Udang galah yang habitat aslinya di daerah rawa
merupakan komoditas yang menarik, udang banyak mengandung protein dan di
butuhkan oleh tubuh manusia. Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de
Man) merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai
ekonomis. Udang galah memijah sepanjang tahun dan mempunyai dua habitat
dalam siklus hidupnya. Udang tersebut tumbuh dan menjadi dewasa di
perairan tawar, namun pada fase larva hidup di air payau. Pembenihan
udang galah dapat dilakukan dengan menggunakan sistem air jernih (clear
water system).
Proses pemijahan udang galah secara indoor
adalah teknik yang paling sederhana. Teknik ini sederhana dalam operasional
harian dan manajemen induk hatchery relatif mudah. Induk dipijahkan dalam bak
terkontrol dan dilakukan seleksi induk yang telah membawa telur. Penetasan
telur dilakukan dalam bak conical. Larva dipelihara dalam bak fibreglass
kapasitas 1-2 ton. Larva yang telah mencapai post larva dengan waktu 35-45 hari
dapat diadaptasikan ke dalam air pemeliharaan sampai 0-5 ppt untuk dilakukan
pentokolan atau di tebar di kolam/tambak.
Heritabilitas untuk karakter dressing out pada
populasi udang galah memiliki nilai yang tinggi. Oleh karena itu, perbaikan
mutu genetik dalam karakter tersebut akan berhasil apabila dilakukan melalui
program seleksi. Udang galah yang digunakan untuk membentuk populasi dasar
berasal dari tiga lokasi, yaitu Cimanuk (Tanjung air, Jawa Barat), Kalipucang
(Pamarican, Jawa Barat), dan Musi (Palembang, Sumatera Selatan). Seleksi
dilakukan dengan struktur seleksi famili. Tetua di seleksi berdasarkan nilai
pemuliaan individu.
Untuk memproduksi F1 dalam populasi komposit digunakan
metode pemijahan secara alami. Larva udang galah dipelihara dengan sistem air
jernih tanpa plankton, pendederan pasca-larva dilakukan dalam bak beton dan
pembesaran juwana udang dilakukan di kolam tanah. Estimasi respon terhadap
seleksi dilaksanakan pada waktu udang mencapai umur lima bulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam program pemuliaan udang galah telah
dihasilkan populasi komposit dengan nilai heritabilitas pada karakter dressing
out sebesar 0.56+0.07; diferensial seleksi 13.74 dan intensitas seleksi 4.05.
Dari nilai parameter genetik tersebut perkiraan perbaikan mutu genetik adalah
sebesar 7.69 % per generasi. Implementasi populasi komposit ini akan mencegah
degradasi gen pada populasi udang galah dan mendukung konsep manajemen genetik
yang efisien di masa yang akan datang.
Udang galah berasal dari keluarga palaemonidae dan
marga Macrobrachium. Di Indonesia terdapat 19 jenis udang air tawar yang
termasuk marga Macrbrachium. Udang galah merupakan udang air tawar yang
mempunyai ukuran terbesar diantara udang tawar lainnya. Udang ini
mempunyai dua habitat yaitu larvanya hidup di air payau sedangkan masa
dewasanya hidup di air tawar. Daur hidup udang galah relatif cepat yaitu
sekitar 5-6 bulan untuk mencapai matang kelamin.
Pembenihan udang galah secara terkontrol sudah
berkembang baik menggunakan metode air hijau (green water) dan air
jernih (clear water) (Hadie dan Hadie,2001). Pembenihan yang umun
digunakan yaitu sistem air jernih (clear water system). Proses
pemijahan udang galah secara massal secara indoor adalah teknik yang
sederhana. Teknik ini sederhana dalam operasional harian dan manajemen induk
hatchery relatif mudah. Induk dipijahkan dalam bak terkontrol dan dilakukan
seleksi induk yang telah membawa telur.
