Latar Belakang
Lobster air tawar merupakan udang
konsumsi yang menjadi salah satu komoditas perikanan tawar yang mulai
dikembangkan untuk budidaya di Indonesia sejak tahun 2000 (Sukmajaya dan
Suharjo, 2003). Lobster air tawar secara teknis dapat dipelihara pada air tawar
yang memiliki kualitas air dengan suhu air 23 – 310 C, kandungan
oksigen terlarut lebih dari 4 ppm, pH 6 – 9,5 dan amonia kurang dari 1 ppm dengan
berbagai variasi wadah pemeliharaan. Jenis pakannya pun relatif banyak dan
mudah diperoleh. Daging lobster ini mempunyai tekstur yang padat, empuk, dan
rasanya seperti daging udang windu (Sukmajaya dan Suharjo, 2003).
Lobster air tawar dengan bobot 30 – 80
gr merupakan ukuran konsumsi dengan permintaan pasar yang relatif tinggi tetapi
jumlahnya masih mengalami kelangkaan. Hal ini terjadi karena waktu yang
diperlukan untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi sangat lama sekitar 7 –
10 bulan sedangkan konsumen membutuhkan lobster dalam jumlah besar setiap hari
(Dermawan, 2004). Menurut Tanjung (2009), kebutuhan lobster air tawar untuk memenuhi
pasar di Sumatera Utara mencapai 1 – 2 ton / bulan. Intensifikasi budidaya lobster air tawar saat ini
mulai dikembangkan untuk mengatasi kendala tersebut, salah satunya dengan
menerapkan pakan alami alternatif bagi pembudidaya.
Pada proses budidaya lobster air tawar
ini, masih dijumpai beberapa kendala yang menghambat proses produksi. Salah
satu kendala produksi lobster adalah tingginya biaya pakan yang berkisar antara
60 - 70% dari total biaya produksi. Tingginya biaya pakan ini disebabkan salah
satunya oleh semakin meningkatnya harga tepung ikan yang merupakan sumber utama
protein pakan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan upaya pengembangan
pakan berbahan baku sumber protein lokal yang mudah diperoleh, harganya relatif
murah, dan memiliki kandungan nutrisi yang sesuai sebagai pengganti tepung
ikan.
Pertumbuhan yang optimal memerlukan
suplai pakan yang tepat agar nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dapat
terpenuhi. Untuk memenuhi
kebutuhan pakan lobster air tawar (Cherax
quadricarinatus) beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
pakan berupa cacing tanah (Lumbricus
rubellus), cacing darah (Chironomus larvae), cacing sutera (Tubifex sp.) dan ulat
hongkong (Tenebrio
molitor larvae).
Cacing tanah merupakan pakan
alami yang mengandung protein 72% (Palungkun,
2008). Tidaklah mengherankan,
bila cacing tanah sangat baik untuk makanan ternak maupun manusia. Cacing tanah
sangat mudah dicerna dalam alat pencernaan dan mudah pula dipecah menjadi
asam-asam amino yang berguna untuk tubuh lobster air tawar. Hampir semua protein
daging cacing tanah dapat diserap oleh tubuh dengan baik. Asam amino
cacing tanah mempunyai kualitas yang sangat baik.
Cacing darah adalah larva serangga
golongan Chironomus. Oleh karena itu, meskipun disebut sebagai cacing, binatang
ini sama sekali bukan golongan cacing-cacingan tetapi serangga. Pada tubuh cacing
darah, 90% bagian tubuh adalah air
dan sisanya 10% terdiri dari bahan padatan. Dari 10% bahan padatan ini 62,5%
adalah protein, 10% lemak, dan sisanya lain-lain.
Cacing sutera diketahui memiliki
kandungan nutrisi penting seperti vitamin, karbohidrat, lemak dan protein
sekitar 50 – 60%. Dengan kandungan nutrisi demikian, cacing sutera tergolong
pakan alami yang baik sebagai sumber pakan lobster air tawar (Wikipedia, 2006).
Ulat hongkong mempunyai kandungan
nutrisi kurang lebih protein kasar 48%, lemak kasar 40%, kadar abu 3%, dan
kandungan ekstrak non nitrogen 8%. Sedangkan kadar airnya mencapai 57%. Dengan
kandungan nutrisi demikian ulat hongkong tergolong baik untuk sebagai sumber
pakan lobster air tawar. Meskipun demikian beberapa literatur menyebutkan bahwa
kandungan lemak pada ulat hongkong sering lebih tinggi daripada kandungan
proteinnya, sehingga pemberian ulat hongkong dapat menyebabkan kegemukkan pada
binatang yang mengkonsumsinya dengan segala aspek ikutannya.
