I.
PENDAHULUAN
Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 2/3 dari
wilayah kedaulatannya adalah wilayah laut dengan luas 5,8 juta km2 yang terdiri
dari wilayah territorial dengan luas 3,1 km2 dan wilayah ZEEI dengan luas 2,7 km2,
dan terdiri dari 17.504 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km dan memiliki
kandungan sumberdaya alam khususnya sumberdaya hayati ( ikan ) yang berlimpah
dan beraneka ragan. Menurut Komnas Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut (Komnas
Kajiskanlaut, 1998), potensi sumberdaya ikan laut di seluruh perairan
Indonesia, di duga sebesar 6,26 juta ton per hatun, sementara produksi tahuanan
ikan laut Indonesia pada tahun 1997 mencapai 3,68 juta ton. Ini berarti tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan laut Indonesia baru mencapai 58,80%.
Pemanfaatan
sumberdaya ikan laut Indonesia di berbagai wilayah tidak merata. Di beberapa
wilayah perairan masih terbuka peluang besar untuk pengembangan pemanfaatannya,
sedangkan di beberapa wilayah yang lain sudah mencapai kondisi padat tangkap atau overfishing.
Masalah
utama yang dihadapi dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan ikan khususnya
ikan pelagis adalah sangat terbatasnya alat bantu untuk menentukan atau mencari
gerombolan ikan yang berkaitan erat
dengan daerah penangkapan ikan. Seperti nelayan yang mau menangkap ikan
yang berangkat dari pangkalan bukan
untuk menangkap tetapi untuk mencari lokasi penangkapan terlebih dahulu baru
menangkapnya sehingga selalu berada
dalam ketidak pastian tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan,
sehingga hasil tangkapannya juga
menjadi tidak pasti.
II.
KARAKTERISTIK IKAN
Ikan-ikan yang hidup di
sekitar rumpon ada yang hidup
dipermukaan (pelagis), ada juga yang hidup di dasar periran (demersal) ikan yang hidupnya di permukaan perairan (
pelagis ) dengan ciri-cirinya antara lain seperti hidup bergerombolan atau
berkelompok, berenang cepat, warnanya cerah, pada umunya hidup di daerah
neritik dengan kedalaman perairan 0 - 200 meter
ikan-ikan pelagis ini banyak bernilai
ekonomis penting, juga berfungsi sebagai konsumen anatar dalam food
chain (antara produsen dengan ikan-ikan,
sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan dasar (demersal) dengan
ciri-ciri antara lain warnanya gelap, pada umunya hidup tidak bergerombolan
(sendiri), bentuknya bervariasi.
Berdasarkan habitatnya ikan
pelagis dibagi menjadi ikan pelagis kecil dan pelagis besar. Menurut Komnas
Kajiskanlaut, 1998, yang termasuk ikan-ikan utama dalam kelompok ikan pelagis
besar diantaranya; Tuna dan Cakalang (Madidihang, Tuna Mata Besar, Albakora
Tuna Sirip Biru, Cakalang), Marlin (Ikan Pedang, Setuhuk biru, Setuhuk hitam,
Setuhuk loreng, Ikan Layaran), Tongkol dan
Tenggiri (Tongkol dan Tenggiri), dan Cucut (Cucut Mako). Sedangkan jenis
ikan pelagis kecil antara lain; Karangaid (Layang, Selar, Sunglir), Klupeid
(Teri, Japuh, Tembang, Lemuru, Siro) dan Skombroid (Kembung).
III.
DAERAH PENANGKAPAN
Penentuan daerah penangkapan ikan yang umum dilakukan oleh
nelayan sejauh ini masih menggunakan cara-cara tradisional, yang diperoleh
secara turun-temurun. Akibatnya, tidak mampu mengatasi perubahan kondisi
oseanografi dan cuaca yang berkaitan erat dengan perubahan daerah penangkapan
ikan yang berubah secara dinamis.
Ekspansi nelayan besar ke daerah penangkapan nelayan kecil mengakibatkan
terjadi persaingan yang kurang sehat bahkan sering terjadi konflik antara
nelayan besar dengan nelayan kecil.
