Wednesday, May 18, 2011

STUDI KELAYAKAN DAN EFISIENSI USAHA PENGASAPAN IKAN DENGAN ASAP CAIR LIMBAH PERTANIAN

May 18, 2011 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Ikan asap merupakan salah satu produk olahan yang digemari konsumen baik di Indonesia maupun di man- canegara karena rasanya yang khas dan aroma yang sedap spesifik. Proses pengasapan ikan di Indonesia pada mulanya masih dilakukan secara tradisional menggunakan peralatan yang sederhana serta kurang memperhatikan aspek sanitasi dan hygienis sehingga dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan ling- kungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh pengasapan tradisional antara lain kenampakan kurang menarik (hangus sebagian), kontrol suhu sulit dilakukan dan mencemari udara (polusi).
Untuk mengatasi masalah ini di negara-negara maju seperti Canada, Jerman, Inggris, Jepang, dan lain-lain telah memanfaatkan teknologi kondensasi yang menghasilkan asap cair. Asap cair mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain mudah diaplikasikan, konsentrasi asap dapat diatur sesuai selera konsumen, produk mempunyai kenampakan yang seragam dan ramah lingkungan. Hal lain yang penting adalah ba- hwa asap cair tidak hanya berperan dalam membentuk karakteristik sensoris tetapi juga dalam hal jaminan
keamanan pangan. (Guilén and Cabo, 2004; Suñen,et al., 2001; Kris B, de Roos, 2003; Darmadji, 2006; Bortolomeazzi, et al, 2007; Martinez, et al, 2007).
Proses pengasapan ikan pada mulanya masih dilakukan secara tradisional yang ditujukan untuk pengawetan. Dalam perkembangannya asap cair dit- ujukan untuk memberikan efek terhadap aroma, rasa dan warna yang spesifik. Beberapa jenis limbah per- tanian seperti bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah, tempurung dan sabut kelapa, perdu, kayu mangrove, sejenis pinus, dan lain-lain, berpotensi memiliki kandungan senyawa antioksidan fenol dan antibakteri yang dapat mengawetkan dan memberi rasa sedap spesifik pada produk ikan asap (Guillen dan Cabo, 2004; Doherty and Cohn, 2000; Suharto, 1991; Witono, 2005).
Pemanfaatan asap cair sebagai alternatif meto- da pengasapan ikan yang murah, mudah diterapkan, dan ramah lingkungan sudah saatnya diterapkan di Indonesia, karena sebagai negara agraris Indonesia memiliki  kekayaan  alam  flora yang  menghasilkan limbah kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku asap cair. Oleh sebab itu penelitian ini mengkaji
pemanfaatan limbah pertanian yang dapat dijadikan
Fronthea, Studi Kelayakan dan Efisiensi Usaha Pengasapan Ikan dengan Asap Cair Limbah Pertanian    
sebagai bahan baku asap cair dan sekaligus kemungkinan penerapannya pada industri pengasapan ikan di Indonesia. Selanjutnya disosialisasikan pada industri pengolahan ikan di Indonesia melalui berbagai kegiatan pengabdian masyarakat dan publikasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Kelayakan discounted payback period (Husnan, 1997).
Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas,  dengan  mengeluarkan  investasi  awal  (Umar,2000). IRR adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi.
Rumus yang dipakai: Io = /     CFt     
 Aspek ekonomi sangat penting artinya dalam suatu kegiatan usaha. Hal-hal yang berkaitan den- gan modal, perhitungan biaya operasional, biaya peralatan, gaji karyawan, keuntungan perusahaan dan lain-lain harus diperhatikan dengan cermat.
dimana :
t = tahun ke
n = jumlah tahun
Io = nilai investasi awal
CFt = arus kas bersih
 t = 1  (1 + IRR)
 kecuali pada unit usaha pengasapan ikan. Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang mendukung aspek ekonomi usaha pengasapan ikan.
Salah satu cara mengembangkan suatu usaha adalah dengan melakukan investasi baru. Sebelum melakukan investasi, perlu dilakukan studi kelayakan untuk memperkirakan apakah investasi yang akan di- lakukan layak atau tidak, salah satunya ditinjau dari sisi keuangan. Pada umumnya ada empat metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam pe- nilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Index (Umar, 2000).
Metode Payback Periode (PP)
Payback Periode adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran in- vestasi (initial cash investment) yang menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period meru- pakan rasio antara ‘initial cash investment’ dengan
‘cash inflow’-nya, yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan den- gan maximum payback period yang dapat diterima (Umar, 2000).
