Monday, June 4, 2012

PENINGKATAN KUALITAS GARAM DENGAN PENCUCIAN

June 04, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati dan non-hayati yang sangat besar. Dengan lautan yang merupakan 70% dari luasan total negara, maka laut menyimpan banyak potensi untuk dimanfaatkan, diantaranya garam.
Garam selain sebagai bumbu dapur juga merupakan bahan baku pada berbagai proses industri, antara lain pembuatan Natrium Sulfat (Na2SO4), soda ash (Na2CO3), Natrium Bikarbonat (NaHCO3) dan lain-lain. Namun, di luar negeri garam diperoleh tidak hanya dari pengkristalan air laut tetapi juga melalui penambangan deposit di bawah tanah.
Pembuatan garam secara tradisional, dilakukan dengan meratakan petak tambak menggunakan alat bantu silinder baja yang ditarik tenaga manusia. Setelah itu diisi air laut dan dengan bantuan sinar matahari air laut ini mengkristal dan menjadi butiran- butiran garam. Pemanenan garam dilakukan setelah 10 hari.
Proses ini berlangsung rutin pada musim kemarau di dareah (pesisir) penghasil garam, sejak berakhirnya musim hujan pada bulan April hingga mulai turunnya hujan
pada awal Desember. Dalam pengisian air laut, sebagian penduduk sudah menggunakan
teknologi tepat guna dengan memanfaatkan kincir angin yang digerakkan udara. Namun demikian masih ada yang mempergunakan tenaga manusia untuk menimba air dari sumur galian.
Garam yang diproduksi rakyat pada umumnya tidak mengalami pencucian, sehingga pada umumnya berkualitas rendah. Kadar NaCl dalam garam rakyat biasanya bervariasi sekitar 88 %. Oleh karena itu garam rakyat tidak dapat memenuhi standar kualitas garam untuk pembelian stok nasional. Sehingga harga jual garam rakyat cenderung rendah.
Garam rakyat dikelompokan  3 jenis yaitu:
1.      K-1 yaitu kwalitas  terbaik yang memenuhin syarat untuk bahan industri maupun untuk konsumsi.
Dengan komposisi sebagai berikut:
¾  NaCl                        : 97.46 %
¾  CaCl2          : 0.723 %
¾  CaSO4         : 0.409 %
¾  MgSO4        : 0.04  %
¾  H2O             : 0.63   %
¾  Impurities: 0.65  %
2.    K-2 yaitu kulitas dibawah K-1, garam jenis ini harus dikurangi kadar berbagai   zat agar memenuli standart sebagai bahan baku industri. Secara fisik garam K-2 berwarna agak kecoklatan dan agak lembab.
3. K-3 merupakan garam kualitas terendah, tampilan fisik yang coklat dan bercampur lumpur.
Pencucian diharapkan dapat meningkatkan kualitas garam rakyat. Pengurangan kandungan MgSO4, MgCl, CaSO4 dengan pencucian diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan dapat memenuhi syarat sebagai bahan baku industri.
Secara  umum,  pencucian  adalah  penghilangan  sejumlah  zat-zat   pengotor  seperti senyawa-senyawa Mg, Ca dan kandungan zat pereduksi. Pencucian garam dilakukan dengan memakai larutan jenuh garam (brine) yang digunakan berulang kali, tujuannya untuk menghilangkan pengotor dari permukaan garam (Bahruddin, et al, 2003).
Pada proses pencucian yang optimum pada garam selain dapat menghilangkan zat pengotor, juga dapat melarutkan zat pereduksi pada garam. Untuk larutan pencucian dengan menggunakan air bersih, maka pencucian dengan menggunakan rasio air dan garam 1:1 paling efektif untuk menghilangkan Mg.
Pada larutan 1:1, konsentrasi NaCl dalam air pencucian paling sedikit sehingga semakin efektif untuk menghilangkan Mg dalam garam. Untuk senyawa-senyawa Ca, kelarutannya jauh lebih rendah dibandingkan senyawa Na dan Mg, sehingga pencucian baik dengan air bersih maupun larutan garam tidak banyak berpengaruh (Nelson, 2002).
Proses pembuatan garam yang sederhana adalah menguapkan air laut sehingga mineral- mineral yang ada di dalamnya mengendap. Hanya saja mineral-mineral yang kurang diinginkan sedapat mungkin hanya sedikit yang dikandung oleh garam yang diproduksi. Lahan pembuatan garam dibuat berpetak-petak secara bertingkat, sehingga dengan gaya gravitasi air dapat mengalir ke hilir kapan saja dikehendaki. Untuk peningkatan mutu garam digunakan dua model, yaitu mengendapkan Ca dan Mg dengan menggunakan Natrium karbonat atau Natrium Oksalat yang dikombinasi dengan cara pengendapan bertingkat.
Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk Natrium Hidroksida dan Hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ini membentuk larutan tak berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air.
Kebanyakan klorida larut dalam air, Merkurium (I) klorida, HgCl2, perak klorida, AgCl, timbal klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga (I) klorida, CuCl, bismuth oksiklorida, BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium (II) oksiklorida, HgOCl2, tak larut dalam air (Vogel, 1979). Metode pencucian dengan cara menimbang dan mengoven garam yang akan dicuci, menimbang lagi setelah dioven kemudian garam dicuci dengan variable konsentrasi : 80%, 90%, 100%  larutan NaCl dan mengaduk dengan motor pengaduk selama 3, 6, 9, 12, 15 menit, meniriskan garam yang telah dicuci hingga tidak ada lagi air yang menetes,  menimbang garam sebelum dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC, menimbangnya lagi setelah dioven, dan menghitung kadar Mg dan Ca pada garam yang telah dicuci.
Proses pencucian yang optimum pada garam selain dapat menghilangkan zat pengotor, jugs dapat melarutkan zat pereduksi garam. Sedangkan prose pengeringan/ pemanasan dapat mengurangi kadar air dalam garam sampel.
Faktor yang mempengaruhi penurunan kadar Ca dan Mg adalah :
1.   Konsentrasi larutan pencuci ( dalam   hal ini menggunakan larutan garam K-1 dengan berbagai konsentrasi).
2.   Perbandingan pencuci dengan garam sample yang dicuci.
3.   Waktu pencucian ( lama pengadukan).
Pada proses ini digunakan 3 jenis garam, yaitu : K-1, K-2, K-3. Kandungan awal Ca dan
Mg dalam garam dapat dilihat pada tabel 4.1.1

