Garam
setiap orang membutuhkanya, sebagai pelengkap dari kebutuhan pangan dan
merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walupun Indonesia teremasuk
negara maritim tetapi usaha eningkatkan produksi garam belum diminati. Di sisi
lain untuk kebutuhan garam berkualitas dari kandungan Kalsium dan magnesium
kurang, masih banyak diimpor dari luar negeri, terutama garam beryodium serta
garam industri.
Menteri
Kelauatan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengumumkan hasil audit garam
lokal saat ini mencapai 234.000 ton yang tersimpan di pedagang dan petani.
Pemerintah harus memastikan bahwa seluruh importir menyerap garam lokal sebagai
salah satu persyaratan izin importirnya dikeluarkan.
Indonesia
mempunyai pesisir pantai yang cukup luas dan panjang, tetapi hampir 60 % garam
konsumsi di impor dan 100 % impor untuk garam industri. Perlu kesungguhan luar
biasa dari pemerintah maupun produsen garam membangun potensi garam.
Kebutuhan
garam nasional semakin meningkat dengan bertambahnya penduduk di Indonesia dan
perkembangan industri sebagaimana disajikan oleh Direktorat Industri Kimia
Anorganik, Deperindag dan APROGAKOB pada pertemuan Forum Peluang Garam
Indonesia tangggal 31 Oktober 2000 , yaitu tercatat pada tahun 1997 sebesar
1.650.000 ton, tahun 1998 sebesar 1.825.000 ton tahun 1999 sebesar 1.935.000
ton dan tahun 2000 sebesar 2.100.000 ton.
Garam
atau lebih dikenal dengan garam meja, termasuk dalam kelas mineral atau dengan
nama halite, dengan komposisi Natrium Klorida (Na Cl) terdiri atas 39,3%
Natrium (Na) dan 60,7% Klorida (Cl).
Ada
beberapa sifat garam antara lain bisa berbentuk krastal atau bubuk putih dengan
sistem isomeric berbentuk kubus, bobot molekul 58,45 g/mol, larut dalam air
(35,6 g/100g pada 00C dan 39,2 g/100g pada suhu 1000C).
Dapat larut dalam alkohol tetapi tidak larut dalam asam klorida pekat, mencair
pada suhu 8010C, dan menguap pada titik didih 14130C.
Hardness 2,5 skala MHO, bobot jenis 2,165 g/cm2, tidak berbau, tidak
mudah terbakar dan toksisitas rendah serta mempunyai sifat higroskopis,
sehingga mampu meyerap air dari atmosfir pada kelembaban 75% (Chemical
Index,1993).
Komposisi
air laut
Air
laut pada salinitas 35 0 /00 mempunyai komposisi dapat
dilihat pada tabel dibawah ini dengan bobotjenis 1,0258 kg /liter dengan
kepekatan antara 3 – 3,5 0 Be.
Tabel
1 . Komposisi Air Laut pada salinitas 350/00
No
|
Ion
|
Gram
per Kg air laut
|
1.
|
Cl
|
19,354
|
2.
|
Na+
|
10,77
|
3.
|
K+
|
0,399
|
4.
|
Mg2+
|
1,290
|
5.
|
Ca2+
|
0,4121
|
6.
|
SO2+
|
2,712
|
7.
|
Br-
|
0,0673
|
8.
|
Fe-
|
0,0013
|
9.
|
B
|
0,0045
|
10.
|
Sr2+
|
0,0079
|
11.
|
IO3-,
I-
|
6,0
X 105
|
Sumber
: Rilley dan Skirrow, 1975
Jadi
kandungan dari air laut pada salinitas 350/00 dapat
dilihat pada tabel 1 sehingga dapat diketahui unsur yang bermanfaat bagi
manusia.
Apabila
proses pembuatan garam yang dilakukan hanya berdasarkan cara yang umum
dilakukan proses penggaram rakyat dengan cara evaporasi total maka produl garam
yang dihasilkan kadar Na Cl kurang dari 80%, dan kandungan ion kalsium,
magnesium dan sulfat cukup besar tetapi juga terdapat ion besi dalam kadar
rendah.
Tabel
2. Kualitas garam Berdasarkan Kandungan NaCl
Kualitas
I
|
Na
Cl > 98%
|
Kandungan
air maksimum 4%
|
Kualitas
II
|
94,4%
< Na Cl < 98%
|
Kandungan
air maksimum 5%
|
Kualitas
III
|
Na
Cl < 94%
|
Kandungan
air maksimum > 5%
|
Untuk
menghasikan garam dengan mutu baik, maka senyawa-senyawa kalsium dan magnesium
serta sulfat harus lebih dulu diendapkan. Pada garam rakyat yang memanfaatkan
model penguapan total, kadar garam tertinggi yang dapat dihasilkan relativ
jarang mencapai 90%, sehingga dibutuhkan perlakuan khusus agar dapat diperoleh
garam berkualitas tinggi.
Metode
Pembuatan Garam
1. Penyiapan
Lokasi Penggaraman
Proses
pembuatan garam yang sederhana adalah menguapkan air laut sehingga
mineral-mineral mengendap, hanya mineral yang kurang diinginkan sedapat mungkin
hanya sedikit yang dikandung garam produksi.
