Budidaya
ikan bandeng air tawar sistem polikultur, yang di lakukan di Desa Talun,
Kewcamatan Kayen, Kabupaten Pati sampai sekarang masih mengandalkan pemberian
pupuk Urea dan SP-36. Proses pemupukan Urea dan SP-36 yang di lakukan sebagai
bahan untuk menghidupkan plankton yang di pergunakan makan ikan.
Plankton
yang ada di perairan berupa fitoplankton dan zooplankton, pada saat ini yang
kita bahas berupa fitoplanton. Apakah Fitoplankton yang dimaksud disini, jadi
fitoplanton adalah komponen autotrof plankton, yang mampu mensintesis makanan
sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi.
Komponen autotrof ini berfungsi sebagai produsen (Anonim, 2008b: 1).
Sebagaimana dikemukakan pula oleh Fachrul (2007: 92) bahwa fitoplankton
berperan sebagai produsen dalam ekosistem perairan yang merupakan salah satu
komponen utama dalam suatu sistem rantai makanan atau jaring makanan, karena
fitoplankton adalah mikroorganisme yang mampu melakukan fotosintesis.
Pada
ekosistem danau fitoplankton jauh lebih penting daripada vegetasi berakar di
dalam memproduksi makanan pokok untuk kehidupan ekosistem (Odum, 1996: 386).
Hal ini terjadi karena tanaman berakar hanya terdapat di daerah litoral,
sedangkan fitoplankton terdapat di daerah limnetik yang lebih luas. Kemampuan
fitoplankton untuk mensintesis sendiri bahan organiknya menjadikan mereka
sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem lautan dan di
ekosistem air tawar. (Anonim, 2008b: 1). Dalam struktur piramida makanan,
fitoplankton sangatlah penting karena menempati posisi sebagai produksi primer.
Fitoplankton yang berperan sebagai produsen, peranan produsen dalam suatu
ekosistem adalah sebagai pengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia
melalui proses fotosintesis (Odum, 1996: 376). Energi kimia disini merupakan
senyawa organik karbon yang bemanfaat bagi organisme heterotrof yang hidup di
ekosistem tersebut. Maka, produktivitas perairan sangat ditentukan dengan
adanya fitoplankton. Suatu perairan cenderung memiliki produktivitas primer
tinggi apabila ketersediaan fitoplanktonnya tinggi (Nontji, 1984 dalam Nahib,
2007: 73). Keberadaan fitoplankton disuatu perairan sangat dipengaruhi oleh
faktor biologi, fisik dan kimiawi lingkungan diperairan tersebut (Fachrul,
2007: 91). Beberapa faktor fisik dan kimiawi lingkungan yang mempengaruhi
keberadaan fitoplankton diantaranya intesitas cahaya, kedalaman perairan, unsur
hara (Fachrul, 2007: 90-91).
Proses
asal usul fitoplankton
Unsur
nitrogen (N) dan fosfor (P) merupakan unsur hara (nutrisi) yang diperlukan oleh
flora (tumbuhan laut) untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Unsur-unsur
tersebut ada dalam bentuk nitrat (NO3) dan fosfat (PO4). Unsur-unsur kimia ini
bersama-sama dengan unsur-unsur lainnya seperti belerang (S), kalium (K) dan
karbon (C).Disebut juga unsur hara (nutrien).
Nitrogen
merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan organisme dan proses
pembentukan protoplasma, serta merupakan salah satu unsur utama pembentukan
protein. Diperairan nitrogen biasanya ditemukan dalam bentuk amonia, amonium,
nitrit dan nitrat serta beberapa senyawa nitrogen organik lainnya. Pada umumnya
nitrogen diabsorbsi oleh fitoplankton dalam bentuk nitrat (NO3 – N) dan ammonia
(NH3 – N). Fitoplankton lebih banyak menyerap NH3 – N dibandingkan dengan NO3 –
N. karena lebih banyak dijumpai diperairan baik dalam kondisi aerobik maupun
anaerobik.
Senyawa-senyawa
nitrogen ini sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam air, pada saat
kandungan oksigen rendah nitrogen berubah menjadi amoniak (NH3) dan saat
kandungan oksigen tinggi nitrogen berubah menjadi nitrat (NO3-).
Senyawa
ammonia, nitrit, nitrat dan bentuk senyawa lainnya berasal dari limbah
pertanian, pemukiman dan industri. Secara alami senyawa ammonia di perairan
berasal dari hasil metabolisme hewan dan hasil proses dekomposisi bahan organik
oleh bakteri
Sumber
ammonia di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organic (protein dan urea)
dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, juga berasal dari
dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) yang
dilakukan oleh mikroba dan jamur yang dikenal dengan istilah ammonifikasi.
Nitrat
(NO3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan salah
satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan.
Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrient.
Konsentrasi ammonia untuk keperluan budidaya laut adalah ” 0,3 mg/l (KLH,2004).
Sedangkan untuk nitrat adalah berkisar antara 0,9 – 3,2 mg/l (KLH, 2004;
DKP,2002).
Zat-zat
hara ini dibutuhkan oleh fitoplankton maupun tanaman yang hidup di laut untuk
pertumbuhannya. Fitoplankton selanjutnya akan dimakan oleh zooplankton (fauna
kecil yang hidup di permukaan air), zooplankton dan tanaman akan dimakan oleh
ikan-ikan kecil, ikan-ikan kecil akan dimakan oleh ikan besar dan demikian
seterusnya. Tanaman dan binatang yang hidup di laut akan mati dan tenggelam ke
dasar perairan, selanjutnya akan membusuk dan nutrien yang ada di tubuhnya akan
kembali ke dalam air, sehingga dasar perairan lebih kaya akan nutrien
dibandingkan dengan permukaan.
