Ikan tuna adalah kelompok ikan laut dari keluarga Scombridae, khususnya
dari genus Thunnus. Tuna merupakan ikan berukuran paling besar di antara
kelompok ikan mackerel, yang keseluruhannya terdapat kurang lebih 48 species
berbeda. Beberapa jenis ikan tuna yang terkenal adalah tuna sirip biru (bluefin
tuna), tuna sirip kuning (yellowfin tuna), tuna sirip hitam (blackfin tuna),
tuna ramping (slender tuna), tuna peluru (bullet tuna), dan tongkol (longtail
tuna). ikan tuna Tuna adalah ikan yang gesit dan mampu berenang dengan cepat
(beberapa spesies tuna dapat berenang dengan kecepatan 70 km / jam).
Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya tuna disesuaikan
dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Ada lima macam alat penangkap tuna,
yaitu rawai tuna, huhate, handline. pukat cincin, dan jaring insang.
Rawai tuna atau tuna longline adalah alat penangkap tuna yang paling
efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus.
Satu tuna longliner biasanya mengoperasikan 1.000 - 2.000 mata pancing untuk
sekali turun.
Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan
samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan
sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan.
sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering
disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih empat jam.
Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal.
Umpan longline harus bersifat atraktif. misalnya sisik ikan mengkilat,
tahan di dalam air, dan tulang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat
tangkap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan
umumnya ikan pelagis kecil, seperti lemuru (Sardinella sp.), layang (Decopterus
sp.), kembung (Rastrelliger sp.), dan bandeng (Chanos chanos).
Huhate (Pole and Line)
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai
tambah yang cukup berarti dipasaran ikan Internasional. Hal ini terbukti dengan
adanya permintaan tuna segar dipasaran Jepang yang mencapai 250 – 350 ton per
hari, sehingga hal ini menjadi suatu tantangan bagi Indonesia yang mempunyai
potensi lestari khusus untuk ikan tuna sebesar 258,8 ribu ton / tahun.
Adapun jenis – jenis tuna segar yang diekspor adalah : Big – eye tuna (
Thunnus obesus ), Yellow fin tuna ( Thunnus albacares ).
Selanjutnya, guna mendukung ekspor tuna segar menjadi produk yang bermutu
baik, maka semenjak ikan tertangkap sampai pada tangan konsumen, mutu
kesegarannya harus dijaga dengan tetap mempertahankan suhu ikan berkisar 1- 2,5
0 C, atau selalu dalam keadaan di es.
2. Penanganan ( handling ) tuna segar
Dalam hal ini ada 2 cara penanganan dengan peng-Es-an biasa ( Chiling ),
kedua dengan sistim Pendinginan Air Laut ( Refrigerated Sea Water ) yang sering
terdapat pada kapal – kapal penangkapan.
Urutan penanganan dapat dilakukan sebagai berikut :
- Penyiapan palkah dan deck kapal, dengan cara membersihkannya terlebih
dahulu.
- Pada saat ikan telah naik di atas kapal, maka harus dikerjakan secara
hati – hati baik saat melepas mata pancing maupun meletakannya di atas deck,
dan hindari luka – luka atau memar tubuhnya.
Bila masih hidup dapat dimatikan terlebih dahulu dengan menusukan marlin /
spike tepat pada bagian otak di kepala.
- Buka salah satu tutup insang, lalu buang lapisan – lapisan insang dengan
cara dipotong dengan pisau.
- Keluarkan isi perut melalui rongga insang. Untuk mempermudah penarikan
isi perut maka bagian anus disobek sepanjang ± 3 cm. Sehingga usus yang
menempel pada anus dapat tercabut dengan mudah.
- Cuci bersih rongga insang dengan perut, juga bagian luar tubuh ikan
dengan air laut.
- Pada cara peng-Es-an biasa ( Chiling ) rongga insang dan rongga perut
diisi dengan butiran Es ( Es Curai ) , kemudian disimpan di palkah dengan jalan
menyelimuti tubuh ikan dengan butiran – butiran Es.
- Pada cara RSW ( Refrigerated Sea Water ), ikan yang telah dibersihkan /
dibungkus dengan karung / goni atau plastik, dan selanjutnya disimpan dalam
palkah.
Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghindari rusaknya tubuh ikan oleh
benturan dengan dinding palkah, atau sesama ikan itu sendiri. Sistem ini
diterapkan pada kapal penangkapan yang telah dilengkapi dengan peralatan
Refrigasi.
3. Perlakuan Ikan Tuna Ditempat Penampungan.
Lembaran karung / goni dihampar di atas geladak kemudian disemprot dengan
air dari dalam palkah ( air pendingin ikan ).
Ikan Tuna diangkat ke atas geladak, karung pembungkus dilepas, dan ikan
disimpan di atas hamparan karung basah sambil dicuci.
Selanjutnya ikan diletakan di atas kereta dorongan, dan ditutup dengan
karung basah agar tidak terkena sinar matahari, lalu diangkat ke tempat
penampungan.
Pada tempat penampungan, Tuna terlebih dahulu disimpan dalam bak Fibre
Glass yang berisi air es.
4. Pengujian Organoleptik
Uji Organoleptik dikerjakan langsung oleh tim dari perusahaan importir.
Pemeriksaan dilaksanakan dengan kriteria – kriteria sebagai berikut : keadaan
rupa ikan, tekstur daging ( kekenyalan ), bau, rasa daging, dan sayatan
jaringan daging.
5. Pengepakan ( Packing )
Sebelum dikemas terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan guna membuang sisa –
sisa isi perut dan insang.
Ikan Tuna dipak dengan cara ditempatkan dalam posisi terlentang pada bagian
rongga insang dan rongga perut serta dekat bagian ekor diberi es yang telah
dibungkus dalam plastik.
0 comments:
Post a Comment