Friday, April 25, 2014

CARA MENGENALI BAHAN MAKANAN YANG MEMAKAI FORMALIN

April 25, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Formalin atau formaldehida adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet. Sebenarnya fungsi formalin adalah sebagai desinfektan namun oleh sebagian orang disalah gunakan untuk mengawetkan ikan untuk mencegah kerugian. Formalin dapat berguna sebagai desinfektan karena membunuh sebagian besar bakteri dan jamur (termasuk spora mereka). Hal ini juga digunakan sebagai pengawet dalam vaksin, dimana formalin digunakan untuk membunuh virus dan bakteri yang tidak diinginkan yang mungkin mencemari vaksin selama produksi.
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan formaldehid 10 – 40% dan secara fisik seperti cairan putih jernih dengan bau yang menyengat dan tajam.
Tips praktis mengenali makanan yang diberi formalin :
Prinsipnya adalah makanan yang diberi formalin akan awet, keras dan tidak membusuk. Ikan yang diberi formalin tidak akan dimakan oleh kucing sebab kucing memiliki penciuman yang tajam terhadap bau formalin. Walaupun manusia tidak bisa mencium bau formalin pada bahan makanan namun kucing atau anjing memiliki penciuman yang tajam sehingga hewan ini tidak akan makan makanan yang mengandung formalin. Kesimpulannya jika ayam atau ikan yang kita berikan kepada kucing namun kucing tidak mau makan maka ikan tersebut sudah diberi formalin
Ciri kedua adalah
ikan yang diberi formalin tidak akan didatangi dan dikerubungi oleh lalat. Lalat memiliki penciuman yang tajam jika ada hewan yang mati maka akan langsung datang menghampiri hewan yang mati tersebut. Jika ayam dan ikan diberi formalin maka lalat tidak akan datang menghampirinya. Tips ini dapat kita pakai saat hendak membeli ikan atau ayam di pasar.
Ciri-ciri ikan yang mengandung formalin dan Ikan yang segar tanpa formalin :
Ciri-ciri ikan yang mengandung formalin :
1. Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius)
2. Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar
3. Warna daging ikan putih bersih
4. Bau menyengat, bau formalin, dan kulit terlihat cerah mengkilat
5. Daging kenyal
6. Lebih awet dan tidak mudah busuk walau tanpa pengawet seperti es
7. Ikan Berformalin Dijauhi Lalat
8. Tidak terasa bau amis ikan
Ciri ikan segar tanpa formalin :
1. Bila dalam 1 hari pun tanpa pengawetan misalnya dengan es maka ikan akan rusak dan tidak layak konsumsi lagi.
2. warna ingsang merah dan cemerlang dan terlihat segar
3. Bau ikan khas dan segar
4. lebih mudah busuk bila tanpa diawetkan terus dengan es
5. Ikan dapat dihinggapi lalat
Ciri-ciri Ikan asin berformalin :
- Tidak rusak sampai lebih dari sebulan pada suhu kamar(25°C)
- Warna bersih dan cerah
- Tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur
- Tidak dihinggapi oleh lalat bila diletakkan di tempat terbuka
Ciri-ciri ikan asin tanpa formalin :
-Warna ikan asin ada yg kecokelatan
- Aroma masih khas ikan asin
- Dagingnya rentan / mudah hancur
- Dapat dihinggapi lalat
Cara Untuk Melakukan Pengujian Kandungan Formalin pada Bahan Makanan Umumnya. Formalin merupakan larutan formaldehida 37% dalam larutan air. Cara mengisolasi formalin dari makanan (misalkan tahu) dapat dilakukan dengan mengekstrak makanan menggunakan pelarut H2O pada suhu ruangan. Analisis formalin bisa dilakukan dengan metode enzimatis secara fluorimetri, HPLC, GC dan spektrofotometri. Dari kesemuanya yang sering digunakan, yakni metode spektrofotometri (karena mudah dan murah) dengan mereaksikan formalin dengan alkanon dalam media garam asetat sehingga terbentuk senyawa kompleks berwarna kuning.
1. PENDAHULUAN 
Kasus penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan banyak dilakukan di Indonesia. Hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan dari 700 sampel produk makanan yang diambil dari Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56% mengandung formalin (BPOM, 2005). Bahaya dari penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan perlu adanya perhatian khusus, karena penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan dapat menyebabkan beberapa penyakit, diantaranya efek kesehatan manusia langsung terlihat akut seperti (iritasi, alergi, mual, muntah, sakit perut dan pusing), dan efek kronik yaitu efek pada kesehatan manusia terlihat terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang, seperti gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat (Handayani, 2006). 