Secara
garis besarnya daerah penangkapan,
penyebaran dan Migrasi sangat luas,
yaitu meliputi daerah tropis dan sub tropis dengan daerah penangkapan terbesar terdapat disekitar perairan
khatulistiwa. Daerah penangkapan
merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan. Dalam
hubungannya dengan alat tangkap, maka
daerah penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan. Dalam arti ikan berlimpah, bergerombol,
daerah aman, tidak jauh dari pelabuhan
dan alat tangkap mudah dioperasikan. (Waluyo, 1987). Lebih lanjut Paulus (1986), menyatakan bahwa
Pengetahuan
mengenai penyebaran dan bioekologi berbagai jenis ikan sangat penting artinya
bagi usaha penangkapannya. Data dan informasi tentang penyebaran dan bioekologi
ikan pelagis sangat diperlukan dalam mengkaji daerah
penangkapan
ikan di suatu perairan seperti perairan
laut banda, kawasan timur Indonesia,
kawasan Samudra Hindia dan lain
sebagainnya.
IV.
RUMPON
Rumpon
merupakan salah satu alat bantu untuk meningkatkan hasil tangkapan dimana
mempunyai kontruksinya menyerupai pepohonan yang di pasang (ditanam) di suatau
tempat di perairan laut yang berfungsi
sebagai tempat berlindung, mencarai makan, memijah, dan berkumpulnya ikan.
Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat
berkumpulnya ikan di laut, untuk
mengefisienkan oprasi penangkapan bagi para nelayan.
Rumpon
merupakan alat bantu penangkapan ikan
yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul disuatu tempat yang selanjutnya
diadakan penangkapan.
Dengan
makin majunya rumpon telah menjadi salah
satu alternatif untuk menciptakan daerah penangkapan buatan dan manfaat
keberadaannya cukup besar. Sebelum mengenal rumpon, nelayan menangkap ikan
dengan cara mengejar ikan atau menangkap kelompok ikan di laut, kini dengan
makin berkembangnya rumpon maka pada saat musim penangkapan, lokasi penangkapan menjadi pasti di suatu
tempat. Dengan telah ditentukan daerah penangkapan maka tujuan penangkapan oleh
nelayan dapat menghemat bahan bakar, karena mereka tidak lagi mencari dan
menangkap kelompok renang ikan dengan menyisir laut yang luas. Nelayan di beberapa daerah telah banyak yang
menerapkan rumpon ini. Di Utara Pulau
Jawa telah lama mengenal rumpon untuk memikat ikan agar berkumpul di sekitar
rumpon, sehingga memudahkan penangkapan .
Rumpon
umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m, setelah dipasang kedudukan
rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersfat tetap tergantung
pemberat yang digunakan. Dalam praktek
penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat atu diatur sedemikian rupa, maka
waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat dari
permukaan air dengan bantuan perahu penggerak(skoci,jukung dan canoes).
Untuk
rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga
untuk memudahkan penangkpan dibuat rumpon mini, yang pada waktu penangkpan
mulai diatur begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul di sekitar rumpon
ara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan rumpon induk untuk
sementara waktu dengan cara
menenggelamkan rumpon induk atau rumpon induk
atau mengangkat separoh dari
rumpon yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah sekarang
ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon mini dan disini dilakukan
penangkapan.
Sementara
itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu
dengan cara mengikatkan tali slembar yang terdapat di salah satu kaki jaring
pada pelampung rumpon, sedangkan ujung
tali slembar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir
penangkapan satu dua orang akan turun ke air untuk mengusir ikan –ikan di
sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat
dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang
akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di halau dengan menggunakan galah
dari satu sisi perahu.
A.
Fungsi dan Manfaat Rumpon
Direktorat
Jenderal Perikanan (1995) melaporkan beberapa keuntungan dalam penggunaan rumpon yakni : memudahkan
pencarian gerombolan ikan, biaya eksploitasi
dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil.
Fungsi
rumpon sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan adalah sebagai berikut
a .Sebagai tempat mengkonsentrasi ikan agar
lebih mudah ditemukan
gerombolan
ikan dan menangkapanya.
b. Sebagai
tempat berlindung bagi ikan dari pemangsanya
c. Sebagai
tempat berkumpulnya ikan
d. Sebagai
tempat daerah penangkap ikan
e. Sebagai
tempat mencari makan bagi ikan.berlindung jenis ikan tertentu
dari serangan ikan predator
f. Sebagai tempat untuk memijah bagi
ikan.
g. Banyak ikan-ikan kecil dan plankton
yang berkumpul disekitar rumpon dimana
ikan dan plankton tersebut merupaka sumber makanan bagi ikan besar.
h. Ada beberapa jenis ikan seperti tuna
dan cakalang yang menjadi rumpon sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan
dapat dengan mudah untuk menangkapnya.
