikron dan didalamnya terdapat embrio yang tidak aktif.
Ada beberapa tahap penetasan artemia yaitu tahap hidrasi, tahap pecah cangkang dan tahap payung (pengeluaran). Artemia yang baru menetas disebut nauplius, berwarna orange, berbentuk bulat lonjong dengan panjang 400 mikron, lebar 170 mikron dan berat 0,002 mg. Ukuran-ukuran tersebut bervariasi tergantung strainnya. Nauplius mempunyai sepasang antenulla dan sepasang antenna. Selain itu diantara antenulla terdapat bintik mata yang disebut dengan ocellus. Sepasang andibula rudimeter terdapat dibelakang antenna. Sedang labrum (semacam mulut) terdapat dibagian ventral.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai dewasa memerlukan waktu 2-3 minggu.Perubahan morfologis yang mencolok terjadi setelah masuk instar x. Antena mengalami perubahan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Artemia bersifat pemakan segala atau omnivore. Makanan berupa plankton, detritus, partikelk halus dan jasad renik. Partikel pakan yang dapat ditelan artemia paling besar 50 mikron. Artemia menggambil pakan dimedia hidupnya terus menerus sambil berenang.
Dalam lingkungan alam di saat-saat tertentu dalam setahun Artemia memproduksi cysts yang hanyut di permukaan air. Dan artemia yang berada di daratan, biasanya disebabkan oleh angin dan ombak. Cysts ini adalah metabolically tidak aktif dan tidak mengembangkan lebih lanjut selama mereka tetap kering. Setelah pencelupan dalam laut, yang cekung dua buah badam cysts hidrat, menjadi bulat, dan di dalam tempurung yang embrio resumenya terputus oleh metabolisme.
Setelah sekitar 20 hari di luar selaput dari semburan cyst dan embrio muncul, dikelilingi oleh penggarisan selaput. Sedangkan embrio yang kosong di bawah tempurung (=tahap “payung”) pembangunan nauplius selesai dan dalam waktu yang singkat penggarisan selaput dan nauplius pun terlahir.
Embrio muncul
Embrio di dalam payung
(1) mata
(2) antennula
(3) antena
(4) rahang bawah
Larva tahap pertama (instar I; 400-500 μm panjang) memiliki warna coklat-orange, nauplius mata merah di kepala daerah dan tiga pasang appendages.Antena pertama (berfungsi sebagai sensor), antena kedua (Berfungsi sebagai penyaring makanan dan locomotory) dan mandibles (berfungsi mengambil makanan). Kemudian artemia akan berkembang lagi selama beberapa tahapan hingga dewasa.
Artemia jantan dewasa Artemia betina dewasa
2.3 Habitat
Artemia, satu-satunya genus dalam keluarga Artemiidae . Pertama ditemukan di Lymington, Inggris pada 1755. Artemia ditemukan di seluruh dunia di pedalaman saltwater danau, tetapi tidak di lautan. Artemia memiliki sistem asmorgulasi sehingga mampu beradaptasi dengan kisaran salinitas yang tinggi, selain mempunayai toleransi terhadap salinitas artemia juga mampu mensintesa haemoglobin untuk mengatasi kandungan oksigen yang rendah pada salinitas yang tinggi.. Adapun kisaran parameter kualitas air untuk pertumbuhan artemia yang optimal adalah sebagai berikut : Suhu 25 – 30 ºC, pH 7,5 – 8,5, Do 4,0 – 6,5
2.4 Reproduksi
Perkembangbiakan artemia ada 2 cara yaitu parthenogenesis dan biseksual. Pada artemia yang termasuk jenis parthogenesis populasi terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang tidak terbuahi. Sedangkan artemia dari jenis bisexual yaitu populasi terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan dan embrio berkembang dari telur yang dibuahi. Artemia mengalami beberapa fase dalam daur hidupnya yaitu :dari Kista menjadi nauplius kemudian menjadi artemia dewasa.
2.5 Prospek pakan artemia
Pakan alami artemia dalam dunia perikanan sangat berperan dan memiliki prospek usaha kedepan yang cukup bagus. Budidaya yang dapat dilakukan secara murni ataupun massal. Selain itu, harga jual pakan artemia pun dipasaran terbilang mahal sehingga dapat menghasilkan perekonomian yang tinggi bagi petani yang dapat melakukan budidaya pakan artemia dengan sukses. Pakan artemia yang lebih sering digunakan bagi budidaya perikanan yaitu pada saat menjadi larva. Karena nutrisi yang terkandung dalam pakan artemia terbilang tinggi sehingga dapat membantu pertumbuhan larva menjadi cepat.