Berdasarkan uraian di atas, pakan
alami yang telah disebutkan merupakan sumber protein hewani yang diharapkan
dapat memacu pertumbuhan lobster secara optimal. Pakan alami dalam penelitian
ini dibandingkan agar diketahui pakan yang tepat untuk pertumbuhan optimal.
Biologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)
Klasifikasi dan morfologi
Menurut Wiyanto dan Rudi (2003), Genus Cherax memiliki
sistematika sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub kelas :
Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Famili :
Parastacidae
Genus :
Cherax
Spesies :
Cherax quadricarinatus
Tubuh lobster air tawar terbagi menjadi dua bagian yaitu
bagian depan terdiri dari kepala dan dada yang disebut cephalothorax. Sementara bagian belakang terdiri dari badan dan
ekor yang disebut abdomen. Kepala ditutupi oleh kulit atau cangkang kepala (carapace). Carapace ini berperan dalam
melindungi organ tubuh, seperti otak, insang, hati dan lambung.
Carapace berbahan zat tanduk atau kitin yang tebal dan
merupakan nitrogen polisakarida yang disekresikan oleh kulit epidermis dan
dapat mengelupas saat terjadinya pergantian cangkang tubuh (moulting).
Secara umum tubuh lobster air tawar dibagi menjadi dua
bagian, yakni kepala (Chepalothorax)
dan badan (abdomen). Hewan ini
tertutupi kerangka luar kitin, yang mengandung sebagian besar kapur dan
skelerotin yaitu yang membuat rangka lebih keras dan berat tapi sangat baik
sebagai lapisan pelindung. Kitin luar tipis dan berhubungan, untuk memberikan
kelenturan maksimal. Bagian anterior tubuhnya disebut Carapace dan masing-masing
segmen posterior abdominal terdiri dari lengkungan dorsal tergum, dua lateral
pleura dan sebuah ventral sternum.
Anggota badan lobster memperlihatkan suatu rangkaian
yang sangat penting dari adaptasi dan modifikasi dalam hidupnya. Ada 19 pasang
anggota badan secara keseluruhan, satu pasang pada tiap segmen. Antennules dan antennae
merupakan modifikasi untuk tactil dan
chemical stimulation (rangsangan
kimia); rahang bawah untuk mengunyah, lima berikutnya, maxillae dan
maxillipeds, terutama untuk mendorong makanan; pasangan berikutnya adalah chelipeds yang sangat besar untuk
mencapit makanan dan untuk pertahanan; empat pasang selanjutnya untuk berjalan
dan enam pasang terakhir untuk berenang dan untuk berbagai fungsi yang lain.
Lubang kecil melubangi seluruh rangka, banyak tersebar
di anggota badan dan bagian ekor. Kumpulan di dalam itu adalah bulu-bulu yang
membuat hewan itu sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar melalui taktil
stimulation. Semua anggota badan ini, dengan berbagai macam, bentuk dan fungsi,
berawal dari sebuah anggota badan sederhana dengan satu fungsi yang disebut
daya penggerak.
Lobster air tawar memiliki 19 pasang, antara lain bagian kepala dengan lima bagian, thorax delapan bagian
dan abdomen enam bagian. Bagian tubuh crayfish
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
Antenela, protopoditnya terbagi menjadi tiga segmen.
Segmen pertama adalah coxopodite dan
segmen berikutnya adalah basipodit yang terdiri dari dua bagian. Dua set
flagella yang panjangnya berbeda merupakan satu bagian dengan antenula dan
letaknya berkait dengan basipodit. Flagela yang pendek terletak di sebelah
dalam disebut endopodit sedangkan flagella yang panjang terletak di sebelah
luar disebut eksopodit. Fungsi antenela untuk mencium pakan.
Antena. Antena mempunyai bagian yang sama dengan
antenela. Struktur yang menyerupai daun besar adalah exopodite, termasuk juga squame
dan lapisan antenna. Letaknya berada sedikit diatas coxopodite dan membuka di apex.
Bagian ini membuka (nepridiophore)
sampai ke ginjal dan biasa disebut dengan kelenjar hijau yang berfungsi sebagai
ekskresi. Antena berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi
lingkungan.
