Thursday, October 31, 2013

CARA MELAKUKAN TRANSPLANTASI KARANG LAUT DAN MANFAATNYA

October 31, 2013 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Sebagai ekosistem yang khas dan terletak di daerah tropis, ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas yang cukup tinggi sehingga keanekaragaman biota yang ada di dalamnya cukup besar. Biota terpenting dalam suatu karang adalah hewan karang batu (stony coral) yaitu hewan yang tergolong scelactenia yang kerangkanya terbuat dari kapur. Beberapa peran penting bagi ekosistem ini adalah: peran dari segi estetika, sebagai pelindung fisik, dan sebagai produk yang menghasilkan nilai ekonomi. Dari segi estetika terumbu karang dengan menampilkan pemandangan yang sangat indah, jarang dapat ditandingi oleh ekosistem lainnya.
Dengan demikian terumbu karang memiliki nilai penting untuk mendukung suatu habitat seperti pulau dan daratan. Disamping itu pula, terumbu karang berperan sebagai pelindung fisik terhadap pantai. Kerusakan terumbu karang akan mengurangi kemampuan karang untuk dapat berperan dalam memberikan perlindungan. Terumbu karang juga sebagai sumber ekonomi penting karena menghasilkan berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara dan sebagainya. Ekosistem ini memberikan tempat perlindungan dan tempat berkembang biak bagi berbagai ekosistem karang. Terumbu karang memiliki peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai jenis biota laut yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya. Berbagai manfaat ekonomi dan jasa-jasa lingkungan merupakan nilai penting bagi ekosistem terumbu karang.
Akan tetapi sangat ironis, dimana permasalahan faktual yang terjadi bahwa kondisi terumbu karang sudah pada tingkat yang sangat menghawatirkan dimana telah terjadi kerusakan secara besar-besaran.Kerusakan ini banyak terjadi pada masa lampau, sebagai akibat dari aktifitas masyarakat yang kurang memperhatikan Ungkungan. Seiring dengan membaiknya kesadaran masyarakat akan pentingnya terumbu karang, aktifitas perusakan terhadap terumbu karang juga menurun. Walaupun demikian pada kenyataannya kondisi terumbu karang di Indonesia telah terlanjur mengalami kerusakan dalam areal yang luas.Untuk dapat memulihkan kondisisi terumbu karang, saat ini telah dikenal banyak metode salah satu diantaranya adalah metode transplantasi karang.
Transplantasi Karang
Transplantasi karang merupakan upaya pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk ditanam ditempat lain atau ditempat yang karangnya telah rusak, sebagai upaya rehabilitasi. Saat ini transplantasi karang juga telah dikembangkan lebih jauh untuk mendukung pemanfaatan yang berkelanjutan. Bentuk pemanfaatan transplantasi karang atara lain untuk mengembalikan fungsi ekosistem karang yang rusak sehingga dapat mendukung ketersediaan jumlah populasi ikan karang di alam. Transplantasi karang juga dirnanfaatkan untuk rnembuat lokasi penyelaman (dive spot) menjadi lebih indah dan menarik sehingga dapat mendorong kenaikan jumlah wisatawan. Selain itu transplantasi karang juga dirnanfaatkan untuk memperbanyak jumlah indukan dan anakan karang yang laku dipasarkan sehingga dapat mendukung perdagangan karang Was, sesuai peraturan yang berlaku.
Pengembangan transplantasi karang yang telah dilakukan adalah menggunakan teknik kombinasi antara rangka besi, jaring dan substrat, Teknik ini telah dilakukan di beberapa lokasi, misalnya di kawasan konservasi laut Kabupaten Berau (2007), Kabupaten Kotabaru (2007), Kabupaten Ciamis (2007) dan Kabupaten Muna (2007). Perturnbuhan karang hasil transplantasi berkisar antara 6-24 cm/bulan. Pemilihan lokasi, jenis karang yang ditransplantasi, kesiapan masyarakat pengelola dan kualitas perairan, merupakan kunci keberhasilan transplantasi karang. Telah pula dicoba teknik transplantasi karang menggunakan substrat semen, namun tidak menggunakan rangka besi dan jaring, sebagaimana dilakukan di Ciamis (2008).
