Tuesday, April 3, 2012

PENANGANAN IKAN TUNA

April 03, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan tuna adalah kelompok ikan laut dari keluarga Scombridae, khususnya dari genus Thunnus. Tuna merupakan ikan berukuran paling besar di antara kelompok ikan mackerel, yang keseluruhannya terdapat kurang lebih 48 species berbeda. Beberapa jenis ikan tuna yang terkenal adalah tuna sirip biru (bluefin tuna), tuna sirip kuning (yellowfin tuna), tuna sirip hitam (blackfin tuna), tuna ramping (slender tuna), tuna peluru (bullet tuna), dan tongkol (longtail tuna). ikan tuna Tuna adalah ikan yang gesit dan mampu berenang dengan cepat (beberapa spesies tuna dapat berenang dengan kecepatan 70 km / jam).
Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya tuna disesuaikan dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Ada lima macam alat penangkap tuna, yaitu rawai tuna, huhate, handline. pukat cincin, dan jaring insang.
Rawai tuna atau tuna longline adalah alat penangkap tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus. Satu tuna longliner biasanya mengoperasikan 1.000 - 2.000 mata pancing untuk sekali turun.
Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan. sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih empat jam. Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal.
Umpan longline harus bersifat atraktif. misalnya sisik ikan mengkilat, tahan di dalam air, dan tulang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat tangkap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan umumnya ikan pelagis kecil, seperti lemuru (Sardinella sp.), layang (Decopterus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), dan bandeng (Chanos chanos).
Huhate (Pole and Line)
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai tambah yang cukup berarti dipasaran ikan Internasional. Hal ini terbukti dengan adanya permintaan tuna segar dipasaran Jepang yang mencapai 250 – 350 ton per hari, sehingga hal ini menjadi suatu tantangan bagi Indonesia yang mempunyai potensi lestari khusus untuk ikan tuna sebesar 258,8 ribu ton / tahun.
Adapun jenis – jenis tuna segar yang diekspor adalah : Big – eye tuna ( Thunnus obesus ), Yellow fin tuna ( Thunnus albacares ).

Selanjutnya, guna mendukung ekspor tuna segar menjadi produk yang bermutu baik, maka semenjak ikan tertangkap sampai pada tangan konsumen, mutu kesegarannya harus dijaga dengan tetap mempertahankan suhu ikan berkisar 1- 2,5 0 C, atau selalu dalam keadaan di es.

2. Penanganan ( handling ) tuna segar
Dalam hal ini ada 2 cara penanganan dengan peng-Es-an biasa ( Chiling ), kedua dengan sistim Pendinginan Air Laut ( Refrigerated Sea Water ) yang sering terdapat pada kapal – kapal penangkapan.
Urutan penanganan dapat dilakukan sebagai berikut :
- Penyiapan palkah dan deck kapal, dengan cara membersihkannya terlebih dahulu.
- Pada saat ikan telah naik di atas kapal, maka harus dikerjakan secara hati – hati baik saat melepas mata pancing maupun meletakannya di atas deck, dan hindari luka – luka atau memar tubuhnya.
Bila masih hidup dapat dimatikan terlebih dahulu dengan menusukan marlin / spike tepat pada bagian otak di kepala.
- Buka salah satu tutup insang, lalu buang lapisan – lapisan insang dengan cara dipotong dengan pisau.
- Keluarkan isi perut melalui rongga insang. Untuk mempermudah penarikan isi perut maka bagian anus disobek sepanjang ± 3 cm. Sehingga usus yang menempel pada anus dapat tercabut dengan mudah.
- Cuci bersih rongga insang dengan perut, juga bagian luar tubuh ikan dengan air laut.
- Pada cara peng-Es-an biasa ( Chiling ) rongga insang dan rongga perut diisi dengan butiran Es ( Es Curai ) , kemudian disimpan di palkah dengan jalan menyelimuti tubuh ikan dengan butiran – butiran Es.
- Pada cara RSW ( Refrigerated Sea Water ), ikan yang telah dibersihkan / dibungkus dengan karung / goni atau plastik, dan selanjutnya disimpan dalam palkah.
Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghindari rusaknya tubuh ikan oleh benturan dengan dinding palkah, atau sesama ikan itu sendiri. Sistem ini diterapkan pada kapal penangkapan yang telah dilengkapi dengan peralatan Refrigasi.
3. Perlakuan Ikan Tuna Ditempat Penampungan.
Lembaran karung / goni dihampar di atas geladak kemudian disemprot dengan air dari dalam palkah ( air pendingin ikan ).
Ikan Tuna diangkat ke atas geladak, karung pembungkus dilepas, dan ikan disimpan di atas hamparan karung basah sambil dicuci.
Selanjutnya ikan diletakan di atas kereta dorongan, dan ditutup dengan karung basah agar tidak terkena sinar matahari, lalu diangkat ke tempat penampungan.
Pada tempat penampungan, Tuna terlebih dahulu disimpan dalam bak Fibre Glass yang berisi air es.

4. Pengujian Organoleptik
Uji Organoleptik dikerjakan langsung oleh tim dari perusahaan importir. Pemeriksaan dilaksanakan dengan kriteria – kriteria sebagai berikut : keadaan rupa ikan, tekstur daging ( kekenyalan ), bau, rasa daging, dan sayatan jaringan daging.
5. Pengepakan ( Packing )
Sebelum dikemas terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan guna membuang sisa – sisa isi perut dan insang.
Ikan Tuna dipak dengan cara ditempatkan dalam posisi terlentang pada bagian rongga insang dan rongga perut serta dekat bagian ekor diberi es yang telah dibungkus dalam plastik.


0 comments:

Post a Comment