Sedangkan
manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Memudahkan nelayan menemukan
tempatuntuk mengoperasikan alat
tangkapnya.
2. Mencegah terjadinya destruktif fishing, akibat
penggunaan bahan peledak dan bahan kimia/beracun.
3. Meningkatkan produksi dan produktifitas
nelayan.
Nelayan
dapat mengetahui banyak ikan di daerah rumpon dengan beberapa ciri yang khas
yaitu :
1. Banyaknya buih-buih atau gelembung
udara dipermukaan air.
2. Warna air akan telihat lebih gelap
dibandingkan dengan warna air disekitarnya karena banyak ikan yang bergerombol.
3. Adanya burung yang berkeliaran di permukaan laut.
4. Adanya gelondong-gelondong kayu yang
hanyut di permukaan laut.
5. Adanya kelompok ikan lumba-lumba di
permukaan laut.
banyak
ikan yang bergerombol.
Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara
yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar
permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada
dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam
disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut.
Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu
operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun
jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
B.
Tata Cara Pemasangan Rumpon
1. Rumpon dapat di pasang di wilayah :
a. Perairan 2 mil laut sampai dengan 4 mil
laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah.
2. Perairan di atas 4 ml laut sampai
dengan 12 mil laut, diukur dari garis pantai titik surut terendah.
a. Perairan diatas 12 mil dan ZEE
Indonesia, dan perorangan atau perusahaan berbadan hukum yang akan memasang
rumpon wajib terlebih dahulu memperoleh izin.
3. Pengusaha / nelayan yang akan memasang
rumpon mengajukan permohonana izin kepada Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap. Dinas Perikanan dan Kelautan propinsi / Kabupaten / kota sesuai
kewenangan pemberi izin sesuai dengan Kepmen Kelautan dan Perikanan No.Kep
30/MEN/2004 tentang Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon. Dalam permohonan izin
harus dilakukan penilaian baik terhadap administrasi pemohan maupun lokasi periran.
Penilaian
Lokasi Pemasangan Rumpon Harus Memperhatikan :
a. Apakah daerah tersebut tidak merupakan
alur pelayaran atau kepentingan lainnya seperti daerah suaka, atau daerah
lainnya. Pemasangan rumpon tidak boleh dilakukan pada daerah perairan tersebut.
b. Apakah daerah tersebut tidak merupakan
konsentrasi penangkapan ikan nelayan-nelayan yang tidak menggunakan rumpon,
rumpon tidak boleh dipasang pada perairan tersebut.
c. Apakah daerah tersebut berbatasan dengan propinsi lain, untuk itu maka Dinas
Perikanan dan Kelautan dari domisili pemohon izin rumpon ditujukan kepada
propinsi tersebut.( Indah R. 2009).
C.
Macam-Macam Rumpon
A.
Berdasarkan pada posisi / letak pengumpul ikan :
1..
Rumpon permukaan
1.1.
Rumpon laut dangkal yaitu di pasang pada kedalaman 20-100 meter untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan
pelagis kecl seperti : kembung, selar,
tembang, japuh, layang dan lain sebagainya.
1.2.
Rumpon laut dalam yaitu rumpon yang
dipasang pada kedalaman 1200 – 3000
meter untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang dan lain sebagainya yang berada
di permukaan sampai pada kedalaman 60 meter dibawah permukaan laut. Pada posisi
tertentu ikan tuna besar merupakan ikan yang dominan pada kedalaman lebih 100
meter, dibawah permukaan. Pada waktu tertentu (pagi hari dan sore hari) muncul
ke permukaan perairan untuk mencari makanan. Pada kondisi ini di permukaan
terdapat ikan kecil, misanya ikan layang, ikan tongkol dan lain-lainnya.
2.
Rumpon Lapisan Tengah
3.
Rumpon Dasar
B.
Bedasarkan Kemenetapan Pemasangan Rumpon
1.
Rumpon Menetap(memliki jangkar /
pemberat berukuran besar) sehingga tidak dapat dipindahkan dan dipasang di
perairan dalam dengan kondisi gelombang besar dan arus kuat, guna memikat /
mengumpulkanjenis ikan pelagis besar.