Bibit Karang
Jenis karang yang digunakan dalam kegiatan transplantasi, yaitu jenis karang yang hidup dan tersedia di masing-masing lokasi kegiatan. Berdasarkan data inventarisasi DKP (2002) beberapa alternatif jenis karang tersebut antara lain : Acrophora tenuis; A. formosa; A. hyancinthus; A, difaricata; A. nasuta; A. yongei; A. digitifera; dan A.glauca.
Pelaksanaan kegiatan transplantasi karang baik untuk pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak, untuk pemanfaatan terumbu karang secara lestari (perdagangan karang hias), untuk pengembangan wisata bahari maupun untuk menunjang kegiatan kegiatan penelitian selalu diawali dengan pembuatan media pembibitan transplantasi karang/nursery ground. Kemudian dilanjutkan dengan penyediaan bibit, dan diakhiri dengan penebaran anakan hasil transplantasi.
Perbedaan dari setiap kegiatan transplantasi terutama terletak pada jenis bibit yang dipakai. Jenis bibit yang dipakai untuk transplantasi perdagangan karang hias dipilih dari jenis-jenis karang yang masuk dalam daftar perdagangan karang hias. Untuk wisata bahari, jenis bibit yang dipakai berasal dari jenis-jenis yang memiliki penampilan warna dan bentuk yang indah serta aman disentuh (tidak menimbulkan gatal atau luka). Untuk pemulihan kembali lokasi terumbu karang yang telah rusak / rehabilitasi karang, jenis bibit yang dipakai dipilih dari jenis - jenis yang terancam punah dilokasi tersebut, pernah hidup di lokasi tersebut, dan tersedia sumber bibit yang memadai. Kegiatan transplantasi karang yang ditujukan untuk menunjang kegiatan kegiatan penelitian, sumber bibitnya disesuaikan dengan jenis-jenis karang yang akan diteliti. bahaya dan pada kategori bahaya-katastropik mencapai < 50. Selanjutnya Lalamentik (1991) menyatakan bahwa banyak tipe sedimen yang muncul pada dan sekitar terumbu karang, termasuk didalamnya hancuran karang yang kasar, berbagai tipe pasir dan lumpur yang halus.
Pertumbuhan Karang Transplantasi
Seperti hewan lain, karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan ada  pembentukan koloni baru sedangkan reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan  peleburan sperma dan ovum ( fertilisasi).
Sifat reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan baru kemudian  pertumbuhan dan pematangan) (Timotius, 2003). Salah satu perbandingan reproduksi aseksual dan seksual dipandang dari sisi ketahanan dan adaptasi terhadap lingkungan adalah waktu pembentukan anakan, untuk reproduksi aseksual karang membutuhkan waktu yang singkat untuk tumbuh sedangkan untuk reproduksi seksual karang membutuhkan waktu dan proses lebih panjang untuk pertumbuhan, ini dikarenakan karena pada reprodusi aseksual karang dibentuk oleh potongan atau rangka dari induk karang sedangkan pada reproduksi seksual tidak (Timotius, 2003). Koloni karang hermatiphik mengandung alga ( zooxanthellae) yang hidup bersimbiosis dengan terumbu karang.  Zooxanthellae yang di koloni karang membentuk bangunan karang. Gereau dan Gereau (1959) dalam Supriharyono (2000) menyatakan bahwa merupakan factor yang esensial dalam proses klasifikasi atau produksi kapur bagi hermathipic corals atau reef building corals
