Hasil riset sekarang
telah menemukan jenis ikan nila yang bisa di budidaya lebih menjanjikan, dan keturunanya
bisa dikawinkan disilang dengan jenis lainya dan bisa di pelihara menjadi ikan
nila monosex.
Ikan nila gesit
dihasilkan melalui serangkaian riset panjang yang diinisiasi oleh Pusat
Teknologi Produksi Pertanian BPPT yang kemudian bekerja sama dengan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institus Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar
Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah Departemen Kelautan
dan Perikanan (DKP).
Teknologi produksi ikan
nila gesit merupakan inovasi teknologi perbaikan genetik untuk menghasilkan keturunan
ikan nila yang berkelamin jantan melalui program pengembangbiakan yang
menggabungkan teknik feminisasi dan uji progeni untuk nila jantan yang memiliki
kromosom YY (YY genotypes). Ikan nila jantan dengan kromosom YY atau ikan nila
gesit apabila dikawinkan dengan betina normalnya (XX), akan menghasilkan
keturunan yang seluruhnya berkelamin jantan XY (genetically male tilapia).
Ikan nila gesit dengan
kromosom YY memiliki keunggulan, yakni 98-100 persen turunannya berkelamin
jantan, sedangkan keunggulan secara ekonomis yaitu nila gesit memiliki
pertumbuhan yang cepat, yakni lima hingga enam bulan untuk mencapai berat 600
gram. Ikan nila berkelamin jantan tumbuh lebih cepat dibanding betinanya.
Dengan demikian, produksi ikan nila dapat diarahkan pada produksi ikan nila
berkelamin jantan (monosex male) yang dapat tumbuh lebih cepat untuk
meningkatkan efisiensi usaha guna memenuhi permintaan pasar lokal dan ekspor.
Ukuran rata-rata ikan nila untuk keperluan ekspor ke Jepang adalah dengan berat
600 gram. Alasan inilah, kemudian BPPT bekerja sama dengan Kementerian Kelautan
dan Perikanan mengembangkan penelitian untuk membuat gen yang bisa
membudidayakan nila hanya jantan. Tujuannya agar waktu budidaya lebih efisien
dan bisa memenuhi permintaan ekspor. Ikan nila biasa 4-6 bulan 360-400 gram,
sedangkan nila gesit 4 bulan beratnya mencapai 600 gram atau 1,6 kali lebih
cepat pertumbuhannya dibanding nila biasa dan waktunya lebih cepat. Nila gesit
telah diproduksi di Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar Sukabumi dan
selanjutnya dapat dikembangkan oleh pihak pemerintah dan swasta. Pengujian
multilokasi dan multilingkungan juga dilakukan untuk mengetahui performanya
pada lokasi dan lingkungan yang berbeda, sebelum diproduksi secara massal untuk
kemudian dikembangkan secara luas oleh masyarakat pembudidaya. Ikan nila
genetically supermale indonesian tilapia (gesit) sedang dikembangkan
penelitiannya untuk menjadi nila genetically enrichman Indonesia tilapian (genit).
YY
male technology, sebuah teknologi rekayasa kromosom yang bertujuan menghasilkan
individu jantan dengan kromosom YY
Para
pembenih ikan nila tampaknya tak perlu lagi repot-repot menggunakan teknik sex
reversal untuk mendapatkan benih ikan nila jantan. Pasalnya, beberapa waktu
lalu telah dirilis strain baru ikan nila hasil pengembangan rekayasa set
kromosom YY-Supermale yang diberi nama ??nila Gesit?? (Genetically Supermale
Indonesian Tilapia). Rekayasa kromosom ini bertujuan menghasilkan individu
dengan kromosom YY (homogamet). Teknologi rekayasa tersebut ditempuh sebagai
jawaban kebutuhan produktivitas nila, untuk pasar domestik maupun pasar ekspor.
Sofi
Hanif, salah seorang tim perekayasa nila Gesit dari Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi mengatakan, keunggulan nila Gesit terletak
pada kemampuannya memproduksi benih ikan nila jantan dalam jumlah besar.
Sebagaimana diketahui, benih nila jantan mempunyai keunggulan tingkat
pertumbuhan dibandingkan nila betina, dalam budidaya pembesaran.
Secara
alami, kromosom ikan nila jantan adalah XY(GMT/Genetic Male Tilapia), sementara
yang betina adalah XX. Meski demikian kromosom ini dapat di manipulasi,
sehingga dapat dihasilkan ikan nila jantan berkromosom YY dan betina YY. Kedua
induk ini kemudian disilangkan hingga diperoleh benih nila Gesit jantan
berkromosom YY. Induk nila jantan berkromosom YY ini mampu menghasilkan
96%-100% benih nila jantan apabila dikawinkan dengan ikan nila betina biasa
(kromosom XX).
Feminisasi
dan Uji Progeni
Untuk
mendapatkan induk jantan nila Gesit perlu dilakukan serangkaian tahapan yang
kontinyu. Langkah pertama adalah tahap feminisasi I (pengarahan kelamin menjadi
individu betina) yang dilanjutkan dengan uji progeni (progeny test) untuk
verifikasi individu betina dengan
kromosom XY. Setelah diperoleh individu betina XY, selanjutnya dipijahkan
kembali dengan jantan normal dan dilakukan uji progeni II untuk verifikasi
individu jantan YY. Sebagian larva yang dihasilkan dari pemijahan tersebut
diberikan perlakuan feminisasi II untuk menghasilkan populasi ikan betina
berkromosom YY melalui uji progeni III.
