Sistem budidaya dengan
mengelola Karamba jala Apung untuk ikan Nila ternyata bisa mnghasilkan ikan
konsumsi yang sesuai dengan permintaan pasar. Artinya produknya besar dan size
nya bisa 2 atau 1 per kilo gram. Bila dikelola dengan benar, memiliki potensi
yang luar biasa dan bisa menghasilkan uang dalam jumlah besar. Peluang yang
sangat baik ini membuat lapangan pekerjaan bagi warga setempat juga.
Selain harga jualnya
yang berbeda, rasa ikan nila juga tidak berbau lumpur atau tanah. Sebab,
keramba tersebut jauh menyentuh ke dasar tanah serta airnya juga berganti.
Budidaya sistem keramba
jaring apung adalah sebuah model sitem budidaya yang efisien, efisien scara
teknis maupun ekonomis.
pada luasan yang sempit
kita dapat melipatgandakan hasil tanpa harus menambah biaya yang besar, tentu
saja pola yang di gunakan adalah mengintensifkan pola budidaya nya, memang
ahirnya akan berdampak pada biaya tinggi. tetapi kalo meguntungkan gak masalah
kan ?
Teknis Budidaya
KJA menggunakan sistem
double layer (jaring ganda) artinya pada satu luasan kolam terdapat 2 atau
lebih jaring untuk jenis ikan yang berbeda tetapi saling mendukung. dalam hal ini kami
menggunakan ikan mas sebagai produk utama yang di kembankan di jaring bagian
atas, sedangkan jaring kolor (jaring bagian bawah) di pelihara ikan nila, bisa
juga ikan patin/jambal dan bahkan bisa gabungan keduanya nila dan patin.
Pemilihan ikan nila
sebagai produk sekunder adalah karena tidak memerlukan pakan khusus, ikan nila
bisa mencapai pertumbuhan cukup baik dengan hanya memakan sisa – sisa pakan
yang tidak termanfaatkan/ tidak terkonsumsi dari ikan ikan mas yang ada di
atasnya, selain itu ikan nila dapat memakan lumut lumut yang ada di jaring, dua
keuntungan sekaligus yaitu membersihkan jaring dan meningkatkan hasil.
Umumnya ikan mas
ditanam pada jaring ukuran 7 X 7 m dengan padat tebar 8.000 – 10.000 ekor,
diberi pakan pelet 4-5 kali perhari.
Biasanya untuk mencapai ukuran konsumsi
masa tanam sekitar 2,5 – 3 bulan tergantung ukuran ikan yang di
kehendaki.
Berbeda dengan ikan
nila yang di tanam di jaring kolor dengan ukuran 14 X 14 m dengan masa tanam
6-7 bulan. ikan nla tidak di beri
prlakuan pakan khusus, hanya saja terkadang suka di beri tambahan pakan yang
berasal dari bahan bahan / limbah pertanian lokal seperti singkong, mie ataupun
roti.
Selain ikan nila,
jaring kolor juga dapat di gunakan untuk ikan patin, sama seperti nila, patin
juga tidak memerlukan perlakuan pakan
khusus, kecuali jika ingin mempercepat masa panen. sebab patin termasuk
lambat pertumbuhannya jika tidak di beri pakan khusus, satu masa tanam bisa
mencapai 12 bulan.
Ada teknik khusus untuk mensiati hal itu sebenarnya,
yaitu dengan menggabungkan ikan nila dan patin dalam satu jaring kolor. jadi
dalam satu tahun bisa panen tiga kali ikan mas, dua kali ikan nila dan satu
kali ikan patin, tanpa ada penambahan biaya yang terlalu signifikan.
Keramba yang mereka
disain itu memiliki ukuran berkisar 10 x 4 meter per segi untuk tiap lubang.
Dari hasil uji coba pertama yang mereka lakukan secara intensif di Desa Pulau
Pulau Banyak ternyata membuahkan hasil yang cukup mengembirakan. Pembuatan
KJA
Secara sederhana satu
unit (KJA) 4 kolam dan satu rumah jaga (dapat juga digunakan sekaligus sebagai
gudang), denga ukuran tiap kolam (7×7) m2 atau dengan luas total (15,8 X 15,8)
m2.
Pelampung disusun dari
styrofoam yang dibagi dua sama lebar (bisa juga dari drum atau tong plastik).
Idealnya untuk satu unit KJA memerlukan 37 buah pelampung dengan jarak antara
pelampung satu dengan yang lain 1,7 m. Agar posisinya konstan, tiap pelampung
diikat dengan 2 karet timba yang mengait pada rangka.
Setelah kerangka dan
pelampung selesai terakit, maka bambu gombong yang digunakan sebagai pijakan
badan kolam pun segera dipasang. Pemasangan dilakukan di dalam air. Panjangnya
disesuaikan dengan panjang rangka. Agar posisi konstan maka antar gombong
ditahan dengan kaso yang dipaku pada badan gombong, dan untuk menguatkan posisi
badan kolam dengan gombnong maka setiap celah antar pelampung diikat dengan
karet ban.
Pembuatan geladak
dilakukan setelah kaso dipasang pada kerangka. Peletakannya disesuaikan pada
lobang paku yang telah dibuat. Setelah terpasang, bambu dipotong disesuaikan
panjang kerangka pada geladak dan selanjutnya dipakukan pada kaso. Umumnya
geladak terdiri dari 6 sampai 10 batang bambu.
