Sunday, May 15, 2011

PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA IKAN PATIN

May 15, 2011 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Budidaya ikan patin Pangasius  hypophthalmus hingga saat ini masih dilakukan petani ikan, baik di Pulau  Sumatera,  Kalimantan   Selatan  maupun  Jawa Barat.      Pembudidayaan   ikan   ini   dilakukan   secara intensif menggunakan pakan buatan yang dijual secara komersial. Upaya peningkatan laju pertumbuhan ikan patin masih terus ditingkatkan agar penggunaan pakan buatan    lebih   efisien   yang   pada   gilirannya   akan menurunkan biaya produksi.
Salah   satu   upaya   untuk   meningkatkan   bahwa     probiotik     bermanfaat     dalam     mengatur lingkungan      mikroba     pada      usus,     menghalangi mikroorganisme    patogen    usus    dan    memperbaiki efisiensi   pakan   dengan   melepas   enzim-enzim   yang membantu proses pencernaan makanan.    Bacillus sp. merupakan   salah   satu jenis   bakteri   yang  diyakini mampu untuk mengkatkan daya cerna ikan. Menurut Fardiaz   (1992)   bakteri   ini   mempunyai   sifat   dapat mengsekresikan enzim protease, lipase dan amilase. 
fungsi fisiologis     ikan,    terutama    spesies ikan berkaitan dengan kebiasaan makan dan kemampuannya    dalam mencerna     pakan,     kemampuannya   dalam    memproduksi    adalah     dengan     menambahkan probiotik   enzim-enzim, khususnya enzim  pencernaan  (Kapoor dalam   pakan,   dengan   harapan   probiotik et al.   1975), maka perlu dikaji efektivitas probiotik ini tersebut dapat terbawa ke dalam saluran pencernaan. untuk tiap spesies ikan. Penelitian ini bertujuan untuk
Dhingra (1993) dan Jankauskine (2002) menyatakan             mengetahui dosis optimal probiotik (Bacillus sp.) yang ditambahkan pada  pakan   komersil  terhadap  
            konversi   pakan   dan pertumbuhan benih ikan patin.
             Probiotik untuk ikan air tawar telah diproduksi secara komersil. Namun demikian karena beragamnya BAHAN DAN METODE
Pemeliharaan Ikan
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan patin berupa akuarium berukuran 50x40x35 cm berjumlah 12. Akuarium dibersihkan, kemudian disusun dalam rak, diisi dengan air sebanyak 60 liter yang diaerasi. Tiap akuarium diisi 20 ekor ikan dengan bobot rata-rata 1,85±0,09 g. Ikan ini berasal dari hasil pembenihan yang diiakukan di Kolam Percobaan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan, IPB, Bogor. Pakan diberikan ke ikan secara at satiation dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari, yaitu sekitar pukul 08.00, 13.00 dan 17.00 WIB.
Untuk menjaga agar kualitas air tetap baik, maka setiap pagi diiakukan penyiponan dan penggantian air sebanyak 50% dari volume air total. Kisaran kondisi air selama penelitian adalah meliputi suhu antara 25,5 -27,5°C, pH antara 6,8 - 7,2, oksigen terlarut antara 5,9 - 7,0 mg/1.
Pakan dan Penambahan Probiotik
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersil berkadar protein 26,9%. Pakan ditambah dengan probiotik komersial (mengandung Bacillus sp. 4,2x106 CFU/ml) dengan dosis tertentu sesuai dengan perlakuan. Adapun perlakuan yang diberikan terhadap pakan terdiri dari :
1.         Tanpa penambahan probiotik
2.         Penambahan probiotik sebanyak 5 ml/kg pakan
 3.        Penambahan probiotik sebanyak 15 ml/kg pakan 4. Penambahan probiotik sebanyak 25 ml/kg pakan.
Pakan yang telah ditambah dengan probiotik diberikan ke ikan sekali dalam satu hari yaitu sekitar pukul 13.00. Pada pukul 08.00 dan 17.00, pakan di semua perlakuan tidak ditambah probiotik.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati digunakan analisis ragam dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (Steel dan Torrie 1991). Peubah yang digunakan untuk mengevaluasi perbedaan antar perlakuan meliputi laju pertumbuhan harian, konversi pakan, retensi protein, retensi lemak, dan kelangsungan hidup ikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
 