Bagian mulut. Maksila ketiga sebenarnya adalah mulut
dengan penyepitnya dan tempatnya di bagian anterior sampai dasar dari sepasang
kaki pertama.
Mandibel. Letaknya di bagian anterior dan hampir tertutup oleh bagian
posterior tubuh. Ciri-ciri mandibel adalah lebar, lembut, mengkilat,
permukaannya cembung, tampak dalamnya seperti tepi.
Maksila 1. Letaknya di bagian pertama dari maksila,
strukturnya seperti daun. Bagian yang agak kecil dan strukturnya runcing adalah
endopodit. Dua bagian di samping endopodit adalah endites 1 dan endites 2.
Pada pangkal endites 1 banyak
terdapat kitinase. Bagian ini disebut coxopodite.
Maksila 2. Letaknya setelah maksila 1. Bagian yang besar
adalah scaphognathite. Bagian
anterior dibatasi oleh mandible dan bagian posterior berupa ruang percabangan
yang membantu pergerakan air di dalamnya.
Maxilliped 1. Bentuknya memanjang. Bagian dasarnya disebut epipodit dan sesuai
dengan ruang masuk insang yang membantu pergerakan air.
Maxilliped 2. Bagian tepi Protopodit dan Endopodit terdapat filament yang
disebut dengan filament yang bercabang. Struktur epipodalnya pada podobranch
berfungsi sebagai insang untuk respirasi. Pada bagian dasar coxopodite merupakan bahan kitin.
Maxilliped 3. Letaknya dekat maxilliped
2. Maxilliped 1, 2 dan 3 bergabung
menjadi satu bagian tubuh di thorax.
Periopod. Periopod berfungsi sebagai kaki jalan crayfish. Kaki pertama mempunyai capit
dan bentuknya lebih besar dibanding kaki renang yang lain. Kaki kedua dan
ketiga mempunyai chelate yang
ukurannya sama. Kaki ketiga terutama pada terutama pada crayfish betina terdapat suatu modifikasi di bagian permukaannya yaitu
adanya operculum genital. Kaki keempat dan kelima tidak mempunyai chelate. Kaki kelima pada crayfish jantan terdapat tempat saluran
sperma.
Pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai kaki renang.
Menurut Wiyanto dan Hartono (2004), disamping sebagai alat berenang, kaki renang pada induk betina
yang sedang bertelur memiliki karakteristik memberikan gerakan dengan tujuan
meningkatkan kandungan oksigen terlarut di sekitarnya, sehingga kebutuhan
oksigen telur dan larva dapat terpenuhi. Kaki renang juga digunakan untuk
membersihkan telur atau larva dari tumpukan kotoran yang terendap. Morfologi lobster air tawar yang dapat dilihat pada gambar 1.
Lobster air tawar
merupakan spesies dimorfis. Yakni terdiri dari jenis kelamin jantan dan betina.
Jenis kelamin jantan dan betina dapat dibedakan secara pasti jika telah berumur
dua bulan dengan panjang total rata-rata lima sampai tujuh sentimeter. Ciri-ciri
primer pembeda jenis kelamin calon induk lobster air tawar adalah bentuk
tertentu yang terletak di tangkai jalan dan ukuran capit. Sementara itu ciri-ciri
sekunder yang dapat dilihat secara visual adalah kecerahan warna tubuhnya
(Iskandar, 2003).
2.1.2 Habitat dan daerah
penyebarannya
Pada dasarnya
lobster air tawar terdiri dari tiga keluarga besar yaitu Astacidae, Cambaridae
dan Parastacidae. Secara alami keluarga lobster air tawar tersebut menyebar
hampir di
semua benua kecuali Afrika dan Antartika, meskipun di kedua benua tersebut
pernah ditemukan fosilnya. Keluarga Astacidae banyak ditemukan di perairan
bagian barat Rocky Mountain di Barat Laut Amerika Serikat sampai Kolombia,
Kanada dan juga di Eropa. Keluarga Cambaridae banyak ditemukan di bagian timur
Amerika serikat (80% dari jumlah spesies) dan bagian selatan Meksiko, Selandia
Baru, Amerika Selatan dan Madagaskar. Di Indonesia terutama di perairan
Jayawijaya, Papua, juga hidup beberapa spesies dari keluarga Parastacidae
(Wiyanto, 2003).
Habitat alam
lobster air tawar adalah danau, rawa atau sungai yang berlokasi di daerah
pegunungan. Di samping itu diketahui lobster air tawar bersifat endemic karena
terdapat spesifikasi pada spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat
alam tertentu.