Lahan
pembuatan lahan dibuat secara berpetak-petak bertingkat, sehingga dengan gaya
gravitasi air dapat mengalirke hilir kapan saja dikehendaki.
Kalsium
dan megnesium sebagai unsur yang cukup banyak dikandung dalam air laut selain
NaCl perlu diendapkan agar kadar NaClyang diperoleh meningkat.
2. Alat
dan bahan
A. Alat
Alat-alat
yang dipergunakan antara lain :
Meteran
Pompa
Pipa
paralon, stop kran dan selang karet
Cangkul,
linggis, sekop, penggaruk, dsb
B. Bahan
Bahan-bahan
yang diperlukan antara lain :
Air
laut yang bebas dari polusi (dipompa)
Natrium
karbonat (teknis)
Natriun
oksalat (teknis)
C. Lokasi
Penggaraman
Tanah
untuk penggaraman dipili harus memenuhi krateria yang berkaitan dengan
ketinggian dari permukaan air laut, topografi tanah, sifat fisis tanah,
kehidupan (hewan/tumbuhan) pengganggu dan bencana alam.
a. Letak
terhadap permukaan laut :
Untuk
mempermudah suplai air laut
Untuk
mempermudah pembuangan air
b. Topografi
:
Lahan
yang dikehendaki landai atau kemiringan kecil
Untuk
mengatur tata air dan meminimalisasi biaya konstruksi
c. Sifat
fisik tanah
Syarat
yang dikehendaki adalah :
Permiabel
tanah
Tanah
tidak mudah retak
Pasir : Permeabilitas tinggi
Tanah
liat : permeabilitas tinggi
Retak pada kelembaban rendah
Untuk
peminihan tanah liat untuk penekanan resapan air
tinggi (kebocoran)
Untuk
meja campuran pasir dan
tanah liat guna kualitas dan kuantias hasil produksi
d. Proses
Pembuatan Garam
Proses
alami dengan cara penguapan air laut dengan sinar matahari, yang pada dasarnya
adalah proses pembuatan garam adalah proses pemekatan (dengan menguapkan
airnya) dan pemisahan garamnya (kristalisasi)
Apabila
zat yang terkandung diendapkan/ dikristalkan akan terdiri dari campuran
berbagai macam zat didalamnya. Maka terjadilah kristalisasi total, sehingga
adapula zat yang tidak diinginkan ikut serta.
e. Konstruksi
garam
1. Konstruksi
Penggaraman
Ada
dua macam konstruksi penggaraman yang dipakai di Indonesia :
Konstruksi
tangga : yaitu terancang khusus dan teratur dimana suatu petak penggaraman
merupakan suatu unit penggaraman yang komplit, sehingga aliran air berjalan
secara alamiah (gravitasi)
2. Konstruksi
kompleks meja (tafel complex)
Konstruksi
penggaraman ii suatu kompleks (kelompok-kelompok) pengaraman yang luas leyaknya
tidak teratur yang dihasilkan dialirkan ke suatu kelompok peminihan secara
kolektif kemudian air pekat/tua yang dihasilkan dialirkan ke meja untuk
kristalisasi.
f. Faktor-faktor
teknis yang mempengaruhi Produksi Garam
1. Air
laut, terutama dari segi kadar garamnya termasul kontaminasi dari air sungai,
sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan)
2. Keadaan
cuaca
Kemarau
panjang memberikan kesempatan yang leluasa untuk memproduksi garam, curah hujan
rendah, kecepatan angin laut, suhu, kelembabab udaha sangat berpengaruh pada
kecepatan penguapan.
3. Tanah,
sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut ke
dalam tanag yang di pemnihan ataupun di meja. Apabila kecepatan perembesan
lebih besar dari pada kecepatan penguapanya, apalagi bila terjadi musim hujan
pada pembuatan garam, maka tidak di hasilkan garam. Jenis tanah mempengaruhi
pula warna dan ketidak murnian yang di bawa oleh garam yang dihasilkan.
4. Pengaruh
air, Pengaturan aliran dan tebal air dari tebal air peminihan berkaitan dengan
arah kecepatan angin dan kelembaban air. Kadar air / kepekatan air tua yang
masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi kualitas garam. Pada kristalisasi
garam konsentrasi air garam harus ± 25 – 29 0 Be.. Apabila air tua
belum mencapai 250be maka gips (kalsium sulfat) akan banyak
mengendap, tetapi bila konsentrasi air tua lebih 290 Be maka
magnesium akan banyak mengendap.
5. Cara
Pemungutan garam, dari segi ini jadwal pemungutan garam terdiri dari umur
kristalisasi garam dan pengejaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan).
Pungutan ada 2 sistem :
a. Sistem
Portugis
Yaitu
pungutan garam di atas lantai garam, yang sebelumnya terbuat 30 hari, setiap 10
hari dipungut.
b. Sistem
Maduris
Pungutan
garam diatas tanah setiap 10 – 15 hari garam diambil di atas dasar tanah.
0 comments:
Post a Comment