Terumbu karang adalah
khas ciri kehidupan ekosistem laut di daerah topis, termbu karang sekumpulan
endapan masif dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh karang (). Terumbu
karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan
alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk klasifikasi dalam jenis
:
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa yang memiliki
tentakel.
Ordo : Madreporia (Scleraktinia) (Nybakken, 1992)
Kelas Anthozoa tersebut
terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan
Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan
Fisiologi.
Koloni karang dibentuk
oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang
terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan
mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada
kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak
individu yang disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka
rupa serta dapat menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi
berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya
yang belum diketahui.
Istilah terumbu karang
secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang
menyertainya yang secara aktif membentuk sedimen kalsium karbonat akibat
aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi
ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur
(kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi
ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi
oleh komunitas koral.
Terumbu karang', "karang" yang dimaksud adalah koral, sekelompok
hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama
terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang
hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi
kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik
terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh
karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar
dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di
dasar terumbu.
Habitat hidup terumbu karang pada
umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari
kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat
hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang
tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu
karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi,
Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya
dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan
tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang
diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan
tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di
atas suhu normal.
Kondisi optimum untuk dapat bertumbuh
dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan
hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu
karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi.
Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang
membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip
penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat
menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh
karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat
dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya. Hewan karang sebagai pembangun utama
terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam
lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).
Fotosintesis
Proses fotosintesis
oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan
menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut :
Ca(HCO3) CaCO3 + H2CO3
H2O + CO2
Fotosintesis oleh algae
yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposit
cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat
daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose
dengan zooxanthellae.
Di Indonesia dan Indo
Pasifik
Terumbu karang
merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut, disamping
hutan bakau atau hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang dan segala
kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki
bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang
yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2,
yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur
Indonesia. Contohnya adalah ekosistem terumbu karang di perairan Maluku dan
Nusa Tenggara.
Indonesia merupakan
tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia dan merupakan negara yang
kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia
Tenggara lainnya. Bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal
jumlah spesies karang, ikan, dan moluska terdapat pada regional Indo-Pasifik
yang terbentang mulai dari Indonesia sampai ke Polinesia dan Australia lalu ke
bagian barat yaitu Samudera Pasifik sampai Afrika Timur.
Manfaat karang sebagai
tempat hidup ikan
Terumbu karang
mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi
maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang
dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung. Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia
antara lain :
1.
Sebagai tempat hidup ikan yang banyak
dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang,
ikan ekor kuning), batu karang.
2.
Pariwisata, wisata bahari melihat
keindahan bentuk dan warnanya.
3.
Penelitian dan pemanfaatan biota
perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan yang termasuk
dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang
disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman
hayati.
Klasifikasi berdasarkan
kemampuan memproduksi kapur
1. Karang
hermatipik
Karang hermatifik
adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal menghasilkan
terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan di daerah tropis. Karang hermatipik
bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae uniseluler
(Dinoflagellata unisuler), seperti Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di
jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan Fotosintesis. Dalam
simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui
fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan
komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan
hidup zooxanthellae. Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium
karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan
untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.
Karang hermatipik
mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan
sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat Fototropik positif. Umumnya jenis
karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi
cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut. Disamping itu untuk
hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar antara 250
- 32° C.
2. Karang
ahermatipik
Karang ahermatipik
tidak menghasilkan terumbu merupakan kelompok yang tersebar luas
diseluruh dunia.
Berdasarkan bentuk dan
tempat tumbuh dapat digolongkan :
a. Terumbu
(reef)
Endapan masif batu
kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan
oleh hewan karang dan biota-biota lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi
kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang
menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut,
terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk
karang yang masuh hidup)di laut dangkal.
b. Karang
(koral)
Disebut juga karang
batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi
CaCO3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum
Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Dalam proses pembentukan
terumbu karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling
penting atau hewan karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang
tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Contoh makhluk
klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas.
c. Karang
terumbu
Pembangun utama
struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic
coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang
lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang
merupakan batu cadas atau batuan vulkanik.
d. Terumbu
karang
Ekosistem di dasar laut
tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya
jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup
di dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, Krustasea, Echinodermata,
Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di
perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis Plankton dan jenis-jenis nekton.
Berdasarkan letaknya :
a. Terumbu
karang tepi
Terumbu karang tepi
atau karang penerus atau fringing reefs adalah jenis terumbu karang paling
sederhana dan paling banyak ditemui di pinggir pantai yang terletak di daerah
tropis. Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari
pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan
pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses
perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya
bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada
pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal.
Contoh: Bunaken
(Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
b. Terumbu
karang penghalang
Secara umum, terumbu
karang penghalang atau barrier reefs menyerupai terumbu karang tepi, hanya saja
jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai. Terumbu karang ini terletak
sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman
hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan
yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di
sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang
terputus-putus.
Contoh: Batuan Tengah
(Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai
(Sulawesi Tengah).
c. Terumbu
karang cincin atolls
Terumbu karang cincin
atau attols merupakan terumbu karang yang berbentuk cincin dan berukuran sangat
besar menyerupai pulau. Atol banyak ditemukan pada daerah tropis di Samudra
Atlantik. Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari
pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan
daratan.
d. Terumbu
karang datar
Terumbu karang datar
atau gosong terumbu (patch reefs), kadang-kadang disebut juga sebagai pulau
datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan
dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya
pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman
relatif dangkal.
Contoh: Kepulauan
Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
Berdasarkan zonasi
a. Terumbu
yang menghadap angin
Terumbu yang menghadap
angin (dalam bahasa Inggris: Windward reef) Windward merupakan sisi yang
menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh lereng terumbu yang
menghadap ke arah laut lepas. Di lereng terumbu, kehidupan karang melimpah pada
kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun,
pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu yang memiliki
kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.
Mengarah ke dataran
pulau atau gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu terdapat penutupan alga
koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang
yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya zona windward
diakhiri oleh rataan terumbu yang sangat dangkal.
b. Terumbu
yang membelakangi angin
Terumbu yang
membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yang membelakangi arah
datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih
sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup
lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang
ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi
air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.
Kerusakan terumbu
karang
Indonesia merupakan
negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia. Luas terumbu
karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Hal
tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di
dunia. Dewasa ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara
pesat. Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%. Kerusakan
ini menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami. Meskipun
faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang telah dibatasi oleh Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), laju
eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem penanganannya.
Beberapa aktivitas manusia
yang dapat merusak terumbu karang :
1. Membuang
sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut.
2. Membawa
pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat
membunuh terumbu karang.
3. Pemborosan
air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang
dihasilkan dan dibuang ke laut.
4. Penggunaan
pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari laut
residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut
juga.
5. Membuang
jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang
yang berada di bawahnya.
6. Terdapatnya
predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella.
0 comments:
Post a Comment