Friday, September 5, 2014

Pakan alternatif Ikan Nila Oreochromis niloticus Enzim Cairan Rumen Pada Pakan Berbasis Daun Lamtorogung

September 05, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Makanan adalah suatu kebutuhan yang paling wajib bagi kebutuhan mahluk hidup yang ada di alam semesta ini, karena tanpa makanan mahluk tidak akan mampu bertahan hidup cukup lama dan selain itu makanan juga harus yang mempunyai kandungan gizi dan mineral yang baik dan berguna bagi tubuh. 
Seperti hal nya manusia makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung kandungan gizi dan mineral yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita dan begitu pula dengan ikan, ikan memerlukan makanan yang sehat agar ikan mampu bertahan hidup selain itu jika di beri makanan terbaik pasti hasil budidaya ikan nya pun akan sangat menguntungkan. Berikut ini adalah makanan untuk ikan ikan Nila.
1. Makanan Nabati
Makanan nabati adalah jenis makanan yang di butuhkan oleh tubuh ikan, dimana makanan nabati ini berupa tumbutumbuhan yang kasar dan besar misal nya : sayuran, kangkung, daun talas, eceng gondok, dan daun pepaya, nah itu adalah jenis makanan yang dapat di jaikan sebagai manakan nabati yang dapat di  erikan secara langsung pada ikan  tersebut.
Selain itu ada juga yang dapat di gunakan atau di berikan untuk ikan sebagai makanan tambahan seperti : bungkil kelapa, dedak halus, daun singkong, bungkil kacang, dan tepung daun turi, daun lamtoro gung (Leucaena leucocephala)
2. Makanan campuran
Makanan campuran ini adalah makanan yang di hasilkan dari campuran antara makanan nabati dan hewani, namun ikan nila tidak memakan makanan hewani tapi jika sudah menjadi makanan campuran ikan nila menyukai jenis makanan ini, dan contoh makanan ini yaitu : limbah industri pertanian, kotoran manusia dan hewan, cacing, larva, serangga, lumut, dan ganggang algae.
3. Plankton
Plankton adalah jenis mahluk hidup yang ada di air yang di hasilkan dari berbagai bahan yang terdapat di air, adapun contoh plankton yaitu : Artemia, calanus, cyclops,trigiopus, moina, brachionus, spirulina, isochrysis, tetraselmis, chorella, dan skeletonema.
4. Detritus
Jenis makanan ini berasal dari tumbuhan atau dari hewan yang telah hancur seperti kotoran hewan dan manusia, bakteri, protozoa, cendawan, limbah pertanian, alga dan lain-lain.
Sistematika Ikan Nila
Kelas                           : Pisces
Subkelas                      : Teleostei
Ordo                            : Perchomorphi
Subordo                      : Percoidea
Famili                          : Cichlidae
Genus                          : Oreochromis
Spesies                        : Oreochromis niloticus
Nama                           : Indonesia Nila
Morfologis Ikan Nila
Bentuk tubuh agak memanjang dan pipih ke samping, warna putih kehitaman dan warnanya semakin terang kearah bagian ventral atau perut.
Pada tubuh terdapat garis-garis vertikal berwarna hijau kebiruan, sedangkan pada sirip ekor terdapat delapan buah garis-garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan. Mata tampak menonjol agar besar dan di tepinya berwarna hijau.
Letak mulut terminal atau di ujung tubuh. Posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoracic. Garis rusuk (Linea lateralis) terputus menjadi dua bagian, letaknya memanjang di atas sirip dada.
Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah. Tipe sisik adalah ctenoid atau sisik sisir. Bentuk sirip ekor berpinggiran tegak. Rumus jari-jari sirip sebagai berikut: D XV-XVII 13;V.I.S.;P.15;A.III.10  dan C.18.
Perkembangan pakan ikan komersial pada umumnya masih bertumpu pada tepung ikan sebagai sumber protein utama. Penurunan produksi tepung ikan, penurunan kurs rupiah dan meningkatnya permintaan tepung ikan menyebabkan terjadinya peningkatan harga tepung ikan secara signifikan yang pada akhirnya menyebabkan harga pakan ikan menjadi mahal.
Penggantian tepung ikan dengan sumber protein nabati sudah berhasil dilakukan diantaranya tepung bungkil kedelai (SBM). SBM mampu mengganti sebagian tepung ikan namun ketersediaan SBM masih bergantung dari impor sehingga harganya sangat tergantung pada ketersediaan SBM di pasar Internasional. Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor adalah dengan penggunaan bahan pakan lokal yang berkualitas, harga layak, persediaannya terjamin dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Salah satu bahan yang memenuhi persyaratan tersebut adalah daun lamtorogung. Kendala pemakaian tepung daun lamtorogung sebagai bahan baku pakan antara lain memiliki serat kasar yang cukup tinggi sehingga ikan sulit dalam memanfaatkan serat dimana ikan memiliki keterbatasan dalam hal ketersediaan enzim selulotik dalam saluran pencernaannya. Penggunaan enzim eksogen sangat diperlukan untuk menghidrolisis serat tersebut.
Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus yang diberi berbagai dosis enzim cairan rumen pada pakan berbasis daun lamtorogung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2009 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pakan perlakuan yang diberikan adalah pakan tanpa campuran enzim serta pakan dengan campuran enzim 200 ml/kg pakan, 400 ml/kg pakan, 600 ml/kg pakan, 800 ml/kg pakan dan 1000 ml/kg pakan. Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila Oreochromis niloticus dengan bobot awal rata-rata 20,59  1,00 gram dan panjang total tubuh rata-rata 11,12  0,32 cm dengan padat tebar 8 ekor/akuarium. Pemberian pakan secara at satiation dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yakni pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB dan 16.00 WIB. Pengecekan kualitas air dilakukan dua kali selama pemeliharaan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunakan tiga ulangan. Penambahan enzim 400-1000 ml/kg pakan memberikan nilai laju pertumbuhan harian relatif tinggi berkisar 1,22-1,46% dibandingkan dengan pakan tanpa enzim dan penambahan enzim 200 ml/kg pakan yaitu berkisar 0,74-1,07%. Penambahan enzim pada pakan memberikan nilai efisiensi pakan yang relatif tinggi berkisar 31,87-45,49% dibandingkan dengan pakan tanpa enzim yaitu sebesar 24,14%, begitu pula dengan konsumsi pakan yang nilainya relatif tinggi pada pakan dengan penambahan enzim berkisar 93,98-109,09% dibandingkan dengan pakan tanpa enzim yaitu sebesar 92,82%. Penambahan enzim 400-1000 ml/kg pakan memberikan nilai retensi protein relatif tinggi berkisar 16,15-23,35% dibandingkan pakan tanpa enzim dan penambahan enzim 200 ml/kg pakan berkisar 11,08-11,26%, begitu pula retensi lemak dengan penambahan enzim 200-1000 ml/kg pakan memberikan nilai 28,67-39,08% yang nilainya lebih tinggi dibandingkan pakan tanpa enzim yaitu sebesar 21,85%.

0 comments:

Post a Comment