Jika ‘payback period’ lebih pendek waktunya dari ‘maximum payback period”-nya maka usulan in- vestasi dapat diterima. Metode ini cukup sederhana sehingga mempunyai beberapa kelemahan antara lain tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang, disamping juga tidak memperhatikan aliran kas ma- suk setelah payback (Umar, 2000). Untuk mengatasi kelemahan karena mengabaikan nilai waktu uang, metode perhitungan payback period dicoba diper- baiki dengan mempresent-valuekan arus kas, dan di- hitung periode paybacknya. Cara ini disebut sebagai
 IRR = tingkat bunga yang dicari harganya
Nilai IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and error). Caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas dari suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, misalnya 10 %, lalu banding- kan dengan biaya investasi, jika nilai investasi lebih kecil, maka dicoba lagi dengan suku bunga yang leb- ih tinggi demikian seterusnya sampai biaya investasi menjadi sama besar. Sebaliknya, dengan suku bunga wajar tadi nilai investasi lebih besar, coba lagi den- gan suku bunga yang lebih rendah sampai mendapat nilai investasi yang sama besar dengan nilai seka- rang (Umar, 2000).  Decisión rule metode ini adalah “terima investasi yang diharapkan memberikan IRR
≥ tingkat bunga yang dipandang layak”. Kelemahan metode IRR ini adalah bahwa i yang dihitung akan merupakan angka yang sama untuk setiap tahun usia ekonomis dan bisa diperoleh i yang lebih dari satu angka. Kelemahan lainnya adalah pada saat perusa- haan harus memilih proyek yang bersifat mutually exclusive (Husnan, 1997)
Kriteria penilaian: Jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari ‘rate of return’ yang ditentu- kan maka investasi dapat diterima.
Metode Net Present Value (NPV)
Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari peneri- maan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar, 2000). Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan.
NPV > 0 berarti proyek tersebut dapat men- ciptakan cash inflow dengan persentase lebih besar dibandingkan opportunity cost modal yang ditanamkan.
Apabila NPV = 0, proyek kemungkinan dapat diterima karena cash inflow yang akan diperoleh sama dengan opportunity cost dari modal yang ditanam- kan. Jadi semakin besar nilai NPV, semakin baik bagi proyek tersebut untuk dilanjutkan (Rangkuti, 2004).
Perhitungan NPV memerlukan dua kegiatan penting, yaitu : (1) menaksir arus kas, dan (2) menen- tukan tingkat bunga yang dipandang relevan.
Metode Profitability Index (PI)
Metode ini digunakan dengan menghitung per- bandingan antara nilai sekarang (dari penerimaan- penerimaan kas bersih di masa yang akan datang) dengan nilai sekarang dari investasi. Kriteria ini erat hubungannya dengan kriteria NPV, Jika NPV suatu proyek dikatakan layak (NPV > 0), maka menurut kri- teria PI juga layak (PI > 1) karena keduanya variabel yang sama. Kelemahan metode ini adalah metode ini akan selalu memberikan keputusan yang sama den- gan NPV kalau dipergunakan untuk menilai usulan investasi yang sama. Tetapi kalau dipergunakan untuk memilih proyek yang mutually exclusive, metode PI kontradiktif dengan NPV (Husnan, 1997).
Titik Pulang Pokok (Break Even Point)
BEP adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dike- luarkan, serta pendapatan yang diterima. Pendapatan perusahaan merupakan penerimaan karena kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasinya merupakan pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan. Biaya operasi ini terbagi atas tiga bagian, yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel.
Asap Cair dan Ikan Asap
Pengasapan adalah salah satu metode penga- wetan ikan yang merupakan kombinasi proses-pro- ses penggaraman (brinning), pemanasan (cooking), dan pengasapan itu sendiri (smoking). Metode yang digunakan adalah dengan penerapan asap cair kare- na memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh pengasapan tradisional yaitu mudah diaplikasi- kan dalam konsentrasi yang rendah sehingga lebih hemat. Di samping itu komponen karsinogenik dapat dipisahkan, efek antioksidan dan antimikrobanya juga lebih menonjol. (Clucas and Ward, 1996; Ismanadji,
1989; Suñen, 2001; Setiawan et al, 1997).
 Pada dasarnya hampir semua jenis ikan seperti Bandeng, Tenggiri, Tuna, Kakap, Mujair, Nila, Lele dan lain-lain dapat diasapi, namun ikan-ikan yang po- puler dan biasa diasapi sampai saat ini adalah ikan laut yang berlemak tinggi seperti ikan Tuna, Tongkol, Manyung, Pari, dan Kembung, karena jenis ikan ini memiliki kekhasan masing-masing bila diasapi. Ikan air tawar yang sering diasapi antara lain adalah ikan Lele dan Belut. Apapun jenis ikan yang digunakan, sebagai bahan baku ikan asap harus dipilih ikan yang betul-betul segar agar dapat menghasilkan ikan asap yang berkualitas baik. (Swastawati. 1997).