Pertumbuhan setiap spesies karang berbeda. Spesies tertentu mempunyai  pertumbuhan yang sangat cepat, yaitu bias mencapai 2 cm/bulan (karang bercabang) tetapi ada  pula yang mempunyai pertumbuhan sangat lambat yaitu 1 cm/tahun. Menurut defenisi  pertumbuhan karang merupakan petambahan panjang linear, berat, volume, atau luas kerangka atau bangunan kapur (Calsium) spesies karang dalam kurun waktu tertentu (Budemeier dan Tinzie, 1962 dalam
 Supriharyono, 2000). Kecepatan tumbuhan karang juga ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana hewan ini  berada. Perairan yang kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan karang, maka karang tumbuh lebih cepat di bandingkan dengan daerah yang lingkungannya tercemar (Supriharyono, 2000). Direktur Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2007) karang dari genus Acropora sp memiliki pertumbuhan pada umur 3 – 6 bulan. Dipilihnya genus  Acropora formosa sebagai  bahan penelitian dalam transplantasi karang karena, jenis karang ini memiliki awal pertumbuhan, memiliki kisaran pertumbuhan yang cepat serta memiliki ketahanan hidup yang besar. Deslina (2004) kisaran pertambahan panjang genus  Acropora  formosa adalah 1.20 cm selama 2 bulan, dan menurut Sadarun, (1999) Genus Acropora  formosa memiliki ketahan hidup yang besar dari genus  Acropora  sp lainnya. Genus Acropora formasa juga mengalami Awal pertumbuhan yang cepat dan pertambahan panjang lebih tinggi dibandingkan dengan genus  Acropora sp lainnya (Ofri Johan dkk, 2008). Besarnya ukuran fragmen transplantasi sangat menentukan pertumbuhan dan keberasilan dari transplantasi karang (Ofri Johan dkk, 2008). Horriot dan Fisk (1988) dalam Ofri Johan dkk  (2008) mengemukakan bahwa dalam transplantasi karang Acropra sp harus memperhatikan ukuran karang tersebut, ukuran yang lebih kecil akan memiliki tingkat kematian yang tinggi. Pertambahan panjang dipengaruhi oleh sifat biologi model percabangan karang seperti model karang branching arborescent cenderung mempunyai pertambahan panjang mengarah ke atas lebih besar (Sadarun, 1999). Menurut Deslina (2004), Kisaran yang diperoleh pada pertambahan karang  Acropora sp selama 2 (dua) bulan pengamatan adalah 1,34 cm
 –  1,62 cm , yang ini berbeda dengan kisaran yang diperoleh Sadarun (2000) dengan masa pengamatan 5 (lima) bulan berkisar antara 2,01 cm  –  4,91 cm, sedangkan menurut Yahyah (2001) dengan masa pengamatan 6 (enam) bulan berkisar antara 1,49 cm  –  3,50 cm. Diduga adanya perbedaan kisaran ini karena pengaruh perairan dan  periode waktu pengamatan.