2.
Rumpon yang dapat dipindahkan
(terbuat dari bahan yang relatif ringan) sehingga memungkinkan untuk diangkat /
dipindahkan guna memikat / megumpulkan jenis-jenis ikan pelagis kecil.
C.
Berdasarkan Tingkat Teknologi
1.
Rumpon tradisional (teknologi
sederhana) bahan-bahan pembuatan murah dan mudah didapat di sekitar lokasi
pemasangan, biasa digunakan untuk perikanan sekala kecil. Penggunaan rumpon
tradisional ini banyak ditemukan di daerah Mamuju (Sulawesi Selatan) dan Jawa
Timur. Menurut Monintja(1993) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun
1980, sedangkan Negara yang sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang,Philipina,
Srilanka, Papua Nugini dan Australia. Beberapa alasan iakan sering ditemukan
disekitar rumpon
2. Rumpon modren, investasi relatif besar
umumnya digunakan oleh
perikanan sekala besar /
industri guna memikat / mengumpulkan jenis-
jenis ikan pelagis besar.
D.Berdasarkan
Pemasangan dan Pemanfaatan rumpon dibagi atas 3 jenis :
(a).
Rumpon perairan dasar
(b).
Rumpon perairan dangkal dan
(c).
Rumpon perairan dalam. Menurut
Barus et al. (1992 menjelaskan
bahwa metode pemasangan dari rumpon laut
dangkal dan dalam
hampir
sama, perbedaannya hanya pada desain rumpon, lokasi
daerah pemasangan serta
bahan yang digunakan . Rumpon laut
dangkal menggunakan bahan
dari alam
seperti bambu, rotan, daun
kelapa dan batu kali. Sebaliknya pada
rumpon laut dalam sebagian
besa bahan yang digunakan bukan dari
alam melainkan berasal dari buatan seperti
bahan sintetis, plat besi,
ban bekas, tali baja, tali rafia serta semen.
Pemilihan
tempat pemasangan rumpon harus memiliki kriteria sebagai berikut :
1).
Merupakan daerah lintasan migrasi ikan yang menjadi penangkapan
2).
Tidak menggangu alur pelayaran atau di daerah yang dilarang memasang rumpon
3). Mudah untuk mencari dan mencapainya
4).
Relatif dekat dengan pangkalan kapal
5).
Dasar perairan relatif datar
Bahan
yang digunakan bukan dari alam melainkan berasal dari buatan seperti bahan
sintetis, plat besi, ban bekas, tali baja, tali rafia serta semen.
Rumpon
di Indonesia merupakan Fish Aggregating Divice (FAD) skala kecil dan sederhana
yang umumnya dibuat dari bahan tradisional. Rumpon tersebut ditempatkan pada
kedalaman perairan yang dangkal dengan jarak 5 – 10 mil (9 – 18 km) dari pantai
dan umumnya tidak lebih dari 10 – 20 mil laut (35 km) dari pangkalan terdekat
(Mathews, Monintja dan Naamin, 1996).
Selanjutnya
Subani (1972) menyatakan bahwa cara pengumpulan ikan dengan ikatan berupa benda terapung merupakan salah
satu bentuk dari FAD, yaitu metode,
benda atau bangunan yang dipakai sebagai sarana untuk penangkapan ikan
dengan cara memikat dan mengumpulkan
ikan-kan tersebut. Rumpon merupakan alat bantu
penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian
ikan agar berkumpul disuatu tempat yang
selanjutnya diadakan penangkapan.
Prinsip
lain penangkapan dengan alat bantu rumpon disamping berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan, pada hakekatnya adalah agar
kawanan ikan mudah ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang dikehendaki.
Selain itu dengan adanya rumpon, kapal
penangkap dapat menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi
mencari dan mengejar gerombolan ikan
dari dan menuju ke lokasi penangkapan. Direktorat Jenderal Perikanan (1995)
melaporkan beberapa keuntungan dalam penggunaan rumpon yakni : memudahkan
pencarian gerombolan ikan, biaya eksploitasi
dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil.
Desain
rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut dangkal secara garis besar terdiri atas empat komponen utama
yaitu :
(1) pelampung (float).
(2) tali (rope),
(3) pemikat (atractor)
(4) pemberat (sinker).