Upwelling
adalah gerakan vertikal/ hampir vertical atau penaikan massa air di bawah
permukaan ke permukaan. Upwelling merupakan proses yang penting untuk
mengembalikan zat-zat hara dari lapisan air dekat dasar ke daerah permukaan,
oleh karena itu daerah di mana terjadi proses upwelling akan sangat kaya akan
nutrien, sehingga plankton melimpah, dan ikan-ikan akan berkumpul di daerah
itu, sehingga daerah upwelling merupakan daerah yang sangat baik untuk usaha
penangkapan ikan. Tapi ada dampak buruk dari upwelling adalah kematian yang
mendadak ikan yang di budidaya, biasanya pada waduk atau danau.
Sumber
Oksigen Terlarut
Oksigen
terlarut adalah salah satu parameter paling mendasar di perairan karena
mempengaruhi kehidupan organisme akuatik. Umumnya konsentrasi oksigen saat
permulaan fajar rendah, lalu tinggi pada siang hari kemudian secara kontinu berkurang
sepanjang malam karena kebutuhan respirasi komunitas.
Penguraian
Bahan Organik Wetzel dan Likens (1991) menyatakan bahan organik di ekosistem
perairan berada dalam bentuk senyawa organik terlarut sampai bahan organik
partikulat (POM) dalam agregat besar, serta dari organisme hidup yang mati.
Siklus
biogeokimia mempengaruhi laju dekomposisi C, N, P, S dan oksigen. Proses
dekomposisi adalah proses yang kontinu, tetapi lajunya bervariasi tergantung
jumlah subtrat dan variabel lingkungan.
Dekomposisi
Aerobik
Gunnison
et.al., (1985) menyatakan pada dekomposisi aerobik,mikroorganisme aerobik,
mengkonversi bahan organik yang tersedia menjadi komponen inorganik,
karbondioksida, nitrat, sulfat, dan fosfat, dan mengurangi oksigen di perairan.
Dekomposisi
Anaerobik.
Respirasi
anaerobik dapat didefinisikan sebagai reaksi biologi dimana oksidasi senyawa
anorganik sebagai akseptor electron. Pada kondisi tidak ada oksigen bakteri
anaerob mengoksidasi bahan organik dengan menggunakan berbagai agen oksidasi :
manganase, nitrat, besi, sulfat dan bikarbonat.
Reduksi
nitrat (denitrifikasi) umumnya dengan cepat diikuti deplesi oksigen dan
hasilnya yaitu : CO2, air dan nitrogen (melalui nitrit). Pereduksi nitrat
(Pseudomonas, Bacillus, Micrococcus, Thiobacillus denitrificans) adalah
anaerobik fakultatif dan menggunakan oksigen jika suplainya cukup.
Eutrofikasi
Eutrofikasi
adalah istilah yang menggambarkan penuaan danau. Eutrofikasi secara alami
terjadi dalam waktu yang panjang. Pengkayaan nutrien yang dikuti oleh
kemunduran kualitas air. Pengertian pengkayaan badan air dengan nutrien
inorganik, khususnya nitrogen dan fosfor.
Istilah
plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887,dan
disempurnakan oleh Haeckel tahun 1890.Kata plankton berasal dari bahasa Yunani
yang berarti mengembara.dan dapat
diartikan sebagai seluruh kumpulan organisme baik hewan maupun tumbuhan yang
hidup terapung atau melayang didalam air,tidak dapat bergerak atau dapat
bergerak sedikit dan tidak dapat melawan arus.
Plankton
dapat dikelompkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara makan,
keberadaan/dominansi,asal usul,ukuran, bentuk dan koloni sel,serta alat
penangkap.pengelompokan plankton yang paling umum didasarkan pada cara makanannya.berdasarkan
cara makanannya plankton dapat dikelompokkan kedalam bakterioplankton
(saproplankton),fitoplankton,dan zooplankton.
Bakterioplankton
merupakan kelompok plankter yang terdiri atas organisme yang tidak berklorofil,
meliputi bakteri (Micrococcus,Sarcina,Vibrio,Bacillus,Dll). Fitoplankton
merupakan tumbuhan planktonic berklorofil yang umumnya terdiri atas
(Bacillariphyceae, Chlorophyceae, Dinophyceae).
Selaian
berklorofil fitoplankton juga memiliki bahan makanan cadangan yang umumnya
berupa pati atau lemak,dinding sel yang tersusun dari selulosa,serta bentuk
flagel yang beragam.zooplankton merupakan kelompok plankter yang mempunyai cara
makan holozik.Anggota kelompok Ini meliputi hewan–hewan dari kelompokb
protozoa,coelenterate,ctenopora,amelina,dan beberapa larva hewn-hewan vertebrata.kelompok
zooplankton hamper seluruhnya didominasi oleh copepod dengan nilai sebesar
50-80%.
Kesimpulan
Fitoplankton di dalam perairan
memiliki kedudukan yang sangat penting, selain kedudukannya sebagai produsen di
dalam rantai makanan. Fitoplankton juga berperan penting di dalam proses
nitrifikasi. Oksigen yang dihasilkan oleh fitoplankton akan digunakan untuk
merubah amoniak menjadi nitrat melalui proses nitrifikasi. Nitrat merupakan
nutrient yang penting di dalam perairan karena berperan dalam proses
pembentukan protoplasma dan juga sintesa protein. Fitoplankton juga membutuhkan
nitrat di dalam proses pertumbuhannya.
Keberadaan
nitrat di dalam perairan dipengaruhi oleh jumlah amoniak dan oksigen. Amoniak
terdapat di dalam perairan selain terdpat secara alami juga cukup banyak yang
berasal dari limbah domestik.
0 comments:
Post a Comment