BUDIDAYA ARTEMIA SECARA MURNI DAN MASAL KULTUR MURNI SKALA LABORATORIUM
Kegiatan kultur murni meliputi penetasan kista, pemisahan nauplius dari sisa penetasan /cangkang dan dekapsulasi.
Tahapan Penetasan kista artemia :
Kista artemia ditimbang sebanyak 5 gr untuk 1 liter air
Lalu ditempatkan pada wadah yang transparan berbentuk kerucut yang telah diisi air laut seteril dengan salinitas 30 permil
Tambahkan NaHCO3 sebanyak 2 gr/lt
Media diaerasi kuat dan suhu 25-30 0C dan p H 8,0-9,0
Medium disinari kurang lebih 2 jam pertama atau secara kontinyu dengan intensitas cahaya 1000 lux. Lama waktu penetasan 18-36 jam.
Pemisahan kista dengan Nauplius
Nauplius harus dipisahkan dari kista yang tidak menetas dan dari cangkang karena dapat sebagai pembawa bakteri pathogen dan media tumbuhnya parasit menempel. Prinsip pemisahan dengan memanfaatkan sifat fototaksis positif.
Tahapannya :
Kista artemia yang menetas disaring dengan saringan 120 µm
Kemudian dicuci dengan air laut dan dimasukkan kedalam wadah yang transparan yang disisi air laut
Di aerasi dasar selama 15 menit
Matikan aerasi dan beri sinar pada bagian dasar wadah sehingga nauplius akan menggumpul didasar dan kotoran akan mengapung
Setelah 10 menit nauplius disiphon dan disaring serta dicuci bersih.
Dekapsulasi
Penetasan juga dapat dilakukan setelah kista didekapsulasi. Dekapsulasi adalah proses penghilangan lapisan luar kista nengan menggunakan larutan hipoklorit tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup embrio.
Proses dekapsulasi adalah :
Kista yang telah disiapkan untuk poenetasan dihidrasi dengan air tawar selama 1-2 jam
Kista disaring dengan saringan 120 µm dan dicuci bersih
Kista siap untuk didekapsulasi
Kista dicampur dengan larutan hipoklorit dan diaduk secara manual serta diaerasi kuat
Suhu dipertahankan dibawah 40 0C, jika perlu ditambah es
Lama proses dekapsulasi 5-15 menit dengan ditandai perubahan warna kista dari coklat gelap menjadi abu-abu kemudian orange
Kista disaring dengan saringan 120 µm
Cuci bersih dengan air laut hingga bau klorin hilang dan tidak ada sisa busa pada kista
Kista diclup 2 kali dalam larutan HCL 0,1 N dan cuci bersih
Kista hasil dekapsul;asi dapat langsung diberikan ke larva atau disimpan dalam larutan garam jenuh pada suhu 0-4 0C selama 1-6 bulan atau ditetaskan menjadi nauplius
KULTUR MASSAL ARTEMIA
Budidaya Biomassa Artemia meliputi penetasan kista Artemia, pemisahan nauplius dari sisa penetasan, dekapsulasi, dan budidaya secara intensif.
Kontruksi bak untuk budidaya
Dapat dibuat dari berbagai bahan : fiber glass, papan kayu yang dilapisi plastik, bak semen dan lainya Bak dibuat dengan sudut-sudut lengkung untuk menjamin kelancaran sirkulasi air. Tinggi air efektif tidak lebih dari 100 cm.
Sistem pemeliharaan
Pemeliharaan dapat menggunakan sistem air berputar atau air mengalir. Sistem air berputar lebih efisien dalam pemanfaatan air sehingga keperluan penerapannya lebih luas. Untuk mendapatkan biomasa Artemia maka nauplius artemia dikultur beberapa hari. Lama pemeliharaan tergantung dari ukuran yang dikehendaki.
Sistem penyaring
Untuk sistem menggunakan air berputar jarang dilakukan pergantian air bahkan tidak diganti sama sekali, dengan demikian akan terjadi akumulasi metabolit Artemia, sisa pakan dan sisa dari aktivitas ganti kulit. Sistem penyaringan pada budidaya air berputar menggunakan tiga sistem penyaringan yaitu : plat pemisah, tabung penyaring, kisi-kisi penyaring.
