Pengangkutan benih ikan karper sangat perlu mendapat perhatian, untuk pengangkutan benih jarak jauh dan dalam jumlah banyak,antara lain, kemampuan ikan dalam mengonsumsi O2 perlu
dicermati. Biasanya, dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi ikan atas O2
selama pengangkutan adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah O2 yang dikonsumsi
ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan
akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun konsumsi
ikan atas O2 akan lebih rendah. Nilai pH, CO2, dan amoniak juga berpengaruh
penting. Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat
perubahan kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan
mengubah pH air menjadi asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan
cara menanggulanginya yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama
pengangkutan dengan larutan bufer. Sementara itu, pengangkutan ikan hidup
dengan teknik kering merupakan cara yang dianggap lebih efektif. Ikan yang
dijual dalam keadaan hidup lebih tinggi nilainya dibandingkan ikan mati. Karena
itu, penguasaan teknik pengangkutan ikan dalam keadaan hidup sangatlah penting,
khususnya bagi pelaku usaha di bidang jasa pengangkutan ikan.
Teknik pengangkutan ikan hidup cukup mudah
alias tidak memerlukan pengetahuan yang rumit. Ada sejumlah cara, dari yang
tradisional hingga yang paling sederhana. Setiap cara tergantung media yang
dipergunakan, juga jarak dan waktu tempuh ke tempat tujuan. Namun umumnya,
teknik pengangkutan ikan hidup terbagi ke dalam dua, yaitu teknik basah yang
menyertakan media air; dan teknik kering, tanpa penyertaan air.
Teknik basah terdiri dari dua sistem, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka sudah lazim dilakukan, yaitu ikan
diangkut dalam wadah terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman
untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama
pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan. Pengangkutan ikan hidup dengan
sistem ini umumnya dilakukan untuk jarak tempuh pendek dan waktu yang singkat.
Sementara
itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup memerlukan suplai oksigen
yang cukup. Dalam wadah tertutup, oksigen sangat terbatas. Karena itu, perlu
diperhatikan faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu
kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan aktivitas
ikan.
Kondisi terkait oksigen (O2) meskipun risiko kematian ikan
cukup besar. Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah
air. Karena itu, ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah
sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah
metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan
begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar.
Penurunan aktivitas biologis ikan bisa dilakukan dengan pemingsanan. Setidaknya
terdapat tiga cara pemingsanan ikan, yaitu dengan penggunaan suhu rendah,
pembiusan dengan zat kimia, dan penyetruman dengan arus listrik. Pemingsanan
dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan
suhu secara langsung, di mana ikan dimasukkan dalam air bersuhu 100-150oC
sehingga ikan pingsan seketika; dan penurunan suhu secara bertahap, di mana
suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan. Ada
pula pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (pembius). Bahan anestasi yang
digunakan untuk pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan
bahan lainnya tergantung berat dan jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi
sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan dengan zat cauler pindan cauler picin
yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.
0 comments:
Post a Comment