Proses pengasapan ikan meliputi tahap-tahap penyiangan dan pencucian (splitting dan cleaning), penggaraman (salting), pengeringan I (drying I), pe- rendaman  dalam  asap  cair  (dipping),  pengeringan II (drying II) pemanasan (heating) dan pengemasan (packing) (Swastawati. 1997).
METODE PENELITIAN
Sampel dan Pengumpulan Data
Pada penelitian ini objek yang digunakan ada- lah 100 responden yang mewakili masyarakat Se- marang dengan kasus pola konsumsi dan minat beli terhadap ikan asap. Metode pengumpulan data untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini adalah metode observasi (pengujian alat) dan wawancara langsung terhadap para responden yang ada sebagai sampel, sedangkan pelaksanaannya dibantu dengan pemakaian daftar kuesioner sebagai alat untuk pen- gumpul data. Analisa data sangat ditentukan oleh sifat atau karakteristik data. Untuk analisis deskriptif da- lam penelitian ini digunakan rerata ( x ) dan standar deviasi, untuk studi kelayakan dan strategi pemasaran dilakukan analisa regresi (Santoso, 2001).
Metode Deskriptif
Metode deskriptif yang digunakan dalam riset ini bersifat studi kasus. Tujuan studi kasus adalah un- tuk memberikan gambaran secara detil tentang sifat- sifat dan karakter yang khas dari suatu kasus, sehingga dapat digunakan sebagai kontrol ilustrasi dalam peru- musan masalah, penggunaan statistik dalam menga- nalisa data serta cara-cara perumusan generalisasi dan kesimpulan (Nasir, 2005).
 Fronthea, Studi Kelayakan dan Efisiensi Usaha Pengasapan Ikan dengan Asap Cair Limbah Pertanian    21
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas berfungsi untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dianggap valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkap- kan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut, dengan demikian pada prinsipnya uji validitas bergu- na untuk mengukur apakah pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner yang telah dibuat betul-betul mampu mengukur apa yang hendak diteliti. Kuesioner akan dianggap valid apabila koefisien r hitung lebih besar daripada r tabel (dilihat dari Corrected total item cor- relation pada output SPSS). Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara fungsi ukur tes secara keseluruhan (Ghozali, I. 2001). Uji reli- abilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel. Kue- sioner dianggap reliabel apabila jawaban dari pertan- yaan yang diajukan konsisten.. Pada program SPSS terdapat fasilitas perhitungan pengukuran reliabilitas melalui statistik Cranbach Alpha ( a ) lebih besar dari
0,60 (Ghozali, I. 2001). Pengujian reliabilitas dilaku=  1.334.399, 93
13.895, 1704 = 96,03 dibulatkan menjadi 100
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang.
Studi Kelayakan
Sebagai pelengkap dalam analisis secara eko- nomi, dilakukan analisis perhitungan studi kelayakan yang terdiri dari Net Present Value (NPV); Break Event Point (BEP); Internal Rate of Return (IRR) ser- ta Pay Back Period (Rangkuti, F., 2004).
Internal Rate of Return (IRR)
Metode Internal Rate of Return digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan ni- lai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2000).
Rumus yang dipakai seperti yang di bawah ini:
n          CFt     
 kan dengan membandingkan nilai Cronbach alpha dengan batas kritisnya (cut of value). Nilai Cronbach alpha ( a ) suatu variabel dikatakan reliabel bila nilai
 Pengumpulan data primer dilakukan dengan simple random sampling. Populasi responden adalah masyarakat umum yang tinggal di wilayah Kota Sema- rang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana dimana semua individu memperoleh peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Jumlah penduduk Kota Semarang mencapai 1.389.421 jiwa (Pemerintah Kota Semarang, 2006).
Menurut Suparmoko (1995), penentuan jumlah sampel dapat ditentukan dengan rumus:
Net Present Value (NPV)
Net Present Value selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan- penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) dimasa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan (Umar, 2000).
Rumus :
n
 dimana:
n  =  banyaknya anggota sampel
 NPV = /          CFt      - Io
t = 1
 N = jumlah anggota dalam populasi
Z = area dalam kurva normal dengan selang keper-
cayaan 95% (1,96)
d = prosentase varian (0,5)
d = kesalahan maksimum yang dapat diterima (10%).
            1.389.421 (1, 96)  (0, 5) (1 - 0, 5)      
1.389.42          2          2
1.389.421 (0, 1)  + (1, 96)  0, 5 (1 - 0, 5)