Tabel 1. Kandungan Ca dan Mg awal garam sampel
kandungan
K-1
K-2
K-3
Ca %
0.184
0.58
0.35
0.78
0.38
0.85
Mg %

Garam  K-2  dan  K-3  dicuci  dengan  larutan  pencuci  yang  konsentrasinya bervariasi. Larutan pencuci yang digunakan, merupakan larutan garam K-1 dengan beda konsentrasi 80%, 90%, dan 100% dari larutan jenuh garam (garam larut jenuh pada 38.64 gr/100 ml (Vogel,1979). Pada setiap variabel konsentrasi dilakuakan pencucian sampel (K-2 dan K-3) dengan variabel waktu 3, 6, 9, 12, 15 menit, dan perbandingan larutan pencuci dengan garam sampel 3:2, 2:1, 3:1.
Proses  pencucian  yang  dilakukan  dengan  mengaduk  garam  sampel  dengan  larutan pencuci sesuai variabel. Pengadukan dalam proses ini, agar kontak garam dengan larutan pencuci lebih homogen.
Dengan pencucian ini diharapkan dapat mengurangi hingga menghilangkan zat-zat pengotor  dalam  garam  sampel  K-2  maupun  K-3.  Pengotor  dalam  sampel  sebagian  besar merupakan senyawa Ca dan Mg serta lumpur yang terperangkap dalam kristalan garam yang ikut mengering.  Pengotor-pengotor  tersebut  mengakibatkan  tampilan  garam  menjadi  kecoklatan karena banyak lumpur yang terkandung didalamnya. Sedangkan pengotor Ca dan Mg membuat rasa dari garam menjadi lebih pahit (Nelson,2002).
Moisture merupakan kadar air dalam sampel garam dapat diketahui dengan menimbang berat sampel yang telah dicuci dan mengurangkannya dengan berat kering sampel yang telah dicuci dan dioven.
Kadar air diharapkan menurun mengikuti penurunan kadar Ca dan Mg dengan variabel konsentrasi larutan pencuci, perbandingan larutan pencuci dan garam, serta waktu pencucian. Sehingga garam hasil pencuci lebih kering dari sebelum pencucian.
Konsentrasi larutan pencuci
Pencucian dengan penggunaan larutan garam K-1 dapat menghilangkan Ca dan Mg yang terkandung dalam garam sampel. Jumlah Mg yang hilang akibat pencucian akan lebih besar dibandingkan dengan Ca. Hasil tersebut sesuai dengan kelarutan senyawa Mg yang lebih besar dibandingkan senyawa- senyawa Ca (Perry,1999).
Pencucian dengan larutan garam, semakin rendah konsentrasi larutan pencuci, semakin effektif  dalam  menghilangkan senyawa  Mg  dan  Ca  dalam garam (Nelson,2002). Pencucian dengan kehilangan kadar Ca dan Mg yang terbesar adalah pada konsentrasi 80 %.


 



0 comments:

Post a Comment