Tali
yang menghubungkan pemberat dan
pelampung pada jarak tertentu disisipkan daun nyiur yang masih melekat
pada pelepahnya setelah dibelah menjadi
dua. Panjang tali bervariasi , tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon
tersebut ditanam (Subani, 1986). Tim
pengkajian rumpon Institut Pertanian Bogor (1987) memberikan persyaratan
umum komponen-komponen dari konstruksi
rumpon adalah sebagai berikut :
(1) Pelampung
a.
Mempunyai kemanpuan mengapung yang cukup baik (bagian yang
mengapung diatas air 1/3
bagian)
b.
Konstruksi cukup kuat
c.
Tahan terhadap gelombang dan air
d.
Mudah dikenali dari jarak jauh
e. Bahan pembuatnya mudah didapat
(2) Pemikat
a.
Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan
b. Tahan lama
c.
Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertical dengan arah ke
bawah
e. Melindungi ikan-ikan kecil
f.
Terbuat dari bahan yang kuat, ahan lama dan murah
(3) Tali temali
a.
Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk
b.
Harganya relatif murah
c.
Mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap
benda-benda lainnya dan
terhadap arus
d.
Tidak bersimpul (less knot)
(4) Pemberat
a.
Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh
b.
Massa jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan dapat
mencengkeram
Samples
dan Sproul (1985), mengemukakan teori tertariknya ikan yang berada di
sekitar
rumpon disebabkan karena :
1. Rumpon sebagai tempat berteduh (shading
place) bagi beberapa jenis
ikan
tertentu
2.
Rumpon sebagai tempat mencari
makan (feeding ground) bagi ikan-ikan tertentu.
3.
Rumpon sebagai sustrat untuk
meletakkan telurnya bagi ikan-ikan
tertentu.
4.
Rumpon sebagai tempat berlindung
dari predator bagi ikan-ikan tertentu
5.
Rumpon sebagai tempat titik acuan
navigasi (meeting point) bagi ikan-
ikan
tertentu yang beruaya.
Gooding
dan Magnuson (1967) melaporkan bahwa rumpon merupakan tempat stasiun pembersih
(cleaning place) bagi ikan-ikan tertentu. Dolphin dewasa umumnya akan mendekati bagian bawah floating objects
dan menggesekkan badannya. Tingkah laku
ikan ini sesuai dengan tingkah laku dari famili coryphaenids yang
memindahkan parasit atau menghilangkan
iritasi kulit dengan cara menggesekkannya.
Freon
dan Dagorn (2000), menambahkan teori tentang rumpon sebagai tempat
berasosiasi (association place) bagi
jenis-jenis ikan tertentu. Ikan
berkumpul disekitar rumpon untuk mencari makan. Menurut Soemarto (1962) dalam area rumpon terdapat plankton
yang merupakan makanan ikan yang lebih
banyak
dibandingkan diluar rumpon. Selanjutnya dijelaskan bahwa perairan yang
banyak
planktonnya akan menarik ikan untuk mendekat dan memakannya.
Soedharma (1994) mengemukakan bahwa organisme yang
pertama ada di pelepah daun kelapa
adalah perifiton. Hasil penelitian Yusfiandayani (2004) menemukan bahwa
ada sekitar 26 genus perifiton alga yang
teramati disekitar atraktor rumpon dan 9 genus untuk perifiton avertebrata. Perifiton alga yang
ditemukan antara lain Nitzchia, Rhizosolenia,
Navicula, Peridinum, Amphiprora dan Chaetoceros sedangkan perifiton
avertebrata yang ditemukan antara lain
Calanus, Balanus, Thysanopoda, Microsetella dan Typhloscolex.
Selanjutnya
dijelaskan bahwa perifiton mempengaruhi laju perkembangan proses kolonisasi organisme pemangsa lainnya
termasuk juvenil ikan. Selanjutnya
dikemukakan bahwa selain perifiton ditemukan pula 23 jenis fitoplankton
dan 6 genus zooplankton. Jenis
fitoplankton antara lain Chaetoceros, Rhizosolenia dan Thysanessa sedangkan jenis zooplankton antara lain
Eutintinus, Eucalanus, Synchaeta dan
Stolomophorus. Kelimpahan
fitoplankton dan perifiton di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang meliputi
fisika, kimia dan biologi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah suhu, kekeruhan,
kecerahan, pH, gas-gas terlarut, unsur hara dan
adanya
interaksi dengan organisme lain (Odum, 1971).