2.1.3
Siklus Hidup
Pada
umumnya lobster air tawar mulai matang gonad pada umur 6 – 7 bulan. Setelah
mencapai umur tersebut, induk jantan dan betina akan melakukan perkawinan.
Selanjutnya, induk betina akan bertelur dan mengeraminya hingga menetas selama
1,5 bulan. Setiap kali bertelur, jumlah anakan yang menetas berkisar 150 – 800
ekor. Namun, ada jenis lobster yang mampu menghasilkan telur hingga ribuan
butir antara lain jenis Astacopsis gouldi
dengan jumlah telur sekali bertelur sekitar 4.000 butir.
Sebelum
bertelur, lobster betina yang telah matang gonad akan melakukan perkawinan
dengan lobster jantan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau
menjelang pagi. Beberapa hari menjelang kawin, lobster jantan dan betina yang
berjodoh akan selalu bersama. Lobster jantan terlihat aktif memperindah
kaki-kaki renang dan daerah ventral antara kaki jalan ketiga dan keempat.
Sehari sebelum kawin, lobster jantan semakin aktif mendekati lobster betina.
Selanjutnya lobster jantan akan mencumbu betina. Setelah beberapa saat
bercumbu, lobster betina akan membalikkan tubuhnya dengan posisi terlentang.
Pada saat itu, lobster jantan akan segera menaiki tubuh lobster betina yang
menghadap ke atas. Ekor lobster betina akan berkontraksi dan abdomen lobster
jantan melingkupinya. Pada saat itu lobster jantan akan menyemprotkan
spermatoforanya ke permukaan ventral abdomen betina. Proses perkawinan ini
diperkirakan berlangsung sekitar 0,5 – 1 jam. Sekitar 10 – 15 hari setelah
perkawinan, telur akan mulai tampak di bagian bawah badan lobster betina. Telur
yang baru muncul tersebut berwarna kuning kemudian dalam beberapa minggu akan
berubah menjadi oranye dan timbul bintik-bintik hitam sebelum menetas. Hingga
telur tersebut menetas dan menjadi benih akan terus melekat di badan lobster
betina. Benih atau anakan lobster akan mulai lepas sekitar 4 – 5 hari setelah
menetas (Wiyanto dan Hartono, 2004).
2.1.4
Pakan Lobster
Di
habitat aslinya, lobster air tawar aktif mencari pakan pada malam hari (nocturnal). Lobster air tawar adalah
jenis binatang pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Pakan lobster air tawar
biasanya berupa biji-bijian, ubi-ubian, cacing, lumut, dan bangkai hewan.
Lobster memanfaatkan antena panjangnya untuk mendeteksi bahan pakan terlebih
dahulu. Jika bahan pakan tersebut sesuai dengan keinginannya, lobster akan
menangkapnya menggunakan capit, selanjutnya memegangnya dengan kaki jalan
pertama sebagai tangan pemegang pakan yang akan dikonsumsi. Lobster air tawar
memiliki gigi halus yang terletak di permukaan mulut, sehingga cara memakan
pakannya sedikit demi sedikit (Iskandar, 2003).
2.1.5
Sifat Kanibal
Lobster
air tawar termasuk binatang yang suka memakan jenisnya sendiri yang biasa
disebut dengan kanibal. Kanibal terjadi saat tidak tersedia pakan yang memadai.
Sifat kanibal ini juga timbul saat lobster lain dalam keadaan lemah dan tidak
dapat mempertahankan diri. Lobster akan lemah saat sakit atau sedang molting. Agar tidak dimakan oleh
kerabatnya, biasanya lobster yang sedang mengalami pergantian kulit mencari
tempat persembunyian untuk berlindung. Karenanya, tempat budidaya harus
dilengkapi dengan tempat-tempat yang dapat digunakan oleh lobster untuk
bersembunyi.
Kanibal
juga terjadi pada lobster dewasa terhadap telur dan lobster kecil yang baru
menetas. Namun, jarang sekali induk yang sedang bertelur memakan anaknya
sendiri. Pada saat pembenihan lobster, induk yang sudah bertelur sebaiknya
dipisahkan dalam wadah yang terpisah agar telur yang menetas tidak dimakan oleh
induk yang lain (Iskandar, 2003).