Langkah
selanjutnya adalah perbanyakan induk YY dengan cara mengawinkan antara induk
jantan YY dengan induk betina YY. Diikuti langkah terakhir, melakukan identifikasi
DNA pada tiap individu hasil perbanyakan, untuk menjamin keaslian induk nila
jantan tersebut (nila Gesit). Identifikasi DNA sangat diperlukan, karena
nantinya akan dilakukan labelisasi untuk mencegah pemalsuan. Nila Gesit sendiri
merupakan hasil riset panjang kerjasama Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB serta BBPBAT
Sukabumi.
Optimal
di Suhu 25 C
Masih
menurut ahlinya, pada proses pembenihan, kondisi lingkungan juga menentukan
jenis kelamin larva yang dihasilkan.
Karena itu, syarat lingkungan yang optimum mutlak dipenuhi. Pada suhu
lingkungan di bawah 220 C, benih yang diperoleh sebagian besar
adalah betina. Sebaliknya, apabila suhu lingkungan berada di atas 300
C, maka benih yang dihasilkan sebagian besar berjenis kelamin jantan.
Suhu
optimum pembenihan nila Gesit adalah 250 C. Jika kondisi ini
dipenuhi, maka dapat dipastikan lebih dari 96% benih yang dihasilkan berjenis
kelamin jantan. Alasannya, tinggi rendah suhu lingkungan berpengaruh pada
perkembangan hormon di dalam tubuh larva, dan akhirnya berpengaruh pada
pembentukan jenis kelamin larva-larva tersebut.
Untuk
hasil benih jantan yang berkualitas, nila Gesit juga harus dikawinkan dengan
induk betina berkualitas pula. Kita sarankan induk jantan nila Gesit ini
dikawinkan dengan induk betina nila Nirwana (produksi Balai Pengembangan Benih
Ikan Wanayasa) atau induk betina nila GIFT yang masih asli. Tujuannya, untuk
menjaga keturunan yang dihasilkan juga berkualitas baik, terutama tingkat
pertumbuhannya.
Meninggalkan
Sex Reversal
Untuk
menghasilkan benih nila jantan, metoda yang dapat digunakan ada 4. Pertama,
secara manual dengan seleksi kelamin benih berukuran ?? 10 cm (20 gram). Ke-dua,
persilangan antarspesies (Oreochromis niloticus dengan O. Aureus). Ke-tiga,
penggunaan hormon methyl testoteron sebagai pengarah kelamin (sex reversal)
pada benih yang kelaminnya belum berkembang (sexually undifferentiated fry). Ke-empat, dengan pengembangan YY male
technology. Selama ini, biasanya para pembenih menggunakan teknik sex reversal,
dengan menambahkan methyl testosteron pada pakan benih ikan fase larva. Atau
dengan merendam larva yang baru menetas dalam larutan hormon tersebut agar
sebagian besar benih berkelamin jantan.
Saat
ini harga hormon tersebut mahal. Selain itu juga bersifat karsinogenik, bagi
orang yang bertugas mencampur pakan dan merendam larva dengan hormon tersebut.
Jadi harus memakai peralatan pelindung tubuh,?? jelas Hanif. Sehingga metoda YY
male technology menjadi pilihan yang lebih aman dan praktis, karena tidak
menggunakan bahan aditif yang berbahaya. Dengan munculnya nila Gesit, para
pembenih dapat secara mudah mendapatkan benih GMT (jantan) hanya melalui proses
pemijahan induk jantan nila Gesit.
Keunggulan
Benih Jantan
Penggunaan
sistem budidaya monosex jantan pada usaha pembesaran ikan nila telah dipandang
oleh para pembudidaya sebagai suatu keharusan. Ikan nila jantan mempunyai
tingkat pertumbuhan 30% lebih cepat dari nila betina, demikian ungkap Hanif.
Sistem budidaya monosex jantan ini dapat meningkatkan produksi pembesaran ikan
nila sebesar 25%. Sehingga target untuk mendapatkan ukuran ikan nila kualitas
ekspor pun??berat di atas 600 gram dapat lebih mudah dicapai.
Masih
menurut Hanif, kendala yang dihadapi para pembudidaya jika menggunaan sistem
heterosex pada budidaya pembesaran ikan
nila adalah, ikan nila memiliki sifat cepat matang kelamin (biasanya pada
ukuran 250-300 gram). Akibatnya sering terjadi perkawinan yang tidak terkontrol
pada kolam-kolam pembesaran yang tentunya akan menghambat pertumbuhan, karena
energi untuk pertumbuhan digunakan untuk perkawinan. Itulah alasan mengapa
permintaan benih nila jantan sangat tinggi, dan penggunanan induk nila Gesit pada
usaha pembenihan layak menjadi solusinya.
Perbedaan
dari nila gesit dengan genit adalah dalam hal ukuran pertumbuhannya. Jika nila
gesit pertumbuhannya 1,6 kali ikan nila biasa, maka ikan nila genit
pertumbuhannya bisa tiga kali lipat dari ikan biasa atau dua kali dari ikan
nila gesit. Selain itu, nila genit juga bisa hidup pada dua jenis air, yakni
air tawar dan asin, sehingga dapat dibudidayakan di tambak-tambak dekat laut.
Sedangkan nila gesit hanya bisa dibudidayakan di kolam atau tambak air tawar.
0 comments:
Post a Comment