=          1.334.399, 93
13.894, 21 + 0, 9604

dimana :
CFt = aliran kas per tahun pada periode t
Io = investasi pada tahun 0
K = suku bunga (discount rate) Kriteria Penilaian :
• Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima
• Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak
• Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima ataupun ditolak.
Pay Back Periode (PP)
Pay Back Periode adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran in- vestasi (initial cash investment) yang menggunakan aliran kas, dengan kata lain PP merupakan rasio an- tara initial cash investment dengan cash inflow-nya, yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maksimum PP yang dapat diterima Rangkuti (2004).
Rumus :
Payback Period =   nilai investasi    x  tahun
variabel produk adalah valid karena r hitung = X1.1
0,4089 + X1.2 0,3788 + X1.3 0,3702 + X1.4 0,5069
> r tabel = 0,195. Pertanyaan pada variabel harga adalah valid, karena r hitung = X2.1 0,3847 + X2.2
0,4931 + X2.3 0,3874 > r tabel = 0,195. Pertanyaan pada variabel kemasan adalah valid, karena r hitung = X3.1 0,4132 + X3.2 0,4754 + X3.3 0,4496 > r tabel
= 0,195. Pertanyaan pada variabel rasa adalah valid, karena r hitung = X4.1 0,3824 + X3.2 0,4508 + X4.3
0,4847> r tabel = 0,195.
kas masuk bersih   1
 Kriteria penilaian: Jika PP lebih pendek waktunya dari “maksimum PP”-nya maka usulan investasi dapat diterima.
Break Event Point (BEP)
Rumus BEP
BEP merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan perusahaan (total revenue) yang disingkat TR adalah sama dengan biaya yang ditanggungnya (total cost) yang disingkat TC. TR merupakan perka- lian jumlah unit barang yang terjual dengan harga sat- uannya, sedangkan TC merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabelnya. Rumus BEP dapat dituliskan sebagai berikut:
TR = TC atau Q.P = a + b.X
dimana :
Q  = tingkat produksi (unit)
P  = harga jual per unit a   = biaya tetap
b = biaya variabel
Untuk mencari jumlah yang diproduksi agar ti- tik mencapai impasnya adalah :
X =     a          
p - b
Jika yang akan dicari adalah total harga agar
mencapai titik impas, maka rumusnya adalah :
X.P =  a           (p - b) /p