Beberapa wilayah di Aceh, terdapat sumber daya
perairan tawar/payau yang sangat potensial untuk dikembangkan budidaya udang
galah. Demikian pula sumber daya induk lokal udang galah yang mungkin
belum tereksploitasi. Teknik pembenihan udang galah yang tepat
diharapakan mampu menyediakan benur untuk keberlanjutan pengembangan usaha
budidaya.
2. Biologi
Reproduksi Udang Galah
Udang galah
sering juga dinamakan udang warang, udang satang atau conggah sedangkan dalam
dunia perdagangan dikenal dengan nama “giant fresh water prawn”.
Menurut Holthuis (1980) dalam Hadie
et al. (2001), sistematika udang galah adalah sebagai berikut :
Filum
:
Arthropoda
Kelas
:
Crustacea
Bangsa
: Decapoda
Suku
:
Palaemonidae
Anak
suku
:
Palaemoninae
Marga
:
Macrobrachium
Spesies
: Macrobrachium
rosenbergii de Man
Udang ini mempunyai dua habitat dalam siklus hidupnya.
Udang tersebut tumbuh dan menjadi dewasa pada perairan tawar, namun pada fase
larva hidup di air payau. Pada fase larva akan mengalami sebelas kali
pergantian kulit (moulting) yang diikuti dengan perubahan struktur
morfologi, hingga akhirnya bermetamorfosis menjadi juwana (juvenil).
Sifat-sifat larva yang umum adalah planktonis, aktif berenang dan tertarik oleh
sinar tetapi menjauhi sinar matahari yang terlalu kuat. Cenderung
berkelompok pada fase larva dan akan semakin menyebar dan individual serta bentik
dengan bertambah umur. Di alam larva udang galah hidup pada salinitas
5-10 permil (Hadie et al, 2001).
Udang galah memiliki badan yang beruas-ruas (segmen)
yang diliputi kulit yang keras. Badan udang dapat dibagi menjadi tiga bagian
besar, yakni kepala dan dada (cephalothorax), badan (abdomen) dan
ekor (uropoda). Pada bagian depan kepala terdapat tonjolan yang
disebut rostrum mempunyai gigi 11-14 di bagian atas dan 8-10 pada bagian
bawah. Kaki jalan kedua pada jantan tumbuh sangat panjang
yaitu 1,5 kali panjang tubuh. Kaki renang pada induk betina agak melebar
dan membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber) (New dan
Marlow, 2002).
Perbedaan antara udang jantan dan betina dapat dilihat
berdasarkan bentuk badan, letak kelamin dan bentuk serta ukuran dari pasangan
kaki jalan kedua. Bentuk badan udang galah jantan dibagian perut lebih
ramping dan ukuran peluron lebih lebar agak memanjang. Udang galah jantan
memiliki alat kelamin (petasma) pada pasangan kaki jalan ke-5, sedangkan
pada udang betina (thelycum) terdapat di pasangan kaki jalan ke-3
(Oemarjati dan Wardhana, 1990).
Induk betina udang galah matang kelamin pada umur 6 bulan.
Secara umum tiap gram berat badan induk betina menghasilkan 1000 butir telur
(1:1000), makin besar ukuran induk maka makin banyak telur yang
dihasilkan. Misalnya udang galah yang mempunyai berat 50 gram
menghasilkan telur ±50.000 butir.
3.
Perkembangan
Telur
Telur udang
galah yang telah dibuahi akan dierami di kantong pengeraman yang terletak di
antara kaki renang induk betina. Menurut D`Abromo et al, 1995,
bahwa telur akan mengalami perubahan warna dari oranye terang, berangsur-angsur
menjadi oranye, kemudian coklat dan akhirnya abu-abu dan akan menetas 2-3
hari. Penetasan pada temperature 28 o C terjadi setelah 20-21
masa pemijahan.
4.