Setelah proses
intaslasi kolam selesai dilakukan pemasangan jangkar. Jangkar yang digunakan
terbuat dari batu kali yang di bungkus karung diikat dengan tali plastik Æ 20
mm. Satu jangkar memerlukan batu kali sebanyak 200 – 240 Kg. Secara teknis
untuk menjaga mobilitas kolam, penempatan batu jangkar berjarak 50 m dari
posisi unit KJA. Dengan kata lain, panjang tali ideal yang dibutuhkan untuk
tiap jankar adalah 50 m + kedalaman air.
Satu unit ukuran
kerangka luar adalah 15,8 X 15,8 m2 terdiri 4 kolam masing – masing berukuran
7X7 m2. Jaring dipasang dengan mengikatkan tali dari tiap ujung jaring dengan
pengait yang pada tiap sudut bagian dalam kolam. Untuk mendapatkan bentuk bujur
sangkar dengan volume penuh, maka pada tiap ujung dan tengah jaring dipasang
pemberat (@ 3 kg). Dengan demikian maka tiap jaring menggunakan 8 buah
pemberat.
Jaring kolor dipasang
di luar rangka dengan mengikatkan tali pada tiap ujung jaring dengan sudut
terluar rangka. Sebagai jaring lapis kedua, fungsi jaring kolor (yang
selanjutnya disebut kolor) adalah mewadahi keempat jaring yang ada di dalamnya.
Agar bentuknya konstan, kolor perlu diberi 16 pemberat (@ 5 kg) dengan rincian
: 12 buah pemberat dipasang diantara sisi luar rangka kolor dan 4 buah sisanya
pada tiap sisi dalam pembatas antar kolam.
Ukuran mata jaring
disesuaikan dengan ukuran benih yang ditebar dan ukuran panen. Mata jaring 0,75
“ digunakan untuk pendederan benih ukuran 5 s.d. 10 gram. Sedangkan mata jaring
1,0” dugunakan untuk pembesaran ikan ukuran 10 gram s.d. panen (300 gram).
Untuk jaring kolor yang digunakan berukuran 15,8X15,8X6 m3 menggunakan jaring
dengan ukuran mata jaring 1,25”.
Teknis Budidaya
KJA menggunakan sistem
double layer (jaring ganda) artinya pada satu luasan kolam terdapat 2 atau
lebih jaring untuk jenis ikan yang berbeda tetapi saling mendukung. dalam hal ini kami
menggunakan ikan mas sebagai produk utama yang di kembankan di jaring bagian
atas, sedangkan jaring kolor (jaring bagian bawah) di pelihara ikan nila, bisa
juga ikan patin/jambal dan bahkan bisa gabungan keduanya nila dan patin.
Pemilihan ikan nila
sebagai produk sekunder adalah karena tidak memerlukan pakan khusus, ikan nila
bisa mencapai pertumbuhan cukup baik dengan hanya memakan sisa – sisa pakan
yang tidak termanfaatkan/ tidak terkonsumsi dari ikan ikan mas yang ada di
atasnya, selain itu ikan nila dapat memakan lumut lumut yang ada di jaring, dua
keuntungan sekaligus yaitu membersihkan jaring dan meningkatkan hasil.
Umumnya ikan mas ditanam
pada jaring ukuran 7 X 7 m dengan padat tebar 8.000 – 10.000 ekor, diberi pakan
pelet 4-5 kali perhari. Biasanya untuk
mencapai ukuran konsumsi masa tanam
sekitar 2,5 – 3 bulan tergantung ukuran ikan yang di kehendaki.
Berbeda dengan ikan
nila yang di tanam di jaring kolor dengan ukuran 14 X 14 m dengan masa tanam
6-7 bulan. ikan nla tidak di beri
prlakuan pakan khusus, hanya saja terkadang suka di beri tambahan pakan yang
berasal dari bahan bahan / limbah pertanian lokal seperti singkong, mie ataupun
roti.
Selain ikan nila,
jaring kolor juga dapat di gunakan untuk ikan patin, sama seperti nila, patin
juga tidak memerlukan perlakuan pakan
khusus, kecuali jika ingin mempercepat masa panen. sebab patin termasuk
lambat pertumbuhannya jika tidak di beri pakan khusus, satu masa tanam bisa
mencapai 12 bulan.
Ada teknik khusus untuk mensiati hal itu sebenarnya,
yaitu dengan menggabungkan ikan nila dan patin dalam satu jaring kolor. jadi
dalam satu tahun bisa panen tiga kali ikan mas, dua kali ikan nila dan satu
kali ikan patin, tanpa ada penambahan biaya yang terlalu signifikan.
Teknis Panen
KJA menggunakan jaring
jadi panennya gak terlalu sulit tinggal angkat, tarik, dan gulung, pertama
jaring di angkat dengan menggunakan gombong (bambu panjang yang besar dan
kuat), gombong di masukkan / di letakkan di bawah jaring yang akan di panen
lalu di tarik kepermukaan setelah itu didorong/digeser ke sisi dimana ikan
kelak akan di timbang dan di packing.
setelah di gorok
(istilah untuk prosesi tadi) dilakukan penyortiran ikan, penyortiran ini di
perlukan untuk memisahkan ikan berdasarkan ukuran, sehingga akan memudahkan
pada saat packing nantinya selain itu juga untuk membersihkan dari ikan ikan
penggagu bila ada.
Pemilihan ikan,
penggorokan jaring dan penyortiran semuanya dilakukan pada pagi hari sebelum
matahari tinggi dan sebelum ikan dikasih makan, hal ini untuk menjaga agar
tidak terjadi kematian pada saat pengangkutan ikan dari kolam ke konsumen.
0 comments:
Post a Comment