Sunday, March 4, 2012

PENANGKAPAN IKAN LEMURU YANG MENJADI POTENSI DI WILAYAH INDONESIA

March 04, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


 Sardinella adalah nama marga ikan, anggota suku Clupeidae. Beberapa spesiesnya di Indonesia dikenal dengan nama lemuru dan tembang, yang merupakan jenis ikan pelagis kecil yang cukup penting bagi perikanan. Karena lekas membusuk, ikan ini lebih banyak dijadikan ikan asin, ikan pindang, atau dikalengkan sebagai ikan sarden.
Ikan yang berukuran kecil dan ramping, panjang tubuh sekitar 15 cm atau kurang, namun ada pula yang dapat mencapai lebih dari 20 cm. Lemuru biasanya hampir silindris, dengan tinggi tubuh (body depth) sekitar 25% panjang standar. Tembang bertubuh lebih lebar dan pipih, dengan tinggi tubuh sekitar 30% panjang standar. Sirip punggung berukuran sedang, di tengah tubuh, kira-kira sejajar dengan sirip perut. Sirip ekor berbagi dalam. Sisi bawah tubuh berlingir (berlunas tajam).
Lemuru dan tembang sering ditemukan berenang dalam kelompok besar, dekat permukaan laut tidak jauh dari pantai (pesisir). Lemuru diketahui memangsa plankton (fitoplankton dan zooplankton), terutama kopepoda. Ikan-ikan ini dilengkapi dengan tapis insang (gill rakers, sisir insang) untuk menyaring makanannya.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Clupeiformes
Famili              : Clupeidae
Upafamili        : Incertae sedis
Genus:             Sardinella
Valenciennes in Cuvier and Valenciennes, 1847
Lemuru dan tembang sering ditemukan berenang dalam kelompok besar, dekat permukaan laut tidak jauh dari pantai (pesisir). Lemuru diketahui memangsa plankton (fitoplankton dan zooplankton), terutama kopepoda. Ikan-ikan ini dilengkapi dengan tapis insang (gill rakers, sisir insang) untuk menyaring makanannya.
Beberapa spesies
Tembang Sardinella maderensis dari Sisilia
Tembang dan lemuru asin, dijemur di Muara Angke
    Sardinella albella, (Valenciennes, 1847). Tembang putih, White Sardinella
    Sardinella atricauda, (Günther, 1868). Lemuru, Bleeker's Blacktip Sardinella
    Sardinella aurita, Valenciennes, 1847. Round Sardinella
    Sardinella brachysoma, Bleeker, 1852. Tembang, Deepbody Sardinella
    Sardinella fijiense, (Fowler & Bean, 1923).
    Sardinella fimbriata, (Valenciennes, 1847). Tembang, Fringescale Sardinella
    Sardinella gibbosa, (Bleeker, 1849). Tembang, Goldstripe Sardinella
    Sardinella hualiensis, (Chu & Tsai, 1958).
    Sardinella janeiro, (Eigenmann, 1894).
    Sardinella jussieu, (Lacepède, 1803.
    Sardinella lemuru, Bleeker, 1853. Lemuru Bali, Bali Sardinella
    Sardinella longiceps, Valenciennes, 1847. Lemuru India, Indian Oil Sardine
    Sardinella maderensis, (Lowe, 1838).
    Sardinella marquesensis, Berry & Whitehead, 1968.
    Sardinella melanura, (Cuvier, 1829). Tembang ekor-hitam, Blacktip Sardinella
    Sardinella neglecta, Wongratana, 1983.
    Sardinella richardsoni, Wongratana, 1983.
    Sardinella rouxi, (Poll, 1953).
    Sardinella sindensis, (Day, 1878).
    Sardinella tawilis, (Herre, 1927).
    Sardinella zunasi, (Bleeker, 1854). Sarden Jepang, Japanese Sardinella
Pemanfaatan
Lemuru dan tembang merupakan komoditas perikanan yang penting. Di Indonesia, ikan-ikan ini biasa ditangkap dengan jaring insang, pukat cincin (purse seine), dan beberapa bentuk jaring yang lain. Lemuru bali terutama ditangkap secara musiman, yakni mulai pada awal musim penghujan di sekitar Selat Bali (bulan-bulan September - Oktober) hingga akhir musim di bulan-bulan Pebruari hingga Maret. Puncak penangkapan berlangsung sekitar Desember - Januari. Di luar musimnya, lemuru ini seolah-olah raib begitu saja; namun diduga bahwa ikan-ikan ini beruaya ke lapisan perairan yang lebih dalam.
Lemuru dan tembang biasa dijual dalam keadaan segar, akan tetapi kebanyakan ikan ini diolah menjadi ikan asin, ikan pindang, atau sardencis.
Nama lemuru juga dilekatkan untuk beberapa spesies dari marga Amblygaster, salah satu kerabat terdekat Sardinella. Di antaranya ialah Amblygaster clupeoides, A. leiogaster, dan A. sirm. Marga Amblygaster dibedakan dari Sardinella, di antaranya, karena sisi bawah tubuhnya relatif membulat (vs. berlingir) dan tapis insangnya di bagian bawah lebih sedikit (26-43 vs. 40-200an).
Lemuru dan tembang juga sekerabat dengan ikan terubuk yang telah langka.Kian meningkatnya permintaan terhadap sumberdaya yang bisadiperbaharui (perikanan)makamodel-model spesies tunggal menjadi semakin tidak memenuhi permintaan
Beberapa waktu lalu pernah terdengar berita bahwa nelayan di Selat Bali merana karena sudah lama tidak melaut.  Seperti dikutip dari sebuah harian nasional bahwa nelayan setengah karam di Muncar karena sudah 1,5 tahun bertahan ditengah krisis ikan.
Sejatinya, setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi yang melebihi kapasitas produksinya sehingga stok ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan (sustainable).  Hal ini menjadi tanda tanya besar,mengapa sumberdaya perikanan yang renewable (bisadiperbaharui)bisa hilang?