Pembenihan Udang Galah
Teknik
pembenihan yang dilakukan di hatchery Balai budidaya Air Payau Ujung Batee
menggunakan sistem air jernih (clear water system). Tahapan pembenihan
udang galah sebagai berikut :
Seleksi Induk
Beberapa
persyaratan induk :
· Berat induk betina diatas
40 gram dan jantan di atas 50 gram
· Kulit dan bagian badan
bersih dari organisme yang bersifat parasit
· Umur antara
8-20 bulan
· Organ tubuh
lengkap dan tidak cacat
· Jumlah telur
cukup banyak
· Sudah matang
telur untuk yang kedua kali atau lebih
· Berasal dari
udang yang mempunyai pertumbuhan lebih cepat
Pemeliharaan induk dapat
dilakukan secara indoor di bak beton dengan kepadatan 5 ekor/m2. Pakan
yang diberikan berupa pakan komersil (pellet) kandungan protein 30 % dan
dikombinasikan dengan pakan segar seperti cumi-cumi atau ikan segar dengan
frekuensi 2 kali sebanyak 3-5 % dari bobot tubuh. Pemeliharaan induk antara
jantan dan betina sebaiknya dipisah dan ketinggian air optimal 80 cm.
Induk betina yang matang gonad
ditandai dengan sebagian cephalothorax berwarna oranye Perbandingan jantan dan betina 1 : 3.. Sebelum memijah udang betina
terlebih dahulu berganti kulit (premating moult). Pada saat berganti
kulit ini kondisi udang lemah. Setelah pulih kembali terjadi pemijahan.
Penetasan Telur
Udang galah termasuk ke dalam hewan yang
fertilisasinya di luar tubuh (external fertilization). Fertilisasi
terjadi segera setelah pemijahan dilakukan dan jantan memindahkan sperma ke
kantong pengeraman udang betina (spermathecha). Fertilisasi itu
sendiri terjadi pada saat telur diovulasikan menuju kantong pengeraman udang
betina pada pleopoda 1-4 (Hadie dan Hadie, 2001).
Telur -telur yang terdapat dalam
kantong pengeraman (broodchamber) diikat oleh filamen-filamen yang
terdapat pada kaki renang induk betina sehingga telur tidak mudah lepas saat
bergerak. Selama masa pengeraman yaitu 19-21 hari, telur diberi oksigen oleh induknya
yang dilakukan dengan cara mengerak-gerakkan kaki renangnya secara terus
menerus. Saat tersebut terjadi seleksi alami telur yang tidak terbuahi
sempurna akan terlepas, sedangkan yang terbuahi akan tetap melekat sampai
menetas. Ukuran telur udang galah berkisar 0,6 -0,7 mm. (New dan Marlow, 2002).
Jika telur telah berwarna abu-abu
muda, maka induk dipindahkan ke dalam bak penetasan Salinitas media
penetasan telur yaitu 5 ppt berupa conical tank atau bak
fiber. Sebelum dimasukkan ke dalam wadah penetasan, induk direndam dalam larutan
formalin 15-20 ppm atau copper sulphate 0,2-0,5 selama 30 menit (New dan Marlow, 2002).
Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva berupa
fiber kapasitas 1-2 ton. Air pemeliharaan larva dengan salinitas 5 ppt dan dinaikkan setiap hari
hingga salinitas pemeliharaan antara 10 -15 ppt. Larva yang telah dihitung
dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan dengan cara diadaptasikan
perlahan-lahan. Kepadatan larva dalam bak
pemeliharaan yaitu 50-75 ekor/liter.
Perkembangan larva terdiri dari
11 stadia sebelum bermetamorfosis menjadi post larva. Sifat larva yang
umum adalah planktonis, aktif berenang, dan tertarik oleh sinar tetapi menjauhi
sinar matahari yang kuat. Pada fase larva cenderung bersifat berkelompok,
namun semakin lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta
bersifat bentik. Larva stadia I dengan panjang kurang dari 2 mm (dari
ujung rostrum sampai ujung telson). Pada stadia XI mencapai panjang sekitar 7
mm (New dan
Marlow, 2002).