Pakan dan sistem pemberian pakan
Bekatul merupakan pakan utama dalam bio0masa Artemia. Ukuran bekatul yang diberikan harus sesuai dengan mulutnya. Untuk meningkatkan kualitas pakan agar dihasilkan biomassa artemia yang mempunyai nutrisi tinggi dapat digunakan beberapa konbinasi pakan antara lain : tepung beras, tepung maizena. Tepung kedelai dan lain-lain.
Pemeliharaan
Penetasan artemia : Menggunakan wadah berbentuk corong atau bila sedikat bisa dengan ember corong. Penetasan dapat dilakukan secara langsung maupun dengan dekapsulasi terlebih dahulu dengan chlorin. Agar daya tetasnya baik kepadatan kista tidak lebih dari 2gr/lt, salinitas 15-35 ppt, suhu air 25-28 0C. Untuk penetasan langsung, sebelum kista dimasukkan ke bak penetasan, kista direndam dengan air tawar untuk mempercepat hidrasi.
Penebaran dan pemeliharaan
Kista akan menetas kurang lebih setelah 24 jam, selanjutnya nauplius hasil penetasan dipanen untuk ditebar di bak pemeliharaan, dengan menggunakan saringan 125 mikron berbentuk kantong. Pemberian pakan dilakukan setelah mulut dan saluran pencernaan nauplius terbuka yaitu instar II. Pemberian pakan dimulai mulai esok harinya. Pakan yang diberikan pakan hidup maupun pakan tambahan. Pakan hidup yang dapat diberikan golongan Diatom, Chlorophyta, dan Chryshophyseae. Pakan tambahan antara lain : Tepung spirulina, tepung roti, ragi bir, ragi laut, bekatul, terigu mezina, tepung kedelai dan tepung ikan.
Pemanenan
Artemia akan mencapai ukuran dewasa setelah mencapai umur sekitar 15 hari. Pada umur tersebut Artemia mencapai ukuran maksimal. Akan tetapi pemanenan dapat dilakukan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pemanenan dapat dilakukan secara total atau sebagian.
Cara pemanenan : Pemanenan dengan mematikan aerasi
Tunggu sampai Artemia naik kepermukaan
Panen dengan menggunakan scopnet
Cuci dengan air laut bersih
Selanjutnya dapat langsung digunakan atau di bekukan, dikeringkan ditepung.
Hasil panen dengan menggunakan sistem air berputar dapat mencapai 2-5 kg/m3 media budidaya, sedangkan pakan yang digunakan berkisar 4-6 kg/m3 media budidaya.
2.6 Pemanfaatan pakan artemia
Artemia digunakan dalam dunia perikanan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pakan larva ikan dan udang. Artemia sp adalah jasad renik berupa cc. Hingga sekarang, Indonesia masih mengimpor Artemia sp untuk memenuhi kebutuhan panti-panti pembenihan ikan dan udang. Masalah utama mengganggu dalam hal penggunaan Artemia sp adalah persediaannya yang masih terbatas di pasaran, sedangkan permintaan terus meningkat. Salah satu faktor ketersediaan Artemia sp adalah keberhasilan penetasan Artemia sp, dimana tergantung dari proses pelepasan cangkang melalui teknik dekapsulasi.
KESIMPULAN
Artemia banyak ditemukan di pasaran dalam bentuk telur istirahat yang sering disebut kista. Kista ini berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna coklat, berdiameter 200-300 mikron dan didalamnya terdapat embrio yang tidak aktif.
Adapun kisaran parameter kualitas air untuk pertumbuhan artemia yang optimal adalah sebagai berikut : Suhu 25 – 30 ºC, pH 7,5 – 8,5, Do 4,0 – 6,5
Perkembangbiakan artemia ada 2 cara yaitu parthenogenesis dan bisexual. Kegiatan kultur murni meliputi penetasan kista, pemisahan nauplius dari sisa penetasan /cangkang dan dekapsulasi.
Budidaya Biomassa Artemia meliputi penetasan kista Artemia, pemisahan nauplius dari sisa penetasan, dekapsulasi, dan budidaya secara intensif.
Artemia digunakan dalam dunia perikanan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pakan larva ikan dan udang.
0 comments:
Post a Comment