Perlu adanya penanganan khusus dari kasus diatas, dan perlu adanya kewaspadaan masyarakat terhadap penyalahgunaan formalin yang terus meningkat di Indonesia. Hal tersebut dilandasi karena batas konsumsi bahan makanan yang mengandung formalin menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) untuk orang dewasa adalah 1,5 – 14  mg perhari atau dalam satu hari asupan yang diperbolehkan adalah 0,2 mg dan dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter. Sedangkan menurut Occupati Safety and Health Administration (OSHA) ambang batas formalin secara umum adalah 1-0,1 mM. Konsumsi bahan makanan dan minuman yang mengandung formalin dalam jangka panjang atau melebihi ambang batas dapat mengakibatkan kangker, iritasi pada mata dan saluran pernafasan, kerusakan sistim saraf pusat dan kebutaan (WHO, 2002). 
Oleh karena itu, pemerintah khususnya (BPOM) dan masyarakat luas membutuhkan alat pendeteksi formalin untuk mengetahui kandungan formalin secara tepat (Media Industri No.211, 2006). 
Deteksi untuk mengetahui kandungan formalin sudah banyak dilakukan diantaranya dengan cara spektroskopi menggunakan spektrofotometer ultra violet (UV), high performance liquid chromatography (HPLC) dan Gas Chromatography (GC). Metode ini relatif selektif dan sensitif akan tetapi  memerlukan waktu analisis yang lama, membutuhkan banyak reagen, dan tidak ekonomis karena harganya yang sangat mahal (Indang, 2009). Salah satu alternatif alami yang telah dikembangkan di Indonesia untuk pendeteksi formalin pada bahan makanan dengan menggunakan kertas tumerik dari cairan kunyit, cara deteksi tersebut sangat ekonomis akan tetapi kurang akurat karena pendeteksianya hanya berfungsi sebagai kontrol positif dan negatif (Indang, 2009). Sehingga, perlu adanya inovasi deteksi formalin yang cepat dan akurat sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Inovasi kreatif yang yang digunakan untuk pendeteksi formalin yaitu dengan cara pembuatan “Digital Formaldehyde Meter” dengan cara pengimplementasian teknologi Electronic nose. Teknologi Electronic nose merupakan teknologi data akuisisi dengan penghubung pengolah data, biasanya dilakukan untuk menyelesaikan masalah dari sistem pembuatan alat yang terdiri dari deret sensor gas (sensor gas array). Electronic nose merupakan sistem portabel yang memiliki kelebihan seperti ukuran yang kecil, dan biaya operasional yang murah. Penelitian sebelumnya telah banyak menggunakan Electronic Nose untuk pendeteksi keamanan udara lingkungan, aplikasi medis, dan keamanan pangan (Zhang et al., 2009). Dengan mempertimbangkan kelebihan instrumen ini maka inovasi karya PKM-KC kami adalah mengaplikasikan Electronic Nose sebagai alat deteksi formalin. “Digital Formaldehyde Meter” dirancang dengan sistem digital, sinyal input dideteksi dari deret sensor TSG kemudian diproses dengan bantuan mikrokontroler yang diperkuat oleh amplifier dan digitalkan oleh sebuah digital LCD (Liquid Crystal Display) ke digital convertor. Diharapkan “Digital Formaldehyde Meter” dapat membantu masyarakat, pemerintah, dan pihak yang berkait dalam mendeteksi formalin secara cepat dan akurat, dan tidak ada lagi penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan yang semakin meluas di Indonesia..
2. METODE
Reset Tool 
Alat yang digunakan dalam penyelesaian "Digital Formaldehida meter" adalah penguasa, lem, menggiling, solder, avometer, dan peralatan pendukung lainnya seperti bahan cutlery.The digunakan dalam penyelesaian "Digital Formaldehida meter" adalah mikrokontroler IC m16 def, Liquid Crystal Display (LCD), Op - Amp (dccoupled preamplifier), resistor, kapasitor, dioda, sensor array, PCB, kabel, akrilik, pemanas, adaptor, LED, switch, teknis formalin, bakso,ikan,tahu,danmie. 2.2 Flowchart Sistem Instrumentasi Alat Alat sistem instrumentasi bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif alat "Digital Formaldehyde meter", yang menggunakan sampel termasuk sampel padat dan cair
Digital Formaldehyde Meter”didesain sesuai dengan standar desain dan hasil survai study pustaka desain yang sering digunakan di pasar. “Digital Formaldehyde Meter” didesain seperti pada gambar 6 dengan ukuran panjang horizontal 193,8 mm, kemudian panjang vertikal 120 mm dengan lebar 60 mm dan panjang sisi miring 175,5 mm. 

0 comments:

Post a Comment