Fenomena overfishing (kelebihan tangkap) di Selat Bali sudah lama menjadi perbincangan dan diduga menjadi penyebab hilangnya sumberdaya ikan, satu diantaranya ikan lemuru. Menurut penelitian,Selat Bali telah mengindikasikan terjadinya gejala biological overfishing dalam pengusahaan sumberdaya perikanan lemuruakibat pengoperasian alat tangkap purse seineyang cukup menonjol dan mengabaikan spesies yang lainnya.
Penelitian lain mengatakan bahwa perikanan lemuru di Perairan Selat Bali dengan Maximum Sustainable Yield (MSY) sebesar 34.000 ton per tahun sudah lebih tangkap (overfishing). Dan ada juga yang menyatakan bahwa di Perairan Selat Bali telah terjadi gejala economic  overfishing pada perikanan lemuru karena jumlah alat tangkap purse seine yang digunakan jauh lebih besar dibandingkan dengan stok ikan yang tersedia.
Padahal, perikanan tropis seperti di Indonesia bersifat gabungan atau multispesies. Simak saja, satu armada penangkapan atau alat tangkap mampumenangkap beberapa spesies ikan.Seperti kasus di Selat Bali, armada penangkapan purse seine adalah armada penangkapan dominan yang bisamenangkap beberapa spesies ikan seperti lemuru (77,12%), tongkol (8,60%), layang (5,09 %), kembung (0,63%) dan spesies ikan lainnya (8,56%).  Karena itu perubahan  stok ikan lemuru di Selat Bali yang disinyalir hilang atau habis karena penangkapan juga perlu dikaji mendalam.
Sebab berdasarkan hasil diskusi ilmiah di Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) terungkap bahwa perubahan tangkapan ikan lemuru di Selat Bali tidak semata karena degradasi stok oleh penangkapan. Menurut Dr Wayan Nurjaya,pakar oseanografi fisik dan kelautan IPB,perubahan stok terjadi karena proses adaptasi dari peningkatan suhu global, sehingga ikan lemuru melakukan migrasi vertikal ke perairan yang lebih dalam.  Pernyataan ini mirip dengan hasil penelitian Prof Indra Jaya dan Fauziah, pakar Akustik Kelautan,bahwa gerombolan (schooling) ikan lemuru sebagian besar terdeteksi pada kedalaman lebih dari 100 meter.
Sementara ini sebagian nelayan melakukan penangkapan hanya sampai 60 m, akibatnya ikan yang bermigrasi ke perairan yang lebih dalam tidak tertangkap. Hipotesa penurunan ikan yang di analisismelalui pendekatan stochastic model (species tunggal) yang dilakukan selama ini tidak sepenuhnya mampu memberikan jawaban yang memuaskan terhadap penurunan stok ikan dan tidak bisa keberlanjutan sumbangan dari sektor perikanan itu sendiri.

0 comments:

Post a Comment