Menurut
Jamal (2003) menyatakan bahwa parameter fisika/kimia perairan disekitar rumpon berada pada kisaran normal,
yaitu kecepatan arus berkisar antara 0,001-
0,30 m/det, suhu 29,33-30,33OC, salinitas 30-31 ppt, kecerahan 77,33-84,67
% serta oksigen terlarut 4-4,57 ppm.
Subani
(1986) mengemukakan bahwa ikan-ikan yang berkumpul disekitar rumpon menggunakan rumpon sebagai tempat berlindung
juga untuk mencari makan dalam arti luas
tetapi tidak memakan daun-daun rumpon tersebut. Selanjutnya dijelaskan
bahwa adanya ikan di sekitar rumpon
berkaitan dengan pola jaringan makanan dimana rumpon menciptakan suatu arena makan dan dimulai
dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga
ketika
rumpon dipasang. Kemudian mahluk renik ini bersama dengan hewan-hewan kecil lainnya, menarik perhatian ikan-ikan
pelagis ukuran kecil. Ikan-ikan pelagis ini
akan memikat ikan yang berukuran lebih besar untk memakannya.
Subani,
1986, menyatakan bahwa rumpon sebagai
tempat berlindung banyak ikan-ikan tertentu yang berada disekitar rumpon berenang pada
sisi depan atau belakang atraktor di lihat
dari arah arus. Kadang-kadang mereka bergerak ke kiri dan ke kanan
tetapi selalu kembali ketempat semula
demikian juga terhadap arus (sifat ikan umumnya berenang menentang arus). Sedangkan dari arah lapisan
yang lebih dalam terdapat ikan pemangsa
yang berenang ke pertengahan atau permukaan perairan untuk memangsa ikan
yang berukuran lebih kecil. Perilaku
bergerombol dari ikan dengan adanya rumpon maka
pemangsa akan mengalami kesulitan dalam menyambar mangsanya karena ikan
yang lemah terlindungi oleh adanya ikan
lain dan atraktor.
V.
RUMPON SEBAGAI ALAT BANTU
DAPAT MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN
Rumpon
sebagai alat bantu untuk menangkap ikan yang dipasang di laut, baik laut
dangkal maupun alaut dalam dapat meningkatkan hasil tangkapan. Pemasangan
tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar
rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap. Dengan pemasangan rumpon maka
kegiatan penangkpan ikan akan menjadi lebih efektif dan efisien karena tidak
lagi berburu ikan (dengan mengikuti ruayanya ) tetapi cukup melakukan kegiatan
penangkapan ikan desekitar rumpon tersebut.
Sebagai
alat bantu penangkapan ikan, rumpon berfungsi untuk mengumpulkan kelompok ikan
(ikan-ikan pelagis kecil dan pelagis besar) pada suatu area tertentu sebalum
dilakukan penangkapan. Rumpon di
Indonesia telah dikenal sejak dulu yang dikenal dengan berbagai macam
istilah seperti Rabo (Sumater Barat), tendak (Jawa), rumpong (Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan) dan tuasen (Sumatera
Utara).
Rumpon
perairan dalam sangat bermanfaat bagi
masyarakat nelayan maupun bagi kelestarian ekosistem perairan. Hal ini disebab
karena teknologi rumpon laut dalam atau rumpon perairan ini memudahkan nelayan
atau para penangkap ikan lainnya untuk dapat mengambil ikan yang berada pada
kedalaman diatas 200 meter. Sehingga hasil yang diperoleh juga akan semakin
meningkat.
Sesuai
dengan alat tangkap yang dikehendaki. Selain itu dengan adanya rumpon, kapal
penangkap dapat menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi
mencari dan mengejar gerombolan ikan dari dan menuju ke lokasi penangkapan.
VI.
ALAT TANGKAP YANG DAPAT DIGUNAKAN
DISEKITAR
RUMPON
Berbagai
alat tangkap digunakan di sekitar rumpon, antara lain alat tangkap :
1. Rawai tuna atau tuna longline adalah
merupakan rangkaian sejumlah pancing
yang dioperasikan sekaligus.
2. Huhate (pole and line) khusus dipakai
untuk menangkap ikan cakalang, sering disebut juga pancing cakalang.
Dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar
rumpon.
3. Handline (pancing ulur) dioperasikan
pada siang hari, kontruksi alat ini sangat sederhana, pada satu tali pancing
utama dirangkaikan 2-mata pancing secara verstikal, dalam pengoperasian alat
ini rumpon sebagai alat pengumpul ikan.
4. Pukat cincin ( purse seine) adalah jaring yang di bagian bawah nya di pasang sejumlah cincin atau gelang
besi.
5. Jaring insang (gillnet) adalah jaring
yang berbentuk empat persegi panjang dengan
ukuran mata yang sama di sepanjang jaring.
6.
Dan lain-lainnya.
Sedangkan di Propinsi Maluku Utara dan
Sulawesi, para nelayan telah mulai mengenal rumpon, digunakan untuk memikat
ikan permukaan (pelagic fish), antara lain : ikan selar, ikan layang,ikan
kembung, tuna, dan cakalang agar berkumpul sehingga memudahkan nelayan yang
menggunakan alat tangkap huhate dan pancing, Rumpon merupakan alat
penggumpul ikan yang berfungsi untuk mengumpulkan
ikan, sehingga memudahkan usaha penangkapannya. Dengan penggunaan rumpon yang
tepat maka dapat mempersingkat waktu operasi, meningkatkan hasil tangkapan,
menghemat bahan bakar minyak dan juga
penggunaan rumpon terutama untuk alat tangkap pancing.
VII.
A. KESIMPULAN
Dalam tulisan ini dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Rumpon atau fish Agregation Device
merupakan suatu alat bantu
penangkapan ikan yang telah banyak digunakan oleh
nelayan,
karena dapat meningkatkan hasil
tangkapan, dimana mempunyai kontruksinya
menyerupai pepohonan yang di pasang (ditanam) di suatau tempat di perairan
laut.
2 Fungsi rumpon adalah sebagai tempat
berlindung, mencarai makan, memijah, dan berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini
dapat diartikan tempat berkumpulnya
ikan di laut, untuk mengefisienkan
operasi penangkapan bagi para nelayan.
3. Syarat-syarat penempatan rumpon di perairan
adalah ikan mudah
datang
dan berkumpul, aman, alat tangkap mudah
dioperasikan dan secara ekonomi
menguntungkan.
4. Alat
tangkap yang digunakan di sekitar
rumpon, antara lain alat
tangkap
purse seine, pole and line, rawai tuna, pancing ulur, jaring insang dan
lain-lainya.
5.
Jenis ikan yang ada disekitar
rumpon pada umumnya ikan yang
berada
didaerah perairan permukaan dan hidupnya bergerombolan
seperti
: ikan kembung. Ikan lemuru, ikan cakalang, ikan tuna, ikan tongkol dan
lainnya.
Pagi para sahabat nelayan.disini saya mau menawar kan barang kali ada yang mmembutuhkan perlengkapan alat tangkap ikan berupa tali rumpon bisa hubungi saya langsung di no hp 082379070732.karna disini saya yang berproduksi langsung dan tali yg saya produksi ada 3 macam tali
ReplyDelete1 Tali rapiah
2 tali plastik pp
3 tali sol
Barang kali minat bisa hubungi saya langsung.
Trimakasih
Ada desain lengkap rumpon berikut dengan ukurannya gak?
ReplyDeleteAda jika ingin lebih jelas nya hubungi saya langsung pa.taw invet aja pin BB saya 530999CF.
DeleteSelamat siang siang pa kenalkan nama saya M.Thamrin Dari CV.FAMILY JAYA GRUP kebetulan saya bergerak di bidang produksi tali di sini saya menyediakan berbagai jenis macam tali.
ReplyDeleteTali yang sering saya produksi ada macam macam jenis nya diantara nya
1 Tali rumpon jenis PP
2 Tali rumpon rapiah
3 Tali rumpon jenis sol
4 Tali Dogol
5 Tali Pakal
Dini saya juga lagi mau mengebangan tali dari bahan serabut kelapa.tapi kebetulan karna mesin produksi nya dalam proses pembuatan jadi belum bisa di kembangkan.
Sekira nya ada diantara bapak2/ibu2 yg sedang mencari tali bisa hubungi saya langsung di no Hp 082379070732/BBM 530999CF /EMAILmulya.abadi53@yahoo.com