=          a         
1 - b/p

Pengujian Reliabilitas
Berdasarkan hasil pengujian tersebut menun- jukkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian  ini  memiliki  nilai  Cronbach  alpha  ( a ) lebih besar dari 0,60. variabel produk memiliki nilai Cronbach alpha ( a ) sebesar 0,6342, variabel harga memiliki  nilai  nilai  Cronbach  alpha  ( a )  sebesar
0,6104, variabel kemasan sebesar 0,6339, variabel rasa memiliki nilai 0,6152, dan variabel minat beli konsumen memiliki nilai 0,7802. Hal ini menyatakan bahwa semua variabel yang digunakan dalam peneli- tian bersifat reliabel.
Studi Kelayakan
Analisis Kelayakan Usaha Produksi Asap Cair
Parameter NPV (net Present Value), IRR (In- ternal Rate of Return) dan paybacks periods dapat digunakan untuk melakukan analisis usaha. Usaha produksi asap cair terbukti layak atau feasible. Hal itu dapat dilihat dari NPV yang positif, IRR yang rela- tif moderat dan payback periode yang kurang dari
3 tahun. Berikut gambaran mengenai analisis usaha
produksi asap cair.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Validitas Terhadap Variabel Produk, Harga, Kemasan dan Rasa
Berdasarkan  pengolahan  data  menggunakan SPSS  dapat  disimpulkan  bahwa  pertanyaan  pada

Analisis Kelayakan Usaha Produksi Ikan Asap
Alternatif usaha juga dapat dilakukan dengan memproduksi ikan asap. Adapun alternatif beberapa jenis ikan dapat dijadikan komoditas ikan asap an- tara lain ikan Tongkol, Manyung, Pari, Bandeng, dan Kembung. Secara garis besar, analisis usaha produksi beberapa jenis ikan asap adalah sebagai berikut :
Parameter        Manyung         Tongkol           Pari
Modal investasi (Rp juta)        140      140      140
Modal kerja tahun 1 (Rp juta) 333.2   256.8   240.8
Harga produk (Rp/kg) tahun 1            52.500 42.500 40.000
NPV (Rp juta), 12%, 5 tahun 63.35   54.31   45.07
IRR (%)          24.74   23.33   21.50
Payback periods (tahun)         3.31     3.35     3.46

Dalam tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa mod- al investasi produksi ikan asap Rp. 140 juta, dimana dana terbesar dipergunakan untuk pengadaan kenda- raan operasional. Sedangkan harga produk bervariasi

mulai dari Rp. 35.000 sampai Rp. 60.000,- dimana di- pengaruhi oleh harga bahan baku dan preferensi kon- sumen. Semakin tinggi harga bahan baku dan prefer- ensi konsumen, maka harga produk yang ditawarkan semakin tinggi.
Dalam analisis NPV terlihat bahwa NPV untuk
5 tahun dengan discount factors 12 % adalah berkisar Rp. 23,08 juta hingga Rp. 86,04 juta. Hal itu dapat diartikan bahwa usaha yang dilakukan positif, dima- na suatu usaha dikatakan feasible bila nilai NPVnya positif. Sedangkan IRR berkisar antara 17-28 % yang merupakan rate of return   yang moderat dan lebih tinggi dari suku bunga yang ditetapkan. Oleh karena itu berdasarkan parameter IRR, maka usaha beberapa jenis ikan asap juga feasible. Sedangkan lama pengem- balian modal berkisar 3,13-3,76 tahun sehingga tidak terlalu lama (moderat).
Sebagai pembanding dan untuk mengetahui tingkat efisiensinya, dilakukan analisis kelayakan usaha ikan asap tradisional. Survei dilakukan pada pengolah asap tradisional di wilayah Semarang, yaitu di Kelurahan Krobokan dan Kelurahan Tambak Lo- rok. Pengolah ikan asap tradisional memproduksi dua jenis ikan asap, yaitu manyung asap dan Pari asap. Ringkasan kelayakan usaha ikan asap tradisional adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Analisis usaha produksi ikan asap tradisional

Parameter        Keterangan
Modal investasi (Rp juta)        25.5
Modal kerja tahun 1 (Rp juta) 142.4
NPV (Rp juta), 12%, 5 tahun 5.2
IRR (%)          18
Payback periods (tahun)         3.69

Pada umumnya, memang kebutuhan modal un- tuk produksi ikan asap tradisional lebih kecil diband- ing ikan asap cair. Namun, NPV, IRR dan payback periods usaha ikan asap cair terlihat lebih mengun- tungkan. Harga jual ikan manyung asap diasumsikan Rp. 2.500/potong dan harga jual ikan Pari asap Rp
2.000/potong. Dalam analisis ini, para pengolah ikan tradisional diasumsikan juga dikenakan pajak, meski- pun pada kenyataannya para pengolah ikan asap tra- disional merupakan pelaku ekonomi non formal yang seringkali tidak membayar pajak. Pada tahun pertama, keuntungan setelah pajak pengolah ikan tradisional sekitar Rp. 3 juta. Namun, apabila pajak tidak dihi-



tung, maka keuntungan dapat mencapai Rp. 4,7 juta ditambah gaji tenaga kerja (biasanya ditangani rumah tangga sendiri) yang diperhitungkan sekitar Rp. 20,8 juta/tahun.