5. Pemberian Pakan
Pakan merupakan faktor
penting yang menunjang pertumbuhan udang galah. Larva yang baru menetas
belum memerlukan makanan tambahan karena masih mempunyai persediaan makanan
dalam kuning telurnya. Pakan tambahan diberikan setelah larva berumur 2-3
hari.
Jenis makanan yang cocok
untuk larva yaitu naupli artemia. Naupli artemia ditetaskan dalam wadah
terpisah berupa wadah khusus dengan bentuk bulat kerucut. Media penetasan
menggunakan air laut dengan salinitas 25-30 ppt dan selama penetasan diberi
aerasi. Lama penetasan antara 24-30 jam.
Pemanenan artemia dilakukan
dengan cara mematikan aerasi dan didiamkan selama 30-60 menit, supaya naupli
berkumpul di bawah. Setelah naupli terkumpul di bawah, kran dibuka dan
naupli ditampung dalam saringan 200 mikron. Naupli yang telah dipanen
dicuci dengan air tawar dan ditampung dalam wadah.
Naupli artemia diberikan
mulai hari ke-2 sampai post larva. Jumlah naupli artemia yang diberikan dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Jumlah pemberian naupli artemia
per larva/hari
Hari ke-
|
Naupli artemia
|
3
4
5-6
7
8
9
10-11
12
13-14
15-24
25-30
>30
|
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
45
40
|
Sumber : Aquacop, 1983
Selain naupli artemia, larva
memerlukan pakan buatan (egg custard ) yang diberikan pada umur 8 hari
sampai post larva (PL). Jumlah pakan buatan yang dibutuhkan untuk satu siklus
pemeliharaan yaitu 7,5 kg dalam 5 ton bak pemeliharaan dengan padat tebar 50
ekor/liter (New dan Marlow, 2002).
Pakan egg custard
terbuat dari telur yang di campur dengan daging ikan segar, susu berkalsium,
vitamin dan tepung. Pakan ini dibuat dengan cara mencampur semua bahan
dan dihaluskan. Pengukusan dilakukan selama ± 30 menit. Pakan yang
telah masak disaring dengan ayakan mesh size 0,5 mm untuk larva berumur sampai
15 hari. Larva yang berumur lebih dari 15 hari sampai post larva, mesh
size saringan yaitu 1 mm. Penyiponan dilakukan setelah larva mulai diberi pakan
buatan dan pergantian air sebanyak 25 % - 50 %.
6.
Pemanenan Juvenil/ Post Larva
Larva berkembang menjadi post larva berkisar 30-45
hari. Panjang total post larva setelah bermetamorfosis
berkisar 7-10 mm dengan berat 6-9 mg. Post larva bersifat bentik dan mempunyai toleransi pada perubahan
salinitas. Pada fase juwana sampai dewasa
udang galah mempunyai toleransi berkisar antara 0 -10 g/L (ppt). Tubuh post larva trasparan dengan warna hijau kebiru-biruan sampai coklat. Pemanenan juvenil/post larva bertujuan mengumpulkan benur untuk dijual atau
didederkan lebih lanjut. Pemanenan dilakukan jika PL telah mencapai 80 %. Media pemeliharaan diturunkan salinitasnya secara bertahap yaitu 2 ppt/hari hingga mencapai 0 -5 ppt. Peralatan panen yang perlu
disiapkan adalah seser PL, waskom, plastik packing dan tabung oksigen. Air
diturunkan dengan mencabut pipa goyang. Juvenil diserok sedikit demi sedikit ketika
air tersisa sedalam 10 cm. Juvenil yang sulit diserok atau
tersisa sedikit dapat dipanen lewat lubang outlet dengan mencabut pipa outlet
bagian dalam bak.
0 comments:
Post a Comment