             
Setelah dipelihara selama 60 hari, ikan patin dapat tumbuh lebih dari 2,8 kali bobot awal. Biomas ikan patin tertinggi diperoleh di kelompok ikan yang diberi tambahan probiotik sebanyak 15 ml/kg pakan, yakni 121,3 g, dan terkecil di kelompok ikan yang tidak diberi probiotik, yakni 104,1 g (Gambar 1).
Adanya penambahan probiotik pada dosis yang berbeda tidak mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan (Tabel 2). Namun demikian, pada penambahan probiotik sebesar 15 ml/kg pakan dapat meningkatkan retensi protein dan retensi lemak. Peningkatan dosis probiotik lebih lanjut (25 ml/kg pakan) menyebabkan ke dua nilai retensi tersebut turun kembali ke nilai yang sama dengan tanpa penambahan probiotik. Pola yang sama dengan retensi protein dan lemak juga ditemukan pada parameter uji pertumbuhan dan konversi pakan. Sejalan dengan tingginya nilai retensi protein, laju pertumbuhan harian ikan mencapai angka tertinggi pada perlakuan penambahan probiotik sebanyak 15 ml/kg pakan, sementara pada dosis perlakuan tersebut dicapai juga nilai konversi pakan yang minimum. Penambahan probiotik pada dosis yang berbeda juga tidak mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yang tetap tinggi.
Hasil analisis proksimat menunjukan bahwa kualitas gizi ikan setelah dipelihara selama 60 hari hampir sama dengan ikan di awal penelitian (Tabel 3). Namun kelompok ikan yang ke dalam pakannya ditambah probiotik sebesar 15 ml/kg pakan memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari ikan di perlakuan lainnya.
Pembahasan
Dalam penelitian ini digunakan satu jenis pakan komersil dengan penambahan probiotik berbentuk  cairan sebagai perlakuan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah pakan yang dimakan oleh ikan ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan. Hal ini diduga karena pakan yang digunakan dalam penelitian ini satu jenis dengan kandungan nutrien yang sama, perbedaannya hanya terletak pada penambahan dan tanpa penambahan probiotik terhadap pakan tersebut.
  Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan, konversi pakan, retensi protein dan retensi lemak meningkat akibat penambahan probiotik dari 0 ke 15 ml/kg pakan. Namun nilai penambahan probiotik lebih lanjut akan menurunkan parameter uji tersebut. Pada dosis penambahan probiotik sebanyak 15 ml/kg pakan, menunjukkan hasil yang maksimal untuk setiap parameter uji (Tabel 2). Hal ini diduga karena jumlah bakteri yang masuk ke dalam saiuran pencernaan ikan dan hidup di dalamnya meningkat sejalan dengan dosis probiotik yang diberikan. Selanjutnya bakteri tersebut di dalam saiuran pencernaan ikan mensekresikan enzim-enzim pencernaan seperti protease dan amilase (Gatesoupe 1999; Moriaty 1998; Fardiaz 1992). Enzim yang disekresikan ini jumlahnya meningkat juga sesuai dengan jumlah dosis probiotik yang diberikan yang pada gilirannya jumlah pakan yang dicerna juga meningkat. Peningkatan daya cerna bermakna pula pada semakin tingginya nutrien yang tersedia untuk diserap tubuh, sehingga retensi protein dan pertumbuhan meningkat.
Penambahan probiotik pada dosis 25 ml/kg pakan menurunkan nilai retensi protein. Ini diduga akibat terlalu tingginya populasi bakteri sehingga menimbul-kan persaingan sesama jenis bakteri (Bacillus) dalam pengambilan nutrisi atau subtrat yang pada akhirnya aktivitas bakteri di dalam saluran pencernaan ikan terhambal (Gatesoupe 1999; Atlas dan Richard 1993), dan sekresi enzim pun menurun.
Efisiensi pakan akibat penggunaan probiotik Bacillus sp. dapat pula dilihat dari nilai konversi pakan. Semakin kecil nilai konversi pakan menunjukkan pemanfaatan pakan dan peran probiotik semakin efisien di dalam tubuh. Pakan perlakuan ketiga (kadar probiotik 15 ml/kg pakan) memiliki nilai konversi pakan yang terbaik. Sedangkan pada perlakuan lainnya, nilai konversi pakan yang tinggi diduga oleh tidak optimalnya kemampuan ikan dalam mencerna dan mengabsorbsi pakan sebagai akibat dari tidak optimalnya dosis penambahan probiotik dalam pakan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa probiotik Bacillus sp. yang ditambahkan ke dalam pakan dapat digunakan dalam memperbaiki konversi pakan dan meningkatkan laju pertumbuhan ikan patin. Kadar optimum probiotik dalam pakan untuk menghasilkan konversi pakan dan pertumbuhan ikan yang terbaik adalah 15 ml/kg pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, M.R. & B. Richard. 1993. Microbial Ecology Fundamental and Aplication. Third Edition. The Berjami Cumming Public Company Inc. 547 pp.
Dhingra, M.M. 1993. Probiotic in Poultry Diet Livestock Production and Management. Sania Enterprises Indore 452001, India.
Fardiaz, D. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia. Jakarta.
Fuller, R. 1989. Probiotics in Man and Animal. Journal of Microbiology, 66: 365-378.
Gatesoupe, F.J. 1999. The use of probiotics in aquacuiture. Aquaculture, 180:147- 165.
Jankauskiene, R. 2002. Bacterial Flora of Fishes from Aquaculture: The Genus Lactobacillus. Institute of Ecology Akadejos 2, Vilnius 2600. Lithuania. http://www.hbu.cas.c2-reslim.
Kapoor, B.B., H. Smith & J.A. Verighina. 1975. The alimentary canal and gigestion in teleost. Adv. Marine Biology, 13: 109-239.
Moriaty, D.J.W. 1998. Control of luminous Vibrio species in penaeid aquaculture ponds.
Aquaculture, 184:351-358.
Steel, G.D. & J.H.R. Torrie. 1984. Principles and Procedure of Statistik. Mc-Graw-Hill Inc., Tokyo.

0 comments:

Post a Comment