KESIMPULAN DAN SARAN

Penerapan asap cair sangat layak karena ter- bukti mempunyai keunggulan, keamanan dan dapat



DAFTAR PUSTAKA

Bortolomeazzi, R. ; Sebastianutto, N. ; Toniolo, R. ; Pizarriello, A. 2007. Comparative Evaluation of the Antioxidant  Capacity  of  Smoke  flavuoring Phenol by Crocin Bleaching Inhibition, DPPH Radical  Scavenging  and  Oxidation  Potential. Food Chemistry Journal. Italy.
Clucas, I.J., and A.R. Ward. 1996. Post Harvest Fisheries Development: Guide to Handling. Preservation Processing and Quality. Chatham Maritime. England.
Darmadji, P. 2006. Produksi Biopreservatif Asap Cair Cangkang Sawit dan Aplikasinya untuk Bidang Pangan, Hasil Perkebunan dan Kehutanan. Laporan   Seminar   Penggunaan   Bahan   Alami untuk Pengawetan Ikan. Balai Besar Riset dan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan dan ISPIKANI. Jakarta.
de Ros, Kris B. 2003. Effect of Texture and microstructure on Flavour Retention and Release. International Dairy Journal. Netherland.
Doherty and Cohn. 2000. Seed Dormancy in Red Rice
(Oryza sativa) XI in Seed Science Research. Vol 10
Number and pp 415-421 (7). Commercial Liquid Smoke Elicits Germination. CAB I Publishing. http://www.cabi.com
Guillen, M. D. ; Cabo, N. 2004. Study of The Effects of Smoke Flavourings on The Oxidative Stability of The Lipids of Pork Adipose Tissue by Means of Fourier Transform Infrared Spectroscopy. Meat Science. Spain.
Gozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Husnan, Suad. 1997. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). BPFE. Yogyakarta.

diterima oleh konsumen dengan hasil menguntung- kan dan BEP dapat dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama. Strategi yang diterapkan adalah dengan jaminan keamanan, informasi gizi, harga terjangkau, promosi dan pengemasan yang baik. Jenis produksi, harga, kemasan dan rasa mempengaruhi tingkat pe-
nerimaan konsumen.








Ismanadji,  Iskandar.  1989.  Pengolahan  Ikan  Bandeng Asap dengan Menggunakan Almari Pengasapan (Smoking Cabinet). Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta.
Martinez, O.; Salmeron, J. ; Guillen, M.D. ; Casas, S. 2007.
Textural and Physicochemical Changes in Salmon (Salmo salar) treated with Commercial Liquid Smoke Flavourings. Food Chemistry. Spain.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. PT. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Santoso, S. 2001. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11.5. PT : Elex Media Komputindo. Jakarta.
Setiawan, I., Darmadji, P., Raharjo, B. 1997. Pengawetan Ikan dengan Pencelupan dalam Asap Cair. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan. Buku I. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia. Jakarta. Indonesia.
Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerbit
Rineka Cipta. Malang.
Suñen, E., Galian, B.G., Aristimuño, C. 2001. Antibacterial Activity of Smoke Wood Condensates Againts Aeromonas hydrophila, Yersinia enterocolitica and Listeria monocytogenes at Low Temperature. Food Microbiology. Italy.
Swastawati, F. 1997. Pengasapan Ikan. Universitas Negeri
Diponegoro. Semarang.
Umar, Husein. 2000. Research Methods in Finance and
Banking. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Witono,  A.  2005.  Produksi  Furfural  dan  Turunannya.
Program Studi Teknik Kimia. Departemen Teknik Gas dan Petrokimia. Universitas Indonesia. http:// www.ristek.go,id

0 comments:

Post a Comment