Ketahanan Hidup Karang Transplantasi
Data Ketahanan hidup atau keberhasilan hidup fragmen karang dihitung dengan menghitung jumlah fragmen karang yang masih berada di atas substrat transplantasi sampai akhir  pengamatan. Penempelan fragmen pada substrat sangat dipengaruhi oleh kecepatan karang membentuk rangka kapur baru setelah dipatahkan dari induknya. Ketahanan hidup dikatakan mencapai 100% apabila semua fragmen karang yang ditransplantasikan tidak terlepas dari substratnya (Sadarun, 1999). Tingkat ketahanan hidup fragmen karang transplantasi sangat ditentukan oleh  penempelan fragmen pada karang, sedimen dan turbiditas, ukuran fragmen, gangguan dari spesies pengganggu (ikan, dan keong pemakan karang) serta banyaknya alga di suatu perairan. Amaryllia dkk (2003) menyatakan bahwa penempelan fragmen pada substrat sangat dipengaruhi oleh kecepatan karang membentuk rangka kapur baru setelah dipatahkan dari induknya, setelah fragmen merekat pada substrat maka energi yang awalnya digunakan untuk membentuk kerangka kapur baru (regenerasi) dialihkan untuk pertumbuhan dan memperbesar ukuran diameter sehingga karang mencapai ukuran idealnya. Dodge dan Vaysnis (1977) dalam  Ofri Johan dkk  (2008) mengemukakan bahwa sedimen dan turbiditas yang terus meningkat akan menyebabkan menurunnya laju pertumbuhan dan meningkatkan angka kematian karang, Selanjutnya Bak dan Criens (1981) dalam  Ofri Johandkk (2008) bahwa keberasilan hidup dari karang transplantasi sangat ditentukan oleh ukuran fragmen karang. Kematian dari fragmen karang juga ditentukan oleh hewan pemakan karang yang  bersembunyi dan menempel di percabangan karang yang umumnya adalah jenis Drupella sp dari kelompok hewan kekerangan. Selain itu kematian juga ditentukan oleh alga yang menutupi fragmen karang sehingga terjadi perubahan warna menjadi coklat kehitaman (Ofri John dkk 2008), Seperti yang dikemukakan oleh Bak dan Criens (1981)  dalam  Ofri Johan dkk  (2008)  bahwa keberasilan hidup dari karang transplantasi juga di tentukan oleh  Filamentous algae (turf algae). banyak alga disuatu perairan disebabkan oleh kelimpahan nutrient yang dapat menyebabkan terganggunya proses klasifikasi, laju pertumbuhan, jumlah zooxantellae dan dan  jumlah populasi karang (Hoegh dan Guldberg (1997)
Transplantasi Karang (Coral transplantation) Transplantasi karang (coral transplantation) adalah pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk dicangkok di tempat lain atau di tempat yang karangnya telah mengalami kerusakan, bertujuan untuk pemulihan atau pembentukan terumbu karang alami. Transplantasi karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, dan dapat pula dipakai untuk membangun daerah terumbu karang baru yang sebelumnya tidak ada (Harriott, 1988 dalam Anonim, 2010). Kegiatan transplantasi di Indonesia telah dilakukan di Pulau Pari Kepulauan Seribu dengan menggunakan substrat keramik, beton dan gerabah. Tujuannya adalah untuk program  percontohan dalam merehabilitasi pulau-pulau yang kondisi terumbu karangnya sudah rusak serta dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata laut, program pendidikan, penelitian dan uji coba dibidang perdagangan Dimasa mendatang transplantasi karang akan memiliki banyak kegunaan antara lain: untuk melapisi bangunan-bangunan bawah laut sehingga lebih kokoh dan kuat untuk memadatkan spesies karang yang jarang atau terancam punah dan untuk kebutuhan pengambilan karang hidup bagi hiasan akuarium (Moka, 1995 dalam Anonim, 2010). Teknik-Teknik Transplantasi Karang Beberapa teknik untuk meletakan karang yang di transplantasikan adalah semen, lem  plastik, penjepit baja, dan kabel listrik plastik. Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, ada beberapa kententuan untuk transplantasi karang, yaitu (Coremap & Yayasan Lara Link Makassar, 2006): 1.
 Untuk transplantasi karang diperlukan suatu wadah beton sebagai substrat dimana karang ditanam. 2.
 Jenis karang bercabang lebih cepat pertumbuhannya, dan mampu menyesuaikan dibandingkan karang masif. 3.
 Semua lokasi perairan pada dasarnya dapat dilakukan transplantasi dengan syarat kondisi hidrologik masih dalam batas toleransi pertumbuhan karang. 4.
 Hasil percobaan pada habitat yang berpasir tetapi dengan kesuburan yang tinggi  pertumbuhan karang lebih cepat dibandingkan pada daerah yang karannya rusak. 5.

0 comments:

Post a Comment