2.1.6 Pergantian
kulit atau Moulting
Kerangka
atau kelopak kulit yang menyelimuti tubuh lobster terbuat dari bahan chitin, sifatnya keras dan tidak
elastis. Jika ingin tumbuh besar, lobster perlu membuang kulit lama dan
menggantinya dengan kulit baru. Proses pergantian kulit tersebut dikenal dengan
istilah moulting. Selama siklus hidupnya,
lobster mengalami pergantian kulit hingga puluhan kali. Pergantian kulit mulai
terjadi pada umur 2 – 3 minggu. Frekuensi moulting
tergantung umur serta jumlah dan mutu makanan yang dikonsumsi. Lobster muda
lebih sering mengalami moulting
dibandingkan dengan lobster dewasa karena masih dalam masa pertumbuhan. Lobster
yang mendapat pasokan makanan cukup dan berkualitas akan lebih cepat melakukan moulting. Faktor makanan berpengaruh
pada percepatan moulting, dikarenakan
makanan yang diserap lobster berfungsi untuk membentuk jaringan material
pertumbuhan. Selain faktor umur dan makanan, faktor kualitas lingkungan juga
bisa mempengaruhi frekuensi moulting.
Suplai oksigen yang sangat sedikit, suhu air yang terlalu tinggi, dan adanya
timbunan zat-zat beracun dalam air akan membuat pertumbuhan lobster terhambat. Dengan
demikian, frekuensi moulting juga
terhambat.
Lobster
yang akan moulting, yaitu sekitar 2 –
3 jam sebelumnya, terlihat berdiam diri karena kondisinya sangat lemah dan
seperti mau mati, bahkan tidak mau makan. Pada tahap awal, kulit kepala akan
mengelupas atau terlihat terangkat dan terpisah dari kepala. Dalam beberapa
waktu kepala akan keluar dari kulit kepala disusul dengan mengelupasnya kulit
eksoskeleton. Tubuh lobster yang sudah berganti kulit masih terlihat lemah
karena kulitnya masih sangat lunak. Setelah 24 jam semua kulit akan mengeras
kembali seperti sedia kala. Selama proses moulting,
lobster tidak makan.
Pada
dasarnya moulting berfungsi untuk
merangsang atau mempercepat pertumbuhan. Moulting
juga bisa mempercepat pematangan gonad pada lobster. Dengan demikian, lobster
akan cepat menghasilkan telur. Selain fungsi tersebut, pergantian kulit juga
untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh yang cacat. Capit yang patah akan tumbuh
kembali setelah moulting. Namun, kaki
bekas patah tersebut tidak sebesar kaki sebelum patah. Secara umum, pertumbuhan
lobster air tawar dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hubungan umur dan panjang
lobster
Umur
|
Ukuran Tubuh
|
1 – 1,5 bulan
|
2,5 – 4 cm
|
2 bulan
|
5 – 6 cm
|
7 bulan
|
10 – 12 cm
|
1 tahun
|
15 – 17 cm
|
> 3 tahun
|
20 – 25 cm
|
Sumber : Iskandar (2003)
2.1.7 Rasio
Konversi Pakan
Rasio
Konversi Pakan adalah perbandingan atau rasio jumlah pakan yang dikonsumsi
dengan pertambahan bobot lobster yang dipelihara. Rasio konversi pakan dapat
digunakan untuk mengetahui kualitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan
lobster (Mahyudin, 2009). Rumus untuk menghitung konversi pakan adalah sebagai
berikut :
Wt - Wo
|
Keterangan :
F =
Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (kg)
Wo =
Berat total lobster saat awal penebaran (kg)
Wt =
Berat total lobster saat panen (kg)
2.1.8 Kebutuhan
Nutrisi
Pakan
yang baik adalah pakan dengan kandungan zat-zat gizi yang dibutuhkan lobster,
seperti protein, lemak, mineral, dan vitamin. Pakan memegang peranan penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan lobster. Pemberian pakan dengan jenis,
jumlah, dan frekuensi yang tepat diharapkan lobster akan tumbuh cepat dalam
kondisi sehat, kuat dan terbebas dari serangan penyakit (Wiyanto dan Hartono,
2004). Tabel kebutuhan nutrisi lobster air tawar dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi lobster air tawar dalam bahan kering
Nutrisi
|
Kebutuhan
|
Protein
Lemak
Serat Kasar
BETN
|
21,6 %
7 %
8 %
24,9 %
|
Abu
|
-
|
Sumber : Apriliani (2006